Tol Laut Pelni Tak Sekadar Turunkan Biaya Logistik

Senin, 15 Juli 2024 - 21:36 WIB
Raul dan lima kerabatnya hendak mengadu nasib ke Bangka setelah tiga bulan bekerja di Bekasi, bersama komunitas pendatang dari Distrik Fakfak, Papua Barat. “Mencoba mencari pekerjaan di Bangka, karena kami berenam dulunya bekerja sebagai nelayan,” ujarnya.

Rahul berkisah, mereka memilih menggunakan moda transportasi laut yang dilayani PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni lantaran biaya transportasi yang harus dirogohnya tak begitu besar.

Raul menyebutkan, tiga bulan silam, dari Fakfak ke Jakarta, mereka hanya menngeluarkan biaya sekitar Rp1 juta per orang. Sedangkan perjalanan dari Jakarta ke pulau Bangka, total Rp2,1 juta untuk enam orang. “Di atas kapal, kami mendapatkan tiga kali makan,” paparnya.

Raul pun mengaku terkesan dengan layanan yang dihadirkan Pelni. Selain menu makanan yang beragam, fasilitas di dek juga lebih baik dibandingkan di masa lalu. “Kondisinya berubah total, sekarang kapal Pelni bersih,”ujarnya.

Bagi masyarakat yang berasal dari kawasan timur Indonesia, kapal-kapal Pelni memberikan harapan bagi mereka untuk bisa mengakses wilayah yang lebih maju. Tak hanya itu bagi masyarakat kepulauan, hadirnya Pelni membuat akses terhadap beragam barang kebutuhan semakin mudah.

“Karena ada kapal-kapal tol laut, bahan baku dari Jawa dan Makassar cepat datang. Harganya pun sekarang lebih murah,” ungkap Alfred Lim, pemilik Restoran Sahara Jetty di pulau Doom, Sorong, Papua Barat Daya kepada SINDOnews beberapa waktu lalu.

Alfred pun kerap melakukan perjalanan menggunakan kapal Pelni menuju Manokwari pergi pulang. “Menggunakan jalan darat waktu tempuh lama. Menggunakan pesawat, tarifnya mahal. Jadi pilih Pelni, karena mudah dan waktu tempuh hanya sekitar delapan jam,” paparnya.

Senada dengan Alfred, Muhammad Nur Masamber (63) dan Ahad Sakka (70) pengurus BUMDes Arar Berdikari di Kampung Arar, Sorong mengatakan dengan beragam barang kebutuhan yang semakin mudah di akses, kehidupan warga di kampung Arar semakin dinamis. Jauh dari kesan terbelakang meskipun berada di kawasan terpencil.

“Masyarakat menjadi mudah untuk menjalankan beragam aktivitas, barnag keperluan sehari-hari mudah didapat,” tutur Masamber.

Ada perubahan kehidupan dibandingkan sebelum kampung di pulau terpencil itu terkoneksi dengan “dunia luar” melalui angkutan laut. “Ekonomi bergerak, kualitas pendidikan anak-anak semakin meningkat,” imbuh Sakka.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More