Tol Laut Pelni Tak Sekadar Turunkan Biaya Logistik
loading...
![Tol Laut Pelni Tak Sekadar...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2024/07/15/34/1416283/tol-laut-pelni-tak-sekadar-turunkan-biaya-logistik-yvb.webp)
Dengan visi tol laut, ada asa besar menurunkan biaya logistik dan meningkatkan pemerataan ekonomi, serta mempermudah mobilitas masyarakat di wilayah 3TP, dan mobilitas masyarakat antarpulau. Foto/Dok
A
A
A
JAKARTA - Biaya logistik yang mahal dan konektivitas antarwilayah yang masih terbatas menjadi salah satu persoalan nasional di masa lalu. Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau, tentu moda transportasi laut menjadi tulang punggung konektvitas antarpulau. Namun dengan hanya 3.000 pelabuhan resmi yang beroperasi melayani kapal-kapal yang sandar, moda transportasi laut masih menghadapi banyak tantangan.
Tak salah jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mengembalikan kejayaan sektor maritim Tanah Air dengan visi Tol Lautnya satu dekade silam. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Jokowi menegaskan perlu solusi untuk menyelesaikan persoalan ketimpangan ekonomi antara wilayah barat dan timur Indonesia. Ibarat jurang, ketimpangannya terlalu dalam.
Selain pendapatan masyarakat yang tak merata karena kondisi perekonomian di setiap daerah berbeda, harga-harga barang di wilayah timur Indonesia di masa lalu, jauh lebih mahal dibandingkan harga di wilayah barat. Karenanya, dengan visi tol laut tersebut, Presiden Jokowi menaruh asa besar menurunkan biaya logistik dan meningkatkan pemerataan ekonomi, serta mempermudah mobilitas masyarakat di wilayah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan (3TP), dan mobilitas masyarakat antarpulau dengan menggunakan angkutan laut dengan biaya yang murah.
Raul Soamole tampak berbincang santai di lantai dua ruang tunggu Terminal Penumpang Nusantara, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pemuda berusia 24 tahun yang pernah bersekolah di SMK Yapis Fakfak itu hendak melakukan perjalanan menuju kepulauan Bangka.
Bersama lima orang kerabatnya, Raul akan berlayar menggunakan KM Sawita. Sayup-sayup dari mulut kerabat Raul, terdengar lagu ciptaan Saridjah Niung atau yang dikenal dengan Ibu Soed berjudul Nenek Moyangku Seorang Pelaut yang populer itu.
Lagu yang menggambarkan bagaimana nenek moyang bangsa Indonesia mengarungi samudera dengan gagah berani, dan menggambarkan kejayaan bangsa Indonesia di sektor maritim itu seolah tak lekang oleh waktu.
“Kapal akan berangkat sekitar jam sembilan malam. Kami datang lebih cepat agar tak terburu-buru masuk kapal,” ujarnya kepada SINDONews, Kamis (12/7/2024).
Raul dan lima kerabatnya hendak mengadu nasib ke Bangka setelah tiga bulan bekerja di Bekasi, bersama komunitas pendatang dari Distrik Fakfak, Papua Barat. “Mencoba mencari pekerjaan di Bangka, karena kami berenam dulunya bekerja sebagai nelayan,” ujarnya.
Rahul berkisah, mereka memilih menggunakan moda transportasi laut yang dilayani PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni lantaran biaya transportasi yang harus dirogohnya tak begitu besar.
Raul menyebutkan, tiga bulan silam, dari Fakfak ke Jakarta, mereka hanya menngeluarkan biaya sekitar Rp1 juta per orang. Sedangkan perjalanan dari Jakarta ke pulau Bangka, total Rp2,1 juta untuk enam orang. “Di atas kapal, kami mendapatkan tiga kali makan,” paparnya.
Raul pun mengaku terkesan dengan layanan yang dihadirkan Pelni. Selain menu makanan yang beragam, fasilitas di dek juga lebih baik dibandingkan di masa lalu. “Kondisinya berubah total, sekarang kapal Pelni bersih,”ujarnya.
Bagi masyarakat yang berasal dari kawasan timur Indonesia, kapal-kapal Pelni memberikan harapan bagi mereka untuk bisa mengakses wilayah yang lebih maju. Tak hanya itu bagi masyarakat kepulauan, hadirnya Pelni membuat akses terhadap beragam barang kebutuhan semakin mudah.
“Karena ada kapal-kapal tol laut, bahan baku dari Jawa dan Makassar cepat datang. Harganya pun sekarang lebih murah,” ungkap Alfred Lim, pemilik Restoran Sahara Jetty di pulau Doom, Sorong, Papua Barat Daya kepada SINDOnews beberapa waktu lalu.
Alfred pun kerap melakukan perjalanan menggunakan kapal Pelni menuju Manokwari pergi pulang. “Menggunakan jalan darat waktu tempuh lama. Menggunakan pesawat, tarifnya mahal. Jadi pilih Pelni, karena mudah dan waktu tempuh hanya sekitar delapan jam,” paparnya.
Senada dengan Alfred, Muhammad Nur Masamber (63) dan Ahad Sakka (70) pengurus BUMDes Arar Berdikari di Kampung Arar, Sorong mengatakan dengan beragam barang kebutuhan yang semakin mudah di akses, kehidupan warga di kampung Arar semakin dinamis. Jauh dari kesan terbelakang meskipun berada di kawasan terpencil.
“Masyarakat menjadi mudah untuk menjalankan beragam aktivitas, barnag keperluan sehari-hari mudah didapat,” tutur Masamber.
Ada perubahan kehidupan dibandingkan sebelum kampung di pulau terpencil itu terkoneksi dengan “dunia luar” melalui angkutan laut. “Ekonomi bergerak, kualitas pendidikan anak-anak semakin meningkat,” imbuh Sakka.
Tol Laut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyediakan jaringan angkutan laut secara teratur. Upaya tersebut akan dicapai melalui penyelenggaraan pelayanan angkutan laut yang didukung peningkatan fasilitas kepelabuhanan yang prima. Salah satunya dengan melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Pelni.
Program tol laut ini dirancang tak hanya sekadar konektivitas wilayah barat dan timur Indonesia saja, namun lebih dari itu. Salah satu misi besarnya adalah pemerataan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh Nusantara.
Kolaborasi dan Inovasi
Program tol laut yang digagas Presiden Jokowi sejatinya merupakan salah satu pilar untuk menyokong Indonesia menjadi negara poros maritim dunia. Khususnya dalam rangka mewujudkan visi Indonesia Maju. Program tol laut sekaligus menegaskan benar-benar hadir di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan untuk seluruh lapisan masyarakat melalui kapal-kapal yang terjadwal rutin berlayar.
Salah satu operator tol laut yang ditunjuk pemerintah adalah Pelni. Pada 2023, kapal-kapal tol laut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu berhasil mengangkut total 13.653 TEUs (twenty foot equivalent unit) barang. Terdiri dari 9.201 TEUs muatan berangkat dan 4.452 TEUs muatan balik.
Sedangkan tahun ini, kapal-kapal tol laut Pelni diproyeksikan mampu mengangkut 14.950 TEUs barang ke berbagai wilayah di Tanah Air. Hingga April 2024, barang yang sudah diangkut kapal-kapal tol laut Pelni mencapai 3.979 TEUs.
Saat ini Pelni mengoerasikan 26 kapal penumpang yang melayani 1.058 ruas dan menyinggahi 76 pelabuhan. Pelni juga melayani 44 trayek kapal perintis dan menyinggahi 281 pelabuhan dengan total 3.695 ruas yang menjadi sarana aksesibilitas bagi mobilitas penduduk di wilayah 3TP. Untuk pelayanan logistik, Pelni mengoperasikan 10 trayek Tol Laut serta 1 trayek khusus untuk kapal ternak.
Pengamat Maritim DR Marcellus Hakeng Jayawibawa menilai, program tol laut merupakan program strategis yang tak sekadar menurunkan biaya logistik, tetapi juga menjadi tali penyambung antarwilayah, dan pengungkit pemerataan pertumbuhan ekonomi di daerah. Dengan adanya tol laut yang salah satunya dilayani oleh Pelni itu, beberapa wilayah terpencil kini tersentuh modernisasi.
“Misi besar tol laut itu untuk pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Harus terus didukung, termasuk melibatkan pemerintah daerah,” tegasnya.
Marcellus menilai, komitmen Pelni dalam menjalankan penugasan dari pemerintah sudah melebihi kapasitasnya. Sehingga, agar terus bisa memberikan layanan bagi pertumbuhan ekonomi nasional, seluruh stakeholder perlu memberikan dukungan. “
Pelni sudah all out dalm tol laut ini. Karenanya, perlu ada regulasi-regulasi, keterlibatan pemerintah daerah, sehingga tol laut terus lancar,” katanya.
Keterlibatan pemerintah daerah dinilai perlu, lantaran beberapa kapal tol laut tak maksimal dalam engangkut muatan balik. Jika masalah tersebut diabaikan, di masa depan berpotensi menjadi beban keuangan bagi operator. “Karenanya, pemerintah daerah perlu berinovasi dan berkolaborasi. Agar kapal-kapal tol laut setelah menurunkan barang, tak kembali tangpa mengangkut barang alias kosong,” terangnya.
Pada muatan berangkat kapal tol laut yang dioperasikan, Pelni mengangkut sembako seperti gula, tepung terigu, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar dan yang lainnya. Ada juga barang kebutuhan penting seperti benih padi, jagung dan kedelai, pupuk, semen, elpiji tiga kilogram, triplek, besi baja konstruksi, baja ringan.
Menurut Marcellus, inovasi-inovasi yang bisa dilakukan diantaranya mendorong pelaku usaha di daerah seperti, nelayan, usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk lebih banyak menghasilkan produk yang bisa dipasarkan ke wilayah lain menggunakan kapal Pelni yang memiliki jadwal pelayaran yang tetap dan teratur.
Senada, Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menilai, Pelni harus terus memaksimalkan potensi muatan balik pada kapal tol laut. Salah satunya dengan membawa hasil alam dari daerah untuk dapat dipasarkan di Jawa. “Sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi daerah setempat,” paparnya.
Terlebih, kapal-kapal tol laut Pelni mampu mengangkut potensi muatan seperti sembako, curah, batubara, batang kayu, dan lainya. Kolaborasi dan dukungan dari para pelaku usaha sektor kemaritiman juga dinilai perlu. Misalnya, di sektor kepelabuhanan, agar kapal-kapal Pelni lebih efisien melakukan bongkar muat barang, dibutuhkan fasilitas pelabuhan yang handal.
“Jangan sampai kapal-kapal Pelni justru mengalami kendala karena faktor ketidaksiapan pelabuhan. Karena itu perlu sinergi dan kolaborasi lebih kuat lagi,” sebutnya.
Untuk menjaga stabilitas kinerja, khususnya menyangkut masalah keuangan, Siswanto menyarankan agar Pelni memperkuat ekspansi angkutan barang ke mancanegara dan menggarap sektor-sektor lain di luar logistik. “Misalnya, pasar wisata kelautan. Karena sudah saatnya Pelni berekspansi go international,” katanya.
Pembukaan rute-rute kapal wisata ke Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina dinilai potensial, mengingat saat ini, sektor wisata kelautan mulai menunjukkan pertumbuhan peminat. “Wisatawan berkentong tebal menjadi salah satu potensi pasar yang bisa di bidik Pelni,” kata Siswanto.
Dia pun optimistis, selain menjadi tumpuan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah, Pelni juga akan menjadi penggerak pertumbuhan sektor pariwisata. “Terpenting, jangan berhenti berinovasi,” tutupnya.
Negara dan masyarakat di kawasan 3TP tetunya masih menggantungkan asa kepada Pelni. Karenanya, Direktur Utama Pelni Tri Andayani menegaskan komitmen Pelni untuk terus melayani negeri. Ikhtiar yang dilakukan, salah satunya yakni menambah kapal dan menjaga performa kapal-kapal yang sedang beroperasi untuk terus dalam kondisi prima.
Menurut Andayani, kebutuhan armada kapal yang memadai harus terus dilakukan untuk mendukung aksesibilitas dan konektivitas masyarakat. Terlebih, Indonesia merupakan negara kepulauan. Pelni pun berencana untuk menambah dua kapal baru. Satu unit kapal diperkirakan membutuhkan dana Rp1,3 triliun.
"Untuk melayani rute penugasan pemerintah,”tegasnya.
Selain mengangkut penumpang, kapal baru itu juga diproyeksikan mengangkut kargo kontainer. Dengan spesifikasi mampu mengangkut 1.000 penumpang dan 75 kontainer, diharapkan, kapal baru itu akan menjadi tali konektivitas antarwilayah di Indonesia.
Sebagai BUMN yang menjadi tulang punggung ketersediaan logistik nasional, Pelni tetap berkomitmen mengoperasikan kapal-kapalnya untuk membantu pemerintah daerah dan masyarakat dalam distribusi logistik nasional. Tak hanya itu, Pelni juga akan menyambung simpul-simpul yang putus menjadi rangkaian konektivitas yang kuat. Sehingga seluruh masyarakat di Nusantara bisa leluasa mengakses dunia.
Tak salah jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mengembalikan kejayaan sektor maritim Tanah Air dengan visi Tol Lautnya satu dekade silam. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Jokowi menegaskan perlu solusi untuk menyelesaikan persoalan ketimpangan ekonomi antara wilayah barat dan timur Indonesia. Ibarat jurang, ketimpangannya terlalu dalam.
Selain pendapatan masyarakat yang tak merata karena kondisi perekonomian di setiap daerah berbeda, harga-harga barang di wilayah timur Indonesia di masa lalu, jauh lebih mahal dibandingkan harga di wilayah barat. Karenanya, dengan visi tol laut tersebut, Presiden Jokowi menaruh asa besar menurunkan biaya logistik dan meningkatkan pemerataan ekonomi, serta mempermudah mobilitas masyarakat di wilayah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan (3TP), dan mobilitas masyarakat antarpulau dengan menggunakan angkutan laut dengan biaya yang murah.
Raul Soamole tampak berbincang santai di lantai dua ruang tunggu Terminal Penumpang Nusantara, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pemuda berusia 24 tahun yang pernah bersekolah di SMK Yapis Fakfak itu hendak melakukan perjalanan menuju kepulauan Bangka.
Bersama lima orang kerabatnya, Raul akan berlayar menggunakan KM Sawita. Sayup-sayup dari mulut kerabat Raul, terdengar lagu ciptaan Saridjah Niung atau yang dikenal dengan Ibu Soed berjudul Nenek Moyangku Seorang Pelaut yang populer itu.
Lagu yang menggambarkan bagaimana nenek moyang bangsa Indonesia mengarungi samudera dengan gagah berani, dan menggambarkan kejayaan bangsa Indonesia di sektor maritim itu seolah tak lekang oleh waktu.
“Kapal akan berangkat sekitar jam sembilan malam. Kami datang lebih cepat agar tak terburu-buru masuk kapal,” ujarnya kepada SINDONews, Kamis (12/7/2024).
Raul dan lima kerabatnya hendak mengadu nasib ke Bangka setelah tiga bulan bekerja di Bekasi, bersama komunitas pendatang dari Distrik Fakfak, Papua Barat. “Mencoba mencari pekerjaan di Bangka, karena kami berenam dulunya bekerja sebagai nelayan,” ujarnya.
Rahul berkisah, mereka memilih menggunakan moda transportasi laut yang dilayani PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni lantaran biaya transportasi yang harus dirogohnya tak begitu besar.
Raul menyebutkan, tiga bulan silam, dari Fakfak ke Jakarta, mereka hanya menngeluarkan biaya sekitar Rp1 juta per orang. Sedangkan perjalanan dari Jakarta ke pulau Bangka, total Rp2,1 juta untuk enam orang. “Di atas kapal, kami mendapatkan tiga kali makan,” paparnya.
Raul pun mengaku terkesan dengan layanan yang dihadirkan Pelni. Selain menu makanan yang beragam, fasilitas di dek juga lebih baik dibandingkan di masa lalu. “Kondisinya berubah total, sekarang kapal Pelni bersih,”ujarnya.
Bagi masyarakat yang berasal dari kawasan timur Indonesia, kapal-kapal Pelni memberikan harapan bagi mereka untuk bisa mengakses wilayah yang lebih maju. Tak hanya itu bagi masyarakat kepulauan, hadirnya Pelni membuat akses terhadap beragam barang kebutuhan semakin mudah.
“Karena ada kapal-kapal tol laut, bahan baku dari Jawa dan Makassar cepat datang. Harganya pun sekarang lebih murah,” ungkap Alfred Lim, pemilik Restoran Sahara Jetty di pulau Doom, Sorong, Papua Barat Daya kepada SINDOnews beberapa waktu lalu.
Alfred pun kerap melakukan perjalanan menggunakan kapal Pelni menuju Manokwari pergi pulang. “Menggunakan jalan darat waktu tempuh lama. Menggunakan pesawat, tarifnya mahal. Jadi pilih Pelni, karena mudah dan waktu tempuh hanya sekitar delapan jam,” paparnya.
Senada dengan Alfred, Muhammad Nur Masamber (63) dan Ahad Sakka (70) pengurus BUMDes Arar Berdikari di Kampung Arar, Sorong mengatakan dengan beragam barang kebutuhan yang semakin mudah di akses, kehidupan warga di kampung Arar semakin dinamis. Jauh dari kesan terbelakang meskipun berada di kawasan terpencil.
“Masyarakat menjadi mudah untuk menjalankan beragam aktivitas, barnag keperluan sehari-hari mudah didapat,” tutur Masamber.
Ada perubahan kehidupan dibandingkan sebelum kampung di pulau terpencil itu terkoneksi dengan “dunia luar” melalui angkutan laut. “Ekonomi bergerak, kualitas pendidikan anak-anak semakin meningkat,” imbuh Sakka.
Tol Laut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyediakan jaringan angkutan laut secara teratur. Upaya tersebut akan dicapai melalui penyelenggaraan pelayanan angkutan laut yang didukung peningkatan fasilitas kepelabuhanan yang prima. Salah satunya dengan melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Pelni.
Program tol laut ini dirancang tak hanya sekadar konektivitas wilayah barat dan timur Indonesia saja, namun lebih dari itu. Salah satu misi besarnya adalah pemerataan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh Nusantara.
Kolaborasi dan Inovasi
Program tol laut yang digagas Presiden Jokowi sejatinya merupakan salah satu pilar untuk menyokong Indonesia menjadi negara poros maritim dunia. Khususnya dalam rangka mewujudkan visi Indonesia Maju. Program tol laut sekaligus menegaskan benar-benar hadir di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan untuk seluruh lapisan masyarakat melalui kapal-kapal yang terjadwal rutin berlayar.
Salah satu operator tol laut yang ditunjuk pemerintah adalah Pelni. Pada 2023, kapal-kapal tol laut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu berhasil mengangkut total 13.653 TEUs (twenty foot equivalent unit) barang. Terdiri dari 9.201 TEUs muatan berangkat dan 4.452 TEUs muatan balik.
Sedangkan tahun ini, kapal-kapal tol laut Pelni diproyeksikan mampu mengangkut 14.950 TEUs barang ke berbagai wilayah di Tanah Air. Hingga April 2024, barang yang sudah diangkut kapal-kapal tol laut Pelni mencapai 3.979 TEUs.
Saat ini Pelni mengoerasikan 26 kapal penumpang yang melayani 1.058 ruas dan menyinggahi 76 pelabuhan. Pelni juga melayani 44 trayek kapal perintis dan menyinggahi 281 pelabuhan dengan total 3.695 ruas yang menjadi sarana aksesibilitas bagi mobilitas penduduk di wilayah 3TP. Untuk pelayanan logistik, Pelni mengoperasikan 10 trayek Tol Laut serta 1 trayek khusus untuk kapal ternak.
Pengamat Maritim DR Marcellus Hakeng Jayawibawa menilai, program tol laut merupakan program strategis yang tak sekadar menurunkan biaya logistik, tetapi juga menjadi tali penyambung antarwilayah, dan pengungkit pemerataan pertumbuhan ekonomi di daerah. Dengan adanya tol laut yang salah satunya dilayani oleh Pelni itu, beberapa wilayah terpencil kini tersentuh modernisasi.
“Misi besar tol laut itu untuk pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Harus terus didukung, termasuk melibatkan pemerintah daerah,” tegasnya.
Marcellus menilai, komitmen Pelni dalam menjalankan penugasan dari pemerintah sudah melebihi kapasitasnya. Sehingga, agar terus bisa memberikan layanan bagi pertumbuhan ekonomi nasional, seluruh stakeholder perlu memberikan dukungan. “
Pelni sudah all out dalm tol laut ini. Karenanya, perlu ada regulasi-regulasi, keterlibatan pemerintah daerah, sehingga tol laut terus lancar,” katanya.
Keterlibatan pemerintah daerah dinilai perlu, lantaran beberapa kapal tol laut tak maksimal dalam engangkut muatan balik. Jika masalah tersebut diabaikan, di masa depan berpotensi menjadi beban keuangan bagi operator. “Karenanya, pemerintah daerah perlu berinovasi dan berkolaborasi. Agar kapal-kapal tol laut setelah menurunkan barang, tak kembali tangpa mengangkut barang alias kosong,” terangnya.
Pada muatan berangkat kapal tol laut yang dioperasikan, Pelni mengangkut sembako seperti gula, tepung terigu, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar dan yang lainnya. Ada juga barang kebutuhan penting seperti benih padi, jagung dan kedelai, pupuk, semen, elpiji tiga kilogram, triplek, besi baja konstruksi, baja ringan.
Menurut Marcellus, inovasi-inovasi yang bisa dilakukan diantaranya mendorong pelaku usaha di daerah seperti, nelayan, usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk lebih banyak menghasilkan produk yang bisa dipasarkan ke wilayah lain menggunakan kapal Pelni yang memiliki jadwal pelayaran yang tetap dan teratur.
Senada, Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menilai, Pelni harus terus memaksimalkan potensi muatan balik pada kapal tol laut. Salah satunya dengan membawa hasil alam dari daerah untuk dapat dipasarkan di Jawa. “Sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi daerah setempat,” paparnya.
Terlebih, kapal-kapal tol laut Pelni mampu mengangkut potensi muatan seperti sembako, curah, batubara, batang kayu, dan lainya. Kolaborasi dan dukungan dari para pelaku usaha sektor kemaritiman juga dinilai perlu. Misalnya, di sektor kepelabuhanan, agar kapal-kapal Pelni lebih efisien melakukan bongkar muat barang, dibutuhkan fasilitas pelabuhan yang handal.
“Jangan sampai kapal-kapal Pelni justru mengalami kendala karena faktor ketidaksiapan pelabuhan. Karena itu perlu sinergi dan kolaborasi lebih kuat lagi,” sebutnya.
Untuk menjaga stabilitas kinerja, khususnya menyangkut masalah keuangan, Siswanto menyarankan agar Pelni memperkuat ekspansi angkutan barang ke mancanegara dan menggarap sektor-sektor lain di luar logistik. “Misalnya, pasar wisata kelautan. Karena sudah saatnya Pelni berekspansi go international,” katanya.
Pembukaan rute-rute kapal wisata ke Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina dinilai potensial, mengingat saat ini, sektor wisata kelautan mulai menunjukkan pertumbuhan peminat. “Wisatawan berkentong tebal menjadi salah satu potensi pasar yang bisa di bidik Pelni,” kata Siswanto.
Dia pun optimistis, selain menjadi tumpuan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah, Pelni juga akan menjadi penggerak pertumbuhan sektor pariwisata. “Terpenting, jangan berhenti berinovasi,” tutupnya.
Negara dan masyarakat di kawasan 3TP tetunya masih menggantungkan asa kepada Pelni. Karenanya, Direktur Utama Pelni Tri Andayani menegaskan komitmen Pelni untuk terus melayani negeri. Ikhtiar yang dilakukan, salah satunya yakni menambah kapal dan menjaga performa kapal-kapal yang sedang beroperasi untuk terus dalam kondisi prima.
Menurut Andayani, kebutuhan armada kapal yang memadai harus terus dilakukan untuk mendukung aksesibilitas dan konektivitas masyarakat. Terlebih, Indonesia merupakan negara kepulauan. Pelni pun berencana untuk menambah dua kapal baru. Satu unit kapal diperkirakan membutuhkan dana Rp1,3 triliun.
"Untuk melayani rute penugasan pemerintah,”tegasnya.
Selain mengangkut penumpang, kapal baru itu juga diproyeksikan mengangkut kargo kontainer. Dengan spesifikasi mampu mengangkut 1.000 penumpang dan 75 kontainer, diharapkan, kapal baru itu akan menjadi tali konektivitas antarwilayah di Indonesia.
Sebagai BUMN yang menjadi tulang punggung ketersediaan logistik nasional, Pelni tetap berkomitmen mengoperasikan kapal-kapalnya untuk membantu pemerintah daerah dan masyarakat dalam distribusi logistik nasional. Tak hanya itu, Pelni juga akan menyambung simpul-simpul yang putus menjadi rangkaian konektivitas yang kuat. Sehingga seluruh masyarakat di Nusantara bisa leluasa mengakses dunia.
(akr)