Ekonomi Indonesia Jalan di Tempat dalam 10 Tahun Terakhir, Ekonom Ungkap Masalahnya
Jum'at, 13 September 2024 - 19:28 WIB
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun dinilai hanya jalan ditempat pada kisaran level 5 hingga 5,1%. Ekonom dan Senior Faculty LPPI, Ryan Kiryanto menerangkan, apa saja penyebab ekonomi Indonesia yang menurutnya tumbuh pas-pasan.
"Dalam pengamatan saya memang kurang lebih 9-10 tahun terakhir, kita itu rerata tumbuh pas-pasan, sekitar 5%, atau bisa dikatakan dalam koridor atau batas bawah," ujarnya dalam Market Review IDXChannel, Jumat (13/9/2024).
Ryan menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dikatakan jalan ditempat itu disebabkan oleh adanya kesalahan desain kebijakan Pemerintah. Mengingat arah kebijakan selama Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun terakhir ini lebih condong pada penguatan infrastruktur ketimbang industri manufaktur.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur memang penting dilakukan untuk meningkatkan konektivitas, tapi tidak serta merta bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sehingga perlu penguatan dari sisi industri manufaktur untuk lebih menggairahkan pertumbuhan ekonomi.
"Indonesia itu begitu luas, sehingga pembangunan infrastruktur yang masif itu masih meninggalkan lubang lubang, dalam artian tidak semua titik-titik itu terhubung antar satu kota atau kawasan," kata Ryan.
"Sekalipun kita masih heavy di pembangunan infrastruktur , mestinya harus ada sektor ekonomi atau bidang usaha yang bisa kita petik hasilnya, misal manufaktur, itu karakternya padat modal dan padat karya," sambungnya.
Lemahnya pembangunan manufaktur membuatnya menyoroti S&P Global merilis Purchasing Manager’s Index atau PMI Manufaktur Indonesia bulan Juli 2024 sebesar 49,3. Level tersebut turun dibandingkan Juni 2024 sebesar 50,7.
"Kondisi ini ada miss policy atau kesalahan desain kebijakan, kenapa sepanjang 9 tahun terakhir kita hanya mampu ngegas ekonomi kita rerata 5,0 - 5,1%," tambahnya.
Ryan membandingkan, dengan negara tetangga di ASEAN, seperti Vietnam dan Filipina yang memiliki rerata pertumbuhan ekonomi lebih baik dari Indonesia yakni sebesar 6,5 - 7% per tahun. Padahal negara di kawasan ASEAN ini punya tantangan yang sama beberapa tahun belakangan, seperti pandemi Covid-19, hingga terdampak ketegangan geopolitik.
"Memang pertumbuhan ekonomi kita stuck di level 5%, itu harus menjadi concern kita semua, terutama para pengambil kebijakan ke depannya," tutupnya.
"Dalam pengamatan saya memang kurang lebih 9-10 tahun terakhir, kita itu rerata tumbuh pas-pasan, sekitar 5%, atau bisa dikatakan dalam koridor atau batas bawah," ujarnya dalam Market Review IDXChannel, Jumat (13/9/2024).
Ryan menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dikatakan jalan ditempat itu disebabkan oleh adanya kesalahan desain kebijakan Pemerintah. Mengingat arah kebijakan selama Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun terakhir ini lebih condong pada penguatan infrastruktur ketimbang industri manufaktur.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur memang penting dilakukan untuk meningkatkan konektivitas, tapi tidak serta merta bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sehingga perlu penguatan dari sisi industri manufaktur untuk lebih menggairahkan pertumbuhan ekonomi.
"Indonesia itu begitu luas, sehingga pembangunan infrastruktur yang masif itu masih meninggalkan lubang lubang, dalam artian tidak semua titik-titik itu terhubung antar satu kota atau kawasan," kata Ryan.
"Sekalipun kita masih heavy di pembangunan infrastruktur , mestinya harus ada sektor ekonomi atau bidang usaha yang bisa kita petik hasilnya, misal manufaktur, itu karakternya padat modal dan padat karya," sambungnya.
Lemahnya pembangunan manufaktur membuatnya menyoroti S&P Global merilis Purchasing Manager’s Index atau PMI Manufaktur Indonesia bulan Juli 2024 sebesar 49,3. Level tersebut turun dibandingkan Juni 2024 sebesar 50,7.
"Kondisi ini ada miss policy atau kesalahan desain kebijakan, kenapa sepanjang 9 tahun terakhir kita hanya mampu ngegas ekonomi kita rerata 5,0 - 5,1%," tambahnya.
Ryan membandingkan, dengan negara tetangga di ASEAN, seperti Vietnam dan Filipina yang memiliki rerata pertumbuhan ekonomi lebih baik dari Indonesia yakni sebesar 6,5 - 7% per tahun. Padahal negara di kawasan ASEAN ini punya tantangan yang sama beberapa tahun belakangan, seperti pandemi Covid-19, hingga terdampak ketegangan geopolitik.
"Memang pertumbuhan ekonomi kita stuck di level 5%, itu harus menjadi concern kita semua, terutama para pengambil kebijakan ke depannya," tutupnya.
(akr)
tulis komentar anda