3 Fakta Unik Turki Anggota NATO, Tapi Gabung BRICS
Jum'at, 29 November 2024 - 08:43 WIB
Sementara itu kondisi BRICS tidak sepenuhnya solid, ketika China dan Rusia ingin membangunnya menjadi entitas anti-Barat. Sedangkan Brasil, India, dan Afrika Selatan lebih suka mengambil sikap yang lebih dekat dengan nonblok.
Kehadiran Turki kemungkinan akan memperkuat pandangan kedua. Hal yang sama berlaku untuk sebagian besar anggota baru, kecuali Iran, yang kemungkinan akan mendekati China dan Rusia.
Bergabung dengan BRICS juga akan menempatkan Turki, anggota NATO, dalam posisi istimewa: Memiliki kaki di kedua kubu meningkatkan pengaruh kebijakan luar negeri Ankara. "Terlibat dalam struktur ini tidak berarti meninggalkan NATO," kata Erdogan kepada wartawan di Majelis Umum PBB pada bulan September.
"Kami tidak berpikir bahwa aliansi dan kerja sama ini adalah alternatif satu sama lain," sambungnya.
Saat pertumbuhan ekonomi melambat dan inflasi merajalela, kendala domestik tidak membatasi pencarian Turki untuk pengaruh di seluruh Eurasia. Jika ada upaya internasional yang menawarkan peluang, maka bakal disambut baik.
Kebijakan luar negeri Erdogan dibangun di atas perpaduan kompleks warisan Ottoman Turki, aspirasi nasionalis, dan perasaan bahwa hari-hari terbaik Barat ada di belakangnya. Erdogan mencari dunia yang lebih multipolar, di mana Turki dapat bertindak secara independen dari hegemoni Barat dan mencari opsi strategis di luar Barat.
Bahkan jika ini berarti bermitra dengan musuh (sejarah), seperti Rusia, atau dengan negara-negara yang diduga terkait kebijakan yang melanggar HAM terhadap minoritas Muslim, seperti China.
Erdogan telah berusaha emperluas ruang gerak strategis Turki melalui diplomasi. Dia telah menandatangani kesepakatan energi dengan Rusia, yang memungkinkan utilitas milik negara Rusia Rosatom untuk membangun, memiliki, dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki.
Proposal Turki untuk bergabung dengan BRICS tidak berbeda. Ini bukan tentang memutuskan hubungan dengan Barat melainkan mengkalibrasi ulang demi aliansi yang lebih luas dan lebih beragam yang penting bagi kepentingan nasional jangka panjang Turki.
Kehadiran Turki kemungkinan akan memperkuat pandangan kedua. Hal yang sama berlaku untuk sebagian besar anggota baru, kecuali Iran, yang kemungkinan akan mendekati China dan Rusia.
Bergabung dengan BRICS juga akan menempatkan Turki, anggota NATO, dalam posisi istimewa: Memiliki kaki di kedua kubu meningkatkan pengaruh kebijakan luar negeri Ankara. "Terlibat dalam struktur ini tidak berarti meninggalkan NATO," kata Erdogan kepada wartawan di Majelis Umum PBB pada bulan September.
"Kami tidak berpikir bahwa aliansi dan kerja sama ini adalah alternatif satu sama lain," sambungnya.
Saat pertumbuhan ekonomi melambat dan inflasi merajalela, kendala domestik tidak membatasi pencarian Turki untuk pengaruh di seluruh Eurasia. Jika ada upaya internasional yang menawarkan peluang, maka bakal disambut baik.
Kebijakan luar negeri Erdogan dibangun di atas perpaduan kompleks warisan Ottoman Turki, aspirasi nasionalis, dan perasaan bahwa hari-hari terbaik Barat ada di belakangnya. Erdogan mencari dunia yang lebih multipolar, di mana Turki dapat bertindak secara independen dari hegemoni Barat dan mencari opsi strategis di luar Barat.
Bahkan jika ini berarti bermitra dengan musuh (sejarah), seperti Rusia, atau dengan negara-negara yang diduga terkait kebijakan yang melanggar HAM terhadap minoritas Muslim, seperti China.
Erdogan telah berusaha emperluas ruang gerak strategis Turki melalui diplomasi. Dia telah menandatangani kesepakatan energi dengan Rusia, yang memungkinkan utilitas milik negara Rusia Rosatom untuk membangun, memiliki, dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki.
Proposal Turki untuk bergabung dengan BRICS tidak berbeda. Ini bukan tentang memutuskan hubungan dengan Barat melainkan mengkalibrasi ulang demi aliansi yang lebih luas dan lebih beragam yang penting bagi kepentingan nasional jangka panjang Turki.
2. Frustasi Gabung Uni Eropa
Sementara itu prospek Ankara untuk keanggotaan Uni Eropa semakin redup dan hubungan strategis dengan Amerika Serikat melemah. Upaya Turki selama beberapa dekade untuk menjadi anggota Uni Eropa, telah berubah menjadi rasa frustrasi.Lihat Juga :
tulis komentar anda