Memanen Keuntungan dari Hidroponik
Sabtu, 19 September 2020 - 06:02 WIB
JAKARTA - Berada di lahan yang sempit, bukan berarti bisnis tanaman hidroponik tidak menjanjikan. Jika ditekuni dengan baik, usaha bercocok tanam dengan media air ini mampu menghasilkan keuntungan besar.
Bisnis tanaman hidroponik merupakan bisnis tanaman sayur atau buah-buahan yang dilakukan pada lahan yang sempit. Berbeda dengan bisnis? tanaman pada lahan konvensional, hidroponik bisa menggunakan media tanam khusus agar dapat tumbuh dengan baik di lahan terbatas.
Modal pembuatan hidroponik ini sangat tergantung dengan model yang diinginkan. Semakin tinggi atau banyaknya tingkat, biayanya tentu akan semakin mahal dan tergantung jumlah pipa PVC yang dipakai. Kisaran biayanya bisa menghabiskan Rp1juta hingga Rp1,5 juta. (Baca: Penjelasan Satgas Soal Angka Kematian Corona Simpang Siur)
"Kalau untuk pemula, sekadar hobi dan memenuhi kebutuhan sayuran untuk dapur sendiri, bisa mulai dengan ukuran 1x4 meter. Bahkan bisa 1x2 meter dengan dibuat meninggi ke atas. Untuk biaya instalasinya bisa habis sekitar Rp1,5 juta," ujar Putri Dewi Guna, pemilik Kaya Hidrofarm.
Dalam satu bulan Putri mampu menjual 300 sampai 700 produk. Sebagian besar pembelinya berasal dari luar kota seperti Makassar, Banjarmasin, Bali, Surabaya, dan Jakarta dengan omzet per bulannya mencapai Rp 50 juta.
Pengusaha lainnya yang juga jeli memanfaatkan peluang usaha hidroponik ini adalah Rudi Setiawan. Pemilik Sanggar Hidroponik Jaya itu menjual kebutuhan budi daya hidroponik mulai dari media tanam, bibit, nutrisi hingga tanaman hidroponik baik buah-buahan maupun sayuran dengan harga Rp13.000 sampai Rp138.000. Dari usahanya tersebut ia mampu meraih omzet hingga Rp15 juta per bulan.
Dari banyaknya omzet yang diperoleh, tidak aneh bila urban farming seperti hidroponik sudah banyak dikembangkan di berbagai negara. Australia, Jepang, dan Belanda sudah sangat maju menggunakan sistem ini. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih tertinggal dari Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Di Indonesia sendiri pembudidayaan hidroponik sebenarnya sudah pernah digagas Presiden Joko Widodo pada awal tahun 2014 lalu. Pada saat itu Rusunawa Marunda menjadi lokasi pertama proyek Rumah Hidroponik. Lewat program ini beberapa petani yang berada di dalam Rumah Hidroponik tersebut mampu mendapatkan omzet hingga Rp15 juta per bukan. Namun, pada Desember 2017, Rumah Hidroponik tersebut tidak lagi dilanjutkan karena kurangnya perawatan. (Baca juga: Inilah Tips Melawan Rasa Malas Beribadah)
Pengembangan bisnis hidroponik pun kini dilanjutkan dengan adanya program yang dicanangkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), yaitu program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP).
Bisnis tanaman hidroponik merupakan bisnis tanaman sayur atau buah-buahan yang dilakukan pada lahan yang sempit. Berbeda dengan bisnis? tanaman pada lahan konvensional, hidroponik bisa menggunakan media tanam khusus agar dapat tumbuh dengan baik di lahan terbatas.
Modal pembuatan hidroponik ini sangat tergantung dengan model yang diinginkan. Semakin tinggi atau banyaknya tingkat, biayanya tentu akan semakin mahal dan tergantung jumlah pipa PVC yang dipakai. Kisaran biayanya bisa menghabiskan Rp1juta hingga Rp1,5 juta. (Baca: Penjelasan Satgas Soal Angka Kematian Corona Simpang Siur)
"Kalau untuk pemula, sekadar hobi dan memenuhi kebutuhan sayuran untuk dapur sendiri, bisa mulai dengan ukuran 1x4 meter. Bahkan bisa 1x2 meter dengan dibuat meninggi ke atas. Untuk biaya instalasinya bisa habis sekitar Rp1,5 juta," ujar Putri Dewi Guna, pemilik Kaya Hidrofarm.
Dalam satu bulan Putri mampu menjual 300 sampai 700 produk. Sebagian besar pembelinya berasal dari luar kota seperti Makassar, Banjarmasin, Bali, Surabaya, dan Jakarta dengan omzet per bulannya mencapai Rp 50 juta.
Pengusaha lainnya yang juga jeli memanfaatkan peluang usaha hidroponik ini adalah Rudi Setiawan. Pemilik Sanggar Hidroponik Jaya itu menjual kebutuhan budi daya hidroponik mulai dari media tanam, bibit, nutrisi hingga tanaman hidroponik baik buah-buahan maupun sayuran dengan harga Rp13.000 sampai Rp138.000. Dari usahanya tersebut ia mampu meraih omzet hingga Rp15 juta per bulan.
Dari banyaknya omzet yang diperoleh, tidak aneh bila urban farming seperti hidroponik sudah banyak dikembangkan di berbagai negara. Australia, Jepang, dan Belanda sudah sangat maju menggunakan sistem ini. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih tertinggal dari Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Di Indonesia sendiri pembudidayaan hidroponik sebenarnya sudah pernah digagas Presiden Joko Widodo pada awal tahun 2014 lalu. Pada saat itu Rusunawa Marunda menjadi lokasi pertama proyek Rumah Hidroponik. Lewat program ini beberapa petani yang berada di dalam Rumah Hidroponik tersebut mampu mendapatkan omzet hingga Rp15 juta per bukan. Namun, pada Desember 2017, Rumah Hidroponik tersebut tidak lagi dilanjutkan karena kurangnya perawatan. (Baca juga: Inilah Tips Melawan Rasa Malas Beribadah)
Pengembangan bisnis hidroponik pun kini dilanjutkan dengan adanya program yang dicanangkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), yaitu program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP).
tulis komentar anda