Wisata Sehat
Senin, 28 September 2020 - 06:01 WIB
Perihal implementasi CHSE, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian menegaskan bahwa pemerintah mendukung langkah yang dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam kampanye InDonesia Care (I Do Care) untuk menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE.
“Kita berharap program ini digaungkan secara masif untuk meningkatkan kepercayaan calon wisatawan domestik dan global,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Bintang, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memprediksi tren berwisata masyarakat Indonesia dan dunia akan berubah meski pagebluk Covid-19 sudah berakhir. Salah satunya, pertemuan-pertemuan di hotel dan restoran akan berkurang. Masyarakat akan lebih banyak menggunakan aplikasi pertemuan dalam menggelar rapat. (Baca juga: Susu Colostrum Dikalim Mampu Pulihkan Saraf Kejepit)
Maulana juga menyatakan, penerapan protokol kesehatan tidak akan bisa dihilangkan meskipun vaksin Covid-19 sudah ada. Dia juga menyebut bahwa wisata alam akan menjadi favorit. “Ini mempunyai potensi di alam. Ini hal baik. Alam sudah ada, kita wajib melestarikan dan menjadi daya tarik bagi dunia,” katanya.
Saat ini, kata dia, situasi sektor pariwisata saat ini sedang tidak baik dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II di DKI Jakarta. Menurutnya, ketika ada pelonggaran berupa PSBB transisi, sektor pariwisata sebenarnya mulai hidup meskipun belum bangkit. Namun, kata dia, sekarang situasinya kembali seperti ketika PSBB jilid I.
“Karena ini yang ditetapkan DKI Jakarta sebagai ibu kota negara, dampaknya akan terjadi nasional sehingga terjadi penurunan kembali. Kemudian, restoran pada umumnya di Jakarta saat ini kondisinya makin parah. Mereka tidak bisa dine-in. Semua orang yang di Jakarta pergi makannya ke luar Jakarta,” ujarnya di Jakarta kemarin.
PHRI telah melakukan berbagai langkah untuk bangkit dari keterpurukan setelah dihajar pagebluk Covid-19. Pertama, sosialisasi dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di tempat usaha masing-masing. Ini penting untuk membangkitkan rasa percaya untuk menginap di hotel dan makan di restoran.
Kedua, PHRI berkolaborasi dengan Indonesia National Air Carriers Association (INACA) untuk mensosialisasikan ke masyarakat bahwa terbang itu aman. Selain itu, PHRI dan INACA juga menjual paket wisata dengan harga terjangkau. Hal ini dilakukan karena sebagai negara kepulauan, transportasi udara menjadi pilihan utama pelancong dan para pebisnis. (Baca juga: Cerita Proses Pembuatan Vaksin yang Sukses Dikebangkan Melawan Virus)
“Yang kami lihat besar itu pesawat. Kecuali di Pulau Jawa yang terbesar itu kereta api dan tol. Kami bicara Indonesia, sebagai negara kepulauan, transportasi udara merupakan hal utama apalagi kalau (itu akan) mendorong tingkat hunian hotel. Itu bagian strategi untuk menaikkan lagi confident masyarakat kembali travelling,” papar Maulana.
Namun, Dia menegaskan upaya-upaya yang dilakukan tidak akan maksimal membangkitkan sektor pariwisata selama pagebluk masih ada. Pelaku usaha membutuhkan insentif dari pemerintah untuk bisa bertahan di tengah pagebluk ini. Pemerintah mengeluarkan beberapa stimulus, seperti bantuan untuk usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta korporasi.
“Kita berharap program ini digaungkan secara masif untuk meningkatkan kepercayaan calon wisatawan domestik dan global,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Bintang, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memprediksi tren berwisata masyarakat Indonesia dan dunia akan berubah meski pagebluk Covid-19 sudah berakhir. Salah satunya, pertemuan-pertemuan di hotel dan restoran akan berkurang. Masyarakat akan lebih banyak menggunakan aplikasi pertemuan dalam menggelar rapat. (Baca juga: Susu Colostrum Dikalim Mampu Pulihkan Saraf Kejepit)
Maulana juga menyatakan, penerapan protokol kesehatan tidak akan bisa dihilangkan meskipun vaksin Covid-19 sudah ada. Dia juga menyebut bahwa wisata alam akan menjadi favorit. “Ini mempunyai potensi di alam. Ini hal baik. Alam sudah ada, kita wajib melestarikan dan menjadi daya tarik bagi dunia,” katanya.
Saat ini, kata dia, situasi sektor pariwisata saat ini sedang tidak baik dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II di DKI Jakarta. Menurutnya, ketika ada pelonggaran berupa PSBB transisi, sektor pariwisata sebenarnya mulai hidup meskipun belum bangkit. Namun, kata dia, sekarang situasinya kembali seperti ketika PSBB jilid I.
“Karena ini yang ditetapkan DKI Jakarta sebagai ibu kota negara, dampaknya akan terjadi nasional sehingga terjadi penurunan kembali. Kemudian, restoran pada umumnya di Jakarta saat ini kondisinya makin parah. Mereka tidak bisa dine-in. Semua orang yang di Jakarta pergi makannya ke luar Jakarta,” ujarnya di Jakarta kemarin.
PHRI telah melakukan berbagai langkah untuk bangkit dari keterpurukan setelah dihajar pagebluk Covid-19. Pertama, sosialisasi dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di tempat usaha masing-masing. Ini penting untuk membangkitkan rasa percaya untuk menginap di hotel dan makan di restoran.
Kedua, PHRI berkolaborasi dengan Indonesia National Air Carriers Association (INACA) untuk mensosialisasikan ke masyarakat bahwa terbang itu aman. Selain itu, PHRI dan INACA juga menjual paket wisata dengan harga terjangkau. Hal ini dilakukan karena sebagai negara kepulauan, transportasi udara menjadi pilihan utama pelancong dan para pebisnis. (Baca juga: Cerita Proses Pembuatan Vaksin yang Sukses Dikebangkan Melawan Virus)
“Yang kami lihat besar itu pesawat. Kecuali di Pulau Jawa yang terbesar itu kereta api dan tol. Kami bicara Indonesia, sebagai negara kepulauan, transportasi udara merupakan hal utama apalagi kalau (itu akan) mendorong tingkat hunian hotel. Itu bagian strategi untuk menaikkan lagi confident masyarakat kembali travelling,” papar Maulana.
Namun, Dia menegaskan upaya-upaya yang dilakukan tidak akan maksimal membangkitkan sektor pariwisata selama pagebluk masih ada. Pelaku usaha membutuhkan insentif dari pemerintah untuk bisa bertahan di tengah pagebluk ini. Pemerintah mengeluarkan beberapa stimulus, seperti bantuan untuk usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta korporasi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda