Sri Mulyani Utak Atik Risiko Demi Kejar Pertumbuhan Ekonomi 2021
Rabu, 30 September 2020 - 08:06 WIB
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi ditarget sebesar 5,0% pada tahun 2021. Hal ini seiring APBN 2021 telah disahkan oleh DPR dalam Paripurna.
(Baca Juga: Masih Pede, Ekonomi Tahun Depan Dipatok Tumbuh 5% Usai APBN 2021 Jadi UU )
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku ada beberapa faktor yang bisa mewujudkan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0% di tahun 2021. "Tahun 2021 juga akan membangun fondasi ekonomi Indonesia agar bisa maju secara kompetitif, produktif dan inovatif," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual.
Menurutnya ketersediaan vaksin dapat meredakan ketidakpastian ekonomi khususnya pada akhir tahun 2020 dan awal tahun depan. "Ini tentu pengaruhi swing dari pemulihan ekonomi. Kalau bisa dapatkan vaksin dan vaksinasi cukup luas, kita mampu akselerasi pemulihan ekonomi juga," bebernya.
(Baca Juga: Bos BI: Dicambuk Biar Lari Kencang, Ekonomi Kuartal III Masih Lelet )
Dia mengingatkan bahwa risiko ketidakpastian ini perlu dikelola dengan kehati-hatian. Hal ini diperlukan supaya dampak negatif pandemi tetap dapat dimitigasi atau diminimalkan supaya pemulihan baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi tetap berjalan secara bertahap namun pasti.
"Untuk Indonesia kita fokus menangani covid karena penyebaran dan aspek covid sangat mempengaruhi ancaman keselamatan masyarakat dari sisi kesehatan, namun juga ekonomi dan sosial," tandasnya.
(Baca Juga: Masih Pede, Ekonomi Tahun Depan Dipatok Tumbuh 5% Usai APBN 2021 Jadi UU )
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku ada beberapa faktor yang bisa mewujudkan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0% di tahun 2021. "Tahun 2021 juga akan membangun fondasi ekonomi Indonesia agar bisa maju secara kompetitif, produktif dan inovatif," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual.
Menurutnya ketersediaan vaksin dapat meredakan ketidakpastian ekonomi khususnya pada akhir tahun 2020 dan awal tahun depan. "Ini tentu pengaruhi swing dari pemulihan ekonomi. Kalau bisa dapatkan vaksin dan vaksinasi cukup luas, kita mampu akselerasi pemulihan ekonomi juga," bebernya.
(Baca Juga: Bos BI: Dicambuk Biar Lari Kencang, Ekonomi Kuartal III Masih Lelet )
Dia mengingatkan bahwa risiko ketidakpastian ini perlu dikelola dengan kehati-hatian. Hal ini diperlukan supaya dampak negatif pandemi tetap dapat dimitigasi atau diminimalkan supaya pemulihan baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi tetap berjalan secara bertahap namun pasti.
"Untuk Indonesia kita fokus menangani covid karena penyebaran dan aspek covid sangat mempengaruhi ancaman keselamatan masyarakat dari sisi kesehatan, namun juga ekonomi dan sosial," tandasnya.
(akr)
tulis komentar anda