Pandemi Corona, Momentum Berdayakan Masyarakat dengan CSR
Kamis, 01 Oktober 2020 - 08:35 WIB
Aep menggambarkan, ketika menggunakan pupuk kimia, produksi padi per hektare (ha) mencapai 6-6,5 ton. Sedangkan dengan pupuk organik bisa 6,2 ton per ha. “Meski pun 6,2 ton, tapi kita enggak keluar untuk biaya nyemprot insektisida untuk hama,” katanya.
Hanya, kata dia, karena saat ini pandemi, pasokan bahan baku untuk pupuk organik sedikit tersendat akibat mengandalkan dari daerah lain. Meski demikian, Aep bertekad untuk terus mendorong pertanian di daerahnya lebih ramah lingkungan yang akhirnya bisa meningkatkan pendapatan para anggotanya. Dia mengaku ingin kelestarian lingkungan dan kesuburan tanah di wilayahnya tetap terjaga.
Selain Karawang, Pertagas juga memiliki mitra binaan CSR di Gresik, Jawa Timur. Hanya, berbeda dengan Karawang, Pertagas di Gresik mendampingi penggiat pendidikan bagi anak disabilitas yang tergabung dalam Kelompok Tuli Gresik (Kotugres). (Baca juga: Pneumonia Butuh Penanganan Serius)
Kelompok tunarungu itu pun kini lebih berdaya karena mendapat berbagai pelatihan mulai dari menjahit, sablon, hingga memasak. “Kami mendapat bantuan berupa perlengkapan mesin jahit dan kainnya. Untuk keterampilan menjahitnya, kami juga didampingi oleh sekolah mode dari Jakarta,” kata Innik Hikmatin, pembina Kelompok Tuli Gresik.
Tak hanya berhenti di situ, Pertagas juga turut memberdayakan pengusaha kecil yang bergerak di bidang kuliner. Seperti diketahui, sektor ini termasuk yang terdampak cukup besar karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Melalui kegiatan CSR-nya, Pertagas turut mendampingi Resto Apung Seba di Sidaorjo, Jawa Timur untuk kembali bangkit di masa pandemi.
Pemilik Resto Apung Seba, Bayu Setyawan, mengatakan, saat pandemi rumah makan yang dikelolanya hanya beroperasi sekitar 30% dibanding kondisi normal. Hal itu akibat berkurangnya kunjungan konsumen ke rumah makannya yang terletak di Desa Penatarsewu, Tanggulangin, Sidoarjo itu.
Namun, dengan pandemi ini, Bayu justru merasa lebih disiplin dalam hal kebersihan di tempat usahanya. “Cara masak lebih steril, bambu juga harus selalu segar, ikan fresh,” katanya.
Dia mengaku senang warung makannya bisa kembali aktif karena bantuan dari Pertagas. Bantuan tersebut di antaranya berupa pesanan paket makanan dari Pertagas yang khusus ditujukan buat petugas medis di RSUD setempat. (Baca juga: 83 Juta Warga India Kemungkinan Telah Terinfeksi Virus Covid-19)
Sementara itu, pakar CSR dari Universitas Gadjah Mada Krisdyatmiko mengungkapkan, di masa pandemi seperti saat ini kegiatan CSR harus menyesuaikan dengan kebutuhan, permasalahan, dan potensi masyarakat.
“Saat ini masyarakat sedang menghadapi banyak masalah akibat pandemi Covid-19. Sudah seharusnya jika CSR merespons masalah ini,” kata Krisdyatmiko.
Hanya, kata dia, karena saat ini pandemi, pasokan bahan baku untuk pupuk organik sedikit tersendat akibat mengandalkan dari daerah lain. Meski demikian, Aep bertekad untuk terus mendorong pertanian di daerahnya lebih ramah lingkungan yang akhirnya bisa meningkatkan pendapatan para anggotanya. Dia mengaku ingin kelestarian lingkungan dan kesuburan tanah di wilayahnya tetap terjaga.
Selain Karawang, Pertagas juga memiliki mitra binaan CSR di Gresik, Jawa Timur. Hanya, berbeda dengan Karawang, Pertagas di Gresik mendampingi penggiat pendidikan bagi anak disabilitas yang tergabung dalam Kelompok Tuli Gresik (Kotugres). (Baca juga: Pneumonia Butuh Penanganan Serius)
Kelompok tunarungu itu pun kini lebih berdaya karena mendapat berbagai pelatihan mulai dari menjahit, sablon, hingga memasak. “Kami mendapat bantuan berupa perlengkapan mesin jahit dan kainnya. Untuk keterampilan menjahitnya, kami juga didampingi oleh sekolah mode dari Jakarta,” kata Innik Hikmatin, pembina Kelompok Tuli Gresik.
Tak hanya berhenti di situ, Pertagas juga turut memberdayakan pengusaha kecil yang bergerak di bidang kuliner. Seperti diketahui, sektor ini termasuk yang terdampak cukup besar karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Melalui kegiatan CSR-nya, Pertagas turut mendampingi Resto Apung Seba di Sidaorjo, Jawa Timur untuk kembali bangkit di masa pandemi.
Pemilik Resto Apung Seba, Bayu Setyawan, mengatakan, saat pandemi rumah makan yang dikelolanya hanya beroperasi sekitar 30% dibanding kondisi normal. Hal itu akibat berkurangnya kunjungan konsumen ke rumah makannya yang terletak di Desa Penatarsewu, Tanggulangin, Sidoarjo itu.
Namun, dengan pandemi ini, Bayu justru merasa lebih disiplin dalam hal kebersihan di tempat usahanya. “Cara masak lebih steril, bambu juga harus selalu segar, ikan fresh,” katanya.
Dia mengaku senang warung makannya bisa kembali aktif karena bantuan dari Pertagas. Bantuan tersebut di antaranya berupa pesanan paket makanan dari Pertagas yang khusus ditujukan buat petugas medis di RSUD setempat. (Baca juga: 83 Juta Warga India Kemungkinan Telah Terinfeksi Virus Covid-19)
Sementara itu, pakar CSR dari Universitas Gadjah Mada Krisdyatmiko mengungkapkan, di masa pandemi seperti saat ini kegiatan CSR harus menyesuaikan dengan kebutuhan, permasalahan, dan potensi masyarakat.
“Saat ini masyarakat sedang menghadapi banyak masalah akibat pandemi Covid-19. Sudah seharusnya jika CSR merespons masalah ini,” kata Krisdyatmiko.
tulis komentar anda