Cadangan Devisa Merosot, Masih Aman Buat Bekal Saat Resesi?
Rabu, 07 Oktober 2020 - 12:28 WIB
JAKARTA - Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir September 2020 tercatat sebesar USD135,2 miliar. Ekonom Indef, Bhima Yudistira mengatakan, cadangan devisa tersebut belum bisa menopang ekonomi Indonesia saat resesi.
Hal ini masih ditopang oleh penerbitan utang pemerintah. Cara ini tidak bisa diharapkan jadi satu satunya amunisi untuk menstabilkan perekonomian.
"Ketika minat investor asing menurun karena faktor tekanan eksternal maupun prospek pemulihan domestik yang lambat, maka akan terjadi resiko capital outflow," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (7/10/2020). (Baca juga: Investor Makin Optimistis Setelah UU Cipta Kerja Diketok Palu )
Dia melanjutkan, resiko juga muncul berkaitan dengan momen ketika pemerintah harus menyediakan valuta asing untuk pembayaran kewajiban cicilan pokok dan bunga utang yang jatuh tempo. "Artinya cadev saat ini bersifat semu, dan berbahaya bagi keberlanjutan stabilitas keuangan dan nilai tukar rupiah," tandasnya.
Sebagai informasi, posisi cadangan devisa yang sebesar USD135,2 miliar tersebut setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. (Baca juga: Jalur Ekspor Impor Dipangkas, Biaya Makin Efisien )
Penurunan cadangan devisa pada September dibanding Agustus 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Hal ini masih ditopang oleh penerbitan utang pemerintah. Cara ini tidak bisa diharapkan jadi satu satunya amunisi untuk menstabilkan perekonomian.
"Ketika minat investor asing menurun karena faktor tekanan eksternal maupun prospek pemulihan domestik yang lambat, maka akan terjadi resiko capital outflow," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (7/10/2020). (Baca juga: Investor Makin Optimistis Setelah UU Cipta Kerja Diketok Palu )
Dia melanjutkan, resiko juga muncul berkaitan dengan momen ketika pemerintah harus menyediakan valuta asing untuk pembayaran kewajiban cicilan pokok dan bunga utang yang jatuh tempo. "Artinya cadev saat ini bersifat semu, dan berbahaya bagi keberlanjutan stabilitas keuangan dan nilai tukar rupiah," tandasnya.
Sebagai informasi, posisi cadangan devisa yang sebesar USD135,2 miliar tersebut setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. (Baca juga: Jalur Ekspor Impor Dipangkas, Biaya Makin Efisien )
Penurunan cadangan devisa pada September dibanding Agustus 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
(ind)
tulis komentar anda