Manfaatkan Pandemi Covid-19 untuk Berinvestasi
Jum'at, 09 Oktober 2020 - 09:01 WIB
JAKARTA - Pandemi corona (Covid-19) tidak menghalangi generasi milenial atau yang sering disebut sebagai kaum rebahan untuk meraih tambahan pemasukan. Namun hal itu tergantung pada cara dan tempat menyimpannya. Dalam kondisi seperti saat ini instrumen investasi dapat dimanfaatkan untuk membuat uang “berkeringat” atau bekerja untuk Anda.
Dalam masa pandemi ini Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha menyarankan agar anak muda/milenial menyimpan uangnya di tempat yang aman. Meskipun klise dan remeh, ada dua maling yang tidak terlihat dan diam-diam mengintai simpanan, yaitu inflasi dan investasi bodong. (Baca: Keajaiban Surah Al-Fatihah Menyembuhkan Penyakit dan Penawar Racun)
"Tidak sedikit yang terjebak di sini. Tergiur janji-janji untung yang fenomenal dengan tingkat risiko yang katanya kecil. Namun akhirnya malah kejeblos dalam investasi bodong dan uangnya hilang," ujar Dimas di Jakarta kemarin.
Begitu juga inflasi yang berisiko menggerogoti uang yang disimpan di bawah bantal atau celengan selama bertahun-tahun. Dampaknya daya beli uang yang disimpan malah akan turun. Tidak sedikit orang yang beranggapan tabungan sebagai tempat yang aman dari incaran maling. "Padahal inflasi juga mengincar uang yang disimpan di tabungan dalam jangka panjang," katanya.
Selain harus memilih tempat yang aman untuk menyimpan uang, menurut Dimas, masyarakat terutama generasi muda harus memahami risiko investasi. Karena pada dasarnya semua instrumen investasi memiliki risiko. Karena itu pilihlah tingkat risiko yang sesuai.
Jangan fokus pada imbal hasil tinggi, tetapi malah membuat khawatir dan tidur tidak nyenyak. Karena dalam investasi berlaku prinsip high risk dengan high return. "Jadi kalau Anda dijanjikan imbal hasil tinggi, tentunya Anda harus siap mental untuk menanggung tingkat risiko kerugian yang tinggi dan sebaliknya," tegasnya.
Dia mengungkapkan, salah satu prinsip utama dalam investasi adalah “jangan taruh semua telur dalam satu keranjang”. Artinya alokasikan investasi dalam beberapa instrumen investasi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko apabila ada hal yang tidak terduga. (Baca juga: Miris, UU Ciptaker Tempatkan Pendidikan Sebagai Komoditas yang Diperdagangkan)
Menurutnya reksa dana dapat jadi pertimbangan. Instrumen ini dikelola oleh manajer investasi profesional dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sehingga pengelolaan investasi dilakukan secara hati-hati. Instrumen tersebut juga memiliki variasi jenis kelas aset dengan risiko berbeda, dari yang konservatif hingga agresif.
Reksa dana juga menerapkan prinsip diversifikasi di mana portofolio investasi reksa dana berisi berbagai jenis saham, obligasi, atau instrumen pasar uang. "Bagi investor pemula, saya sarankan ke reksa dana pasar uang untuk mencoba investasi di reksa dana. Karena tingkat risikonya konservatif, tetapi imbal hasilnya bisa diadu dengan deposito bank," papar Dimas.
Dalam masa pandemi ini Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha menyarankan agar anak muda/milenial menyimpan uangnya di tempat yang aman. Meskipun klise dan remeh, ada dua maling yang tidak terlihat dan diam-diam mengintai simpanan, yaitu inflasi dan investasi bodong. (Baca: Keajaiban Surah Al-Fatihah Menyembuhkan Penyakit dan Penawar Racun)
"Tidak sedikit yang terjebak di sini. Tergiur janji-janji untung yang fenomenal dengan tingkat risiko yang katanya kecil. Namun akhirnya malah kejeblos dalam investasi bodong dan uangnya hilang," ujar Dimas di Jakarta kemarin.
Begitu juga inflasi yang berisiko menggerogoti uang yang disimpan di bawah bantal atau celengan selama bertahun-tahun. Dampaknya daya beli uang yang disimpan malah akan turun. Tidak sedikit orang yang beranggapan tabungan sebagai tempat yang aman dari incaran maling. "Padahal inflasi juga mengincar uang yang disimpan di tabungan dalam jangka panjang," katanya.
Selain harus memilih tempat yang aman untuk menyimpan uang, menurut Dimas, masyarakat terutama generasi muda harus memahami risiko investasi. Karena pada dasarnya semua instrumen investasi memiliki risiko. Karena itu pilihlah tingkat risiko yang sesuai.
Jangan fokus pada imbal hasil tinggi, tetapi malah membuat khawatir dan tidur tidak nyenyak. Karena dalam investasi berlaku prinsip high risk dengan high return. "Jadi kalau Anda dijanjikan imbal hasil tinggi, tentunya Anda harus siap mental untuk menanggung tingkat risiko kerugian yang tinggi dan sebaliknya," tegasnya.
Dia mengungkapkan, salah satu prinsip utama dalam investasi adalah “jangan taruh semua telur dalam satu keranjang”. Artinya alokasikan investasi dalam beberapa instrumen investasi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko apabila ada hal yang tidak terduga. (Baca juga: Miris, UU Ciptaker Tempatkan Pendidikan Sebagai Komoditas yang Diperdagangkan)
Menurutnya reksa dana dapat jadi pertimbangan. Instrumen ini dikelola oleh manajer investasi profesional dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sehingga pengelolaan investasi dilakukan secara hati-hati. Instrumen tersebut juga memiliki variasi jenis kelas aset dengan risiko berbeda, dari yang konservatif hingga agresif.
Reksa dana juga menerapkan prinsip diversifikasi di mana portofolio investasi reksa dana berisi berbagai jenis saham, obligasi, atau instrumen pasar uang. "Bagi investor pemula, saya sarankan ke reksa dana pasar uang untuk mencoba investasi di reksa dana. Karena tingkat risikonya konservatif, tetapi imbal hasilnya bisa diadu dengan deposito bank," papar Dimas.
tulis komentar anda