Manfaatkan Pandemi Covid-19 untuk Berinvestasi
Jum'at, 09 Oktober 2020 - 09:01 WIB
Dia juga menegaskan dalam kondisi saat ini, jangan biarkan uang banyak rebahan atau sekadar ditabung. Manfaatkan reksa dana pasar uang untuk membuat uang keringetan alias bekerja keras. Reksa dana pasar uang aman karena diawasi oleh OJK.
"Selain risikonya rendah, juga bersifat likuid sekaligus atau dapat dicairkan kapan pun tanpa biaya. Anda hanya perlu menghubungi perusahaan manajer investasi atau agen penjual efek reksa dana,” tuturnya. (Baca juga: Pandemi, Jangan Stop Vaksin Anak)
Perencana keuangan Andhika Diskartes mengatakan, kesadaran untuk memulai investasi muncul saat pandemi. Hal ini dikarenakan masyarakat mulai merasakan dampak dari pandemi virus korona pada keuangan mereka.
Sebelumnya masyarakat masih cuek untuk mulai berinvestasi karena mereka merasa keuangannya baik-baik saja. Padahal akibat pandemi, ada banyak masyarakat yang terkena pemotongan gaji hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Begitu pandemi ini muncul, orang mulai mengelola duit, mulai soal investing. Ketika model ini muncul, orang yang mengelola keuangan. Sebelumnya habit ini belum terbangun karena oh iya saya baik-baik saja, saya enggak ada masalah dengan kehidupan yang selama ini terjadi,” tutur Andhika.
Menurut Andhika, sebelum pandemi banyak masyarakat yang masih meminjam uang bank untuk kebutuhan konsumtif. Padahal tanpa disadari, likuiditas yang dimiliki tidak setinggi gaya hidupnya.
“Sudahlah ambil uang ke bank, untuk hal konsumtif dan sebagainya, tanpa ada likuiditas yang cukup tinggi. Gaya hidupnya tinggi, likuiditasnya rendah,” jelasnya. (Baca juga: Selandia Baru Berhasil Lenyapkan Covid-19 untuk Kedua Kalinya)
Sebenarnya, lanjut Andhika, jika keuangan dalam kondisi normal tidak menjadi masalah. Karena tidak ada PHK dan pengurangan gaji.
“Nah itu sebenarnya masalah yang muncul di 2020. Sebetulnya kalau income orang itu sama, enggak ada penurunan, maka hal itu enggak jadi masalah. Faktanya enggak begitu, pengurangan gaji muncul, PHK muncul, dan berbagai konflik keuangan muncul, akhirnya jadi bom waktu,” urainya.
Menurut Andhika, hal ini menjadi tamparan positif bagi para investor pemula. Pasalnya, masyarakat bisa mengetahui dampak dari gaya hidup yang tinggi jika tak disertai likuiditas yang seimbang.
"Selain risikonya rendah, juga bersifat likuid sekaligus atau dapat dicairkan kapan pun tanpa biaya. Anda hanya perlu menghubungi perusahaan manajer investasi atau agen penjual efek reksa dana,” tuturnya. (Baca juga: Pandemi, Jangan Stop Vaksin Anak)
Perencana keuangan Andhika Diskartes mengatakan, kesadaran untuk memulai investasi muncul saat pandemi. Hal ini dikarenakan masyarakat mulai merasakan dampak dari pandemi virus korona pada keuangan mereka.
Sebelumnya masyarakat masih cuek untuk mulai berinvestasi karena mereka merasa keuangannya baik-baik saja. Padahal akibat pandemi, ada banyak masyarakat yang terkena pemotongan gaji hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Begitu pandemi ini muncul, orang mulai mengelola duit, mulai soal investing. Ketika model ini muncul, orang yang mengelola keuangan. Sebelumnya habit ini belum terbangun karena oh iya saya baik-baik saja, saya enggak ada masalah dengan kehidupan yang selama ini terjadi,” tutur Andhika.
Menurut Andhika, sebelum pandemi banyak masyarakat yang masih meminjam uang bank untuk kebutuhan konsumtif. Padahal tanpa disadari, likuiditas yang dimiliki tidak setinggi gaya hidupnya.
“Sudahlah ambil uang ke bank, untuk hal konsumtif dan sebagainya, tanpa ada likuiditas yang cukup tinggi. Gaya hidupnya tinggi, likuiditasnya rendah,” jelasnya. (Baca juga: Selandia Baru Berhasil Lenyapkan Covid-19 untuk Kedua Kalinya)
Sebenarnya, lanjut Andhika, jika keuangan dalam kondisi normal tidak menjadi masalah. Karena tidak ada PHK dan pengurangan gaji.
“Nah itu sebenarnya masalah yang muncul di 2020. Sebetulnya kalau income orang itu sama, enggak ada penurunan, maka hal itu enggak jadi masalah. Faktanya enggak begitu, pengurangan gaji muncul, PHK muncul, dan berbagai konflik keuangan muncul, akhirnya jadi bom waktu,” urainya.
Menurut Andhika, hal ini menjadi tamparan positif bagi para investor pemula. Pasalnya, masyarakat bisa mengetahui dampak dari gaya hidup yang tinggi jika tak disertai likuiditas yang seimbang.
tulis komentar anda