Industry Megashifts 2021
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 07:35 WIB
Maka tak terhindarkan pandemi mendorong kohesi di dalam negara akan meningkat, sebaliknya friksi antarnegara akan menguat. Pandemi adalah antitesis globalisasi.
#4. Government (Mis) Leadership
Beberapa negara sukses menangani krisis pandemi seperti Selandia Baru, Taiwan, atau Korea Selatan, tetapi sebagian besar negara di dunia gagal menanganinya, termasuk Indonesia.
Bukan suatu hal yang aneh karena pandemi datang begitu cepat dan semua negara gelagapan meresponsnya: mulai dari kebijakan PSBB/lockdown, antisipasi darurat perlengkapan dan infrastruktur kesehatan, menangani krisis ekonomi hingga produksi/distribusi vaksin. (Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan Jika Terinfeksi Flu)
Kini leadership para pemimpin negara di seluruh dunia diuji. Efektif tidaknya kepemimpinan mereka menangani krisis Covid-19 akan menentukan cepat tidaknya pemulihan ekonomi, industri, dan bisnis.
#5. Global Supply-Chain Disruption
Sebelum pandemi, sistem produksi global mengalami globalisasi di mana rantai pasok produksi tersebar di berbagai untuk memanfaatkan spesialisasi, skala ekonomi, pasok tenaga kerja, kedekatan dengan bahan baku maupun kedekatan pasar akhir.
Namun dengan adanya pandemi, kondisinya berbalik. Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia membawa risiko kritis ketika arus barang melintas negara mengalami bottleneck. Dampaknya serius di sektor-sektor manufaktur seperti automotif, komputer/elektronik, garmen, farmasi, kimia hingga makanan/minuman.
Pascapandemi berbagai industri akan membangun resiliensi dengan membangun ekosistem rantai pasok yang lebih terkonsentrasi di lingkup regional atau bahkan nasional, tak lagi tersebar di berbagai belahan dunia.
#6. Accelerated Digitalization
#4. Government (Mis) Leadership
Beberapa negara sukses menangani krisis pandemi seperti Selandia Baru, Taiwan, atau Korea Selatan, tetapi sebagian besar negara di dunia gagal menanganinya, termasuk Indonesia.
Bukan suatu hal yang aneh karena pandemi datang begitu cepat dan semua negara gelagapan meresponsnya: mulai dari kebijakan PSBB/lockdown, antisipasi darurat perlengkapan dan infrastruktur kesehatan, menangani krisis ekonomi hingga produksi/distribusi vaksin. (Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan Jika Terinfeksi Flu)
Kini leadership para pemimpin negara di seluruh dunia diuji. Efektif tidaknya kepemimpinan mereka menangani krisis Covid-19 akan menentukan cepat tidaknya pemulihan ekonomi, industri, dan bisnis.
#5. Global Supply-Chain Disruption
Sebelum pandemi, sistem produksi global mengalami globalisasi di mana rantai pasok produksi tersebar di berbagai untuk memanfaatkan spesialisasi, skala ekonomi, pasok tenaga kerja, kedekatan dengan bahan baku maupun kedekatan pasar akhir.
Namun dengan adanya pandemi, kondisinya berbalik. Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia membawa risiko kritis ketika arus barang melintas negara mengalami bottleneck. Dampaknya serius di sektor-sektor manufaktur seperti automotif, komputer/elektronik, garmen, farmasi, kimia hingga makanan/minuman.
Pascapandemi berbagai industri akan membangun resiliensi dengan membangun ekosistem rantai pasok yang lebih terkonsentrasi di lingkup regional atau bahkan nasional, tak lagi tersebar di berbagai belahan dunia.
#6. Accelerated Digitalization
tulis komentar anda