Dapat Insentif, China Pilih Impor Minyak Sawit dari Malaysia Ketimbang Indonesia?
Kamis, 03 Desember 2020 - 20:30 WIB
JAKARTA - Tiga pasar utama produk minyak sawit Indonesia yakni India, China, dan Pakistan diprediksi pulih tahun depan. Tren peningkatan permintaan di tiga pasar utama Asia tersebut terlihat pada kuartal III tahun 2020. Peningkatan permintaan ketiga negara tersebut terjadi setelah dibuka kembali akses pelabuhan untuk kegiatan ekspor-impor.
Executive Director Solvent Extractors’ Association of India BV Mehta mengatakan, impor minyak sawit India berasal dari Indonesia dan Malaysia. Bahkan, impor minyak kelapa sawit dari Indonesia melebihi impor dari Malaysia, dan merupakan impor minyak nabati tertinggi di India dibandingkan dengan minyak nabati lain.
"Minyak sawit masih akan menjadi pilihan untuk konsumsi di India. Impor ini masih akan meningkat sejalan dengan peningkatan populasi dan konsumsi," ujarnya pada Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 New Normal yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (3/12/2020).
( )
Mehta menyebut, setidaknya 8,4 - 9 juta ton sawit akan dibutuhkan pasar India pada tahun 2021. "Proyeksi untuk tahun 2021 impor minyak nabati di India diperkirakan meningkat 12,5%-13,5%," ungkapnya.
Sementara itu Presiden Chamber of Commerce for Import and Export of Foodstuffs Native Produce and Animal By-Product China, Cao Derong mengatakan, minyak sawit merupakan minyak nabati impor terbesar di China. Konsumsi minyak sawit di China mencapai 40% dari total konsumsi yakni untuk industri kimia.
Pada tahun 2019, China mengimpor 8,48 juta ton minyak sawit atau 66% dari total impor minyak nabati di China. Sekitar 6,02 juta ton diantaranya diimpor dari Indonesia.
( )
Menurut dia, tingginya permintaan pasar membuat China sangat bergantung pada impor minyak nabati terutama minyak sawit. "Dengan pemulihan ekonomi yang terjadi di tahun 2021 terutama di industri catering, konsumsi minyak sawit diperkirakan akan meningkat," tuturnya.
Namun Cao juga mengingatkan adanya dampak kebijakan insentif pemerintah Malaysia terhadap pasar China. Pemerintah Malaysia memiliki kebijakan insentif yang besar untuk mengekspor minyak kelapa sawit ke China.
"Akibatnya, ada gap harga minyak kelapa sawit antara Malaysia dan Indonesia yang menghasilkan penurunan keseluruhan dalam pengadaan China dari Indonesia," imbuhnya.
Executive Director Solvent Extractors’ Association of India BV Mehta mengatakan, impor minyak sawit India berasal dari Indonesia dan Malaysia. Bahkan, impor minyak kelapa sawit dari Indonesia melebihi impor dari Malaysia, dan merupakan impor minyak nabati tertinggi di India dibandingkan dengan minyak nabati lain.
"Minyak sawit masih akan menjadi pilihan untuk konsumsi di India. Impor ini masih akan meningkat sejalan dengan peningkatan populasi dan konsumsi," ujarnya pada Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 New Normal yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (3/12/2020).
( )
Mehta menyebut, setidaknya 8,4 - 9 juta ton sawit akan dibutuhkan pasar India pada tahun 2021. "Proyeksi untuk tahun 2021 impor minyak nabati di India diperkirakan meningkat 12,5%-13,5%," ungkapnya.
Sementara itu Presiden Chamber of Commerce for Import and Export of Foodstuffs Native Produce and Animal By-Product China, Cao Derong mengatakan, minyak sawit merupakan minyak nabati impor terbesar di China. Konsumsi minyak sawit di China mencapai 40% dari total konsumsi yakni untuk industri kimia.
Pada tahun 2019, China mengimpor 8,48 juta ton minyak sawit atau 66% dari total impor minyak nabati di China. Sekitar 6,02 juta ton diantaranya diimpor dari Indonesia.
( )
Menurut dia, tingginya permintaan pasar membuat China sangat bergantung pada impor minyak nabati terutama minyak sawit. "Dengan pemulihan ekonomi yang terjadi di tahun 2021 terutama di industri catering, konsumsi minyak sawit diperkirakan akan meningkat," tuturnya.
Namun Cao juga mengingatkan adanya dampak kebijakan insentif pemerintah Malaysia terhadap pasar China. Pemerintah Malaysia memiliki kebijakan insentif yang besar untuk mengekspor minyak kelapa sawit ke China.
"Akibatnya, ada gap harga minyak kelapa sawit antara Malaysia dan Indonesia yang menghasilkan penurunan keseluruhan dalam pengadaan China dari Indonesia," imbuhnya.
(ind)
tulis komentar anda