Saatnya Industri Hulu Migas Jadi Lokomotif Ekonomi
Jum'at, 04 Desember 2020 - 09:35 WIB
PGN Gandeng Inpex Masela
Inpex Masela Ltd dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menandatangani nota kesepahaman (MoU) di sela-sela acara International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas (IOG 2020). MoU ini menjadi titik tolak kedua belah pihak memulai pembahasan suplai gas bumi untuk PGN dari Proyek LNG Abadi, Wilayah Kerja (WK) Masela. (Baca juga: Sekolah Tatap Muka, Perlu Patroli Khusus Awasi Mobilisasi Siswa)
MoU ini dilakukan oleh Presiden Direktur Indonesia Inpex Masela Akihiro Watanabe serta Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Mukhtar disaksikan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto.
“Penandatanganan ini akan menjadi milestone penting untuk kedua belah pihak,” kata Syahrial saat menjadi pembicara dalam Forum Komersialisasi IOG 2020 kemarin.
Pengembangan proyek LNG Abadi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, yang memiliki cadangan mencapai 18,5 triliun kaki kubik (TCF) dan 225 juta barel kondensat akan menjadi salah satu pilar penting sebagai engine of growth yang dinilai mampu menopang kebutuhan industri di Indonesia secara berkelanjutan.
Syahrial menyebut proyeksi produksi gas alam cair (LNG) mereka sebesar 9,5 juta ton per tahun (MTPA) dan gas bumi sebesar 150 juta kaki kubik per hari (MMCFD). Bahkan proyek Abadi termasuk ke dalam proyek strategis nasional (PSN) yang ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2027. (Baca juga: Sri Mulyani Geber Aparat Pajak untuk Dongkrak Penerimaan)
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengutarakan, MoU ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan proyek Abadi-Masela yang merupakan salah satu proyek gas terbesar. Di sisi lain penyerapan gas oleh PGN menunjukkan komitmen pemerintah dan industri hulu migas untuk memprioritaskan permintaan gas dalam negeri.
“Hal ini merupakan upaya bersama untuk meningkatkan daya saing industri nasional untuk membangun perekonomian Indonesia yang berkelanjutan,” katanya.
Menurutnya, komersialisasi menjadi salah satu pilar strategis dalam mendukung pencapaian visi jangka panjang SKK Migas dengan produksi gas bumi sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. “Kami mengharapkan kerja sama yang baik dapat terus dijaga dan ditingkatkan untuk memastikan seluruh produksi gas bumi dapat dimonetisasi,” ujarnya.
Banyaknya investasi energi yang ditunda atau dibatalkan pada tahun 2020 ini karena pandemi. Meski begitu hal tersebut tidak menyurutkan komitmen SKK Migas, penjual, pembeli, dan semua pemangku kepentingan untuk mengejar peluang masa depan dalam ekonomi pasca-Covid-19. (Lihat videonya: Usai imuisasi, Seorang Balita di Tulang Bawang Meninggal Dunia)
Inpex Masela Ltd dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menandatangani nota kesepahaman (MoU) di sela-sela acara International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas (IOG 2020). MoU ini menjadi titik tolak kedua belah pihak memulai pembahasan suplai gas bumi untuk PGN dari Proyek LNG Abadi, Wilayah Kerja (WK) Masela. (Baca juga: Sekolah Tatap Muka, Perlu Patroli Khusus Awasi Mobilisasi Siswa)
MoU ini dilakukan oleh Presiden Direktur Indonesia Inpex Masela Akihiro Watanabe serta Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Mukhtar disaksikan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto.
“Penandatanganan ini akan menjadi milestone penting untuk kedua belah pihak,” kata Syahrial saat menjadi pembicara dalam Forum Komersialisasi IOG 2020 kemarin.
Pengembangan proyek LNG Abadi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, yang memiliki cadangan mencapai 18,5 triliun kaki kubik (TCF) dan 225 juta barel kondensat akan menjadi salah satu pilar penting sebagai engine of growth yang dinilai mampu menopang kebutuhan industri di Indonesia secara berkelanjutan.
Syahrial menyebut proyeksi produksi gas alam cair (LNG) mereka sebesar 9,5 juta ton per tahun (MTPA) dan gas bumi sebesar 150 juta kaki kubik per hari (MMCFD). Bahkan proyek Abadi termasuk ke dalam proyek strategis nasional (PSN) yang ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2027. (Baca juga: Sri Mulyani Geber Aparat Pajak untuk Dongkrak Penerimaan)
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengutarakan, MoU ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan proyek Abadi-Masela yang merupakan salah satu proyek gas terbesar. Di sisi lain penyerapan gas oleh PGN menunjukkan komitmen pemerintah dan industri hulu migas untuk memprioritaskan permintaan gas dalam negeri.
“Hal ini merupakan upaya bersama untuk meningkatkan daya saing industri nasional untuk membangun perekonomian Indonesia yang berkelanjutan,” katanya.
Menurutnya, komersialisasi menjadi salah satu pilar strategis dalam mendukung pencapaian visi jangka panjang SKK Migas dengan produksi gas bumi sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. “Kami mengharapkan kerja sama yang baik dapat terus dijaga dan ditingkatkan untuk memastikan seluruh produksi gas bumi dapat dimonetisasi,” ujarnya.
Banyaknya investasi energi yang ditunda atau dibatalkan pada tahun 2020 ini karena pandemi. Meski begitu hal tersebut tidak menyurutkan komitmen SKK Migas, penjual, pembeli, dan semua pemangku kepentingan untuk mengejar peluang masa depan dalam ekonomi pasca-Covid-19. (Lihat videonya: Usai imuisasi, Seorang Balita di Tulang Bawang Meninggal Dunia)
tulis komentar anda