Industri Batu Bara RI Bisa Jadi Pemain Global, Begini Caranya

Kamis, 17 Desember 2020 - 12:12 WIB
Banyak negara yang sudah melangkah maju dengan teknologi batubara bersih di ASEAN, terutama teknologi dengan tinggi efisiensi dan rendah emisi (HELE). Foto/Dok
JAKARTA - Asosiasi Batubara Sedunia (World Coal Association - WCA) mendorong Indonesia untuk mengambil peranan strategis dalam industri batu bara dunia yakni industri batu bara bersih (Clean Coal Technology). Hal ini seiring potensi yang dimiliki Indonesia serta berbagai upaya yang tengah dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan energi ramah lingkungan saat ini.

(Baca Juga: Energi Fosil, EBT dan Batu Bara, Mana yang Berjaya? )

Indonesia sebagai negara yang berada di kawasan ASEAN, memiliki potensi ekonomi yang sangat baik berkat kekayaan sumber daya alam, termasuk batu bara akan terus memainkan peran yang penting dalam keberlangsungan ketahanan energi. Riset WCA memperkirakan pada tahun 2040 batubara masih akan berkontribusi signifikan terhadap upaya pemenuhan kontribusi energi listrik sebesar 39% untuk kawasan Asia Tenggara sehingga urgensi akan penggunaan teknologi batubara yang bersih semakin meningkat.

“Dialog tentang energi bersih selama ini didominasi oleh negara Barat, dengan sudut pandang yang tidak relevan terhadap keadaan di negara-negara berkembang yang masih bergantung terhadap batubara dalam pemenuhan kebutuhan energinya. Paradigma ini harus berubah karena aspek ekonomis dan lingkungan perlu berjalan seiringan, tanpa merugikan satu sama lain,” kata Chief Executive WCA, Michelle Manook dalam video virtual.

Manook menambahkan, banyak negara yang sudah melangkah maju dengan teknologi batubara bersih di ASEAN, terutama teknologi dengan tinggi efisiensi dan rendah emisi (HELE), guna menjembatani kesenjangan dalam mencapai Nol Emisi, termasuk Indonesia yang membangun pembangkit listrik supercritical pertamanya yang berkapasitas 660 MegaWatt di Cirebon pada 2011/2022 dan PLTU Paiton dengan total kapasitas 815 MegaWatt.



"Industri batu bara di Indonesia tumbuh signifikan dalam beberapa dekade terakhir, bahkan nilai ekspornya berkontribusi terhadap 31,7% ekspor batu bara global," katanya.

Studi Oxford Institute for Energy Studies menyebutkan, bahwa industri batu bara menyumbang sedikitnya 4% dari total Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia. Hal tersebut juga diperkuat dengan rencana Indonesia dalam menjajaki peluang ekspor batubara ke beberapa negara lain seperti Bangladesh, Pakistan dan Vietnam.

“Jenis batu bara dari Indonesia cocok sebagai bahan campuran, dan salah satu anggota kami dari Indonesia, Berau (Berau Coal) sangat berpengalaman dalam mengolah batubara yang diproduksi dari beberapa tambang batubara Indonesia,” terangnya.

Manook melanjutkan, Indonesia sebagai negara rumah cadangan batu bara terbesar ke-10 dunia menurut BP Statistical Review of World Energy 2019, berperan penting dalam menjamin keamanan dan ketahanan energi tidak hanya dalam ranah kawasan ASEAN, namun juga secara global. Terlebih, berdasarkan laporan dari IEA CCC tahun 2019, produksi batubara Indonesia memberikan kontribusi positif terhadap aspek makro ekonomi domestik.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More