Dukung Bank Syariah Indonesia, PBNU Ungkap Alasannya
Jum'at, 18 Desember 2020 - 10:06 WIB
Dia menyarankan agar Bank Syariah Indonesia bisa segera meniti kerja sama dengan pemain industri keuangan dan finansial global, untuk memaksimalkan peluang-peluang di pasar keuangan internasional.
Kemudian, Marsudi berpesan agar Bank Syariah Indonesia tidak gegabah ketika hendak mengambil kebijakan yang terkait Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan. "Kalau ada rasionalisasi SDM, saya harap dengan kajian yang mendalam sehingga sisi mana yang harus dirasionalkan dan diperlukan. Jangan memberatkan dan jangan sampai tidak adil atas human resource yang ada," katanya.
Pendapat senada dikemukakan Ketua PBNU Robikin Emhas. Dia berkata, kehadiran bank syariah yang kuat diperlukan Indonesia untuk menjawab kondisi semakin bergairahnya pertumbuhan ekonomi syariah global.
Robikin menilai positif proses penggabungan tiga bank syariah milik negara yang hingga kini masih berjalan. Jika tak ada aral kendala, Bank Syariah Indonesia akan efektif beroperasi per 1 Februari 2021.
"Saya kira bagus merger bank syariah BUMN ini. Bank syariah yang kuat sangat dibutuhkan di tengah makin bergairahnya pertumbuhan ekonomi syariah di berbagai negara, termasuk di Indonesia," ujarnya.
Bank syariah hasil merger ini digadang memiliki aset total Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil merger masuk daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
(Baca Juga: Terungkap! Ini Alasan Muhammadiyah Tarik Duit dari Bank Syariah Hasil Merger)
Berdasarkan susunan pengurus yang sudah ditetapkan, bank hasil merger akan dipimpin oleh Hery Gunardi selaku Direktur Utama. Hery didampingi dua Wakil Direktur Utama yakni Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo serta tujuh direktur lainnya.
Bank Syariah Indonesia akan melayani seluruh segmen masyarakat dan nasabah, mulai dari kelompok ritel, UMKM, wholesale, dan investor global. Untuk menjangkau pendanaan dan melayani investor global, Bank Syariah Indonesia berencana memiliki kantor representasi di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), setelah beroperasi nanti.
"Selama ini belum ada kami lihat market untuk sukuk global, terutama di middle east. Potensi market ini luar biasa besar," kata Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi.
Kemudian, Marsudi berpesan agar Bank Syariah Indonesia tidak gegabah ketika hendak mengambil kebijakan yang terkait Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan. "Kalau ada rasionalisasi SDM, saya harap dengan kajian yang mendalam sehingga sisi mana yang harus dirasionalkan dan diperlukan. Jangan memberatkan dan jangan sampai tidak adil atas human resource yang ada," katanya.
Pendapat senada dikemukakan Ketua PBNU Robikin Emhas. Dia berkata, kehadiran bank syariah yang kuat diperlukan Indonesia untuk menjawab kondisi semakin bergairahnya pertumbuhan ekonomi syariah global.
Robikin menilai positif proses penggabungan tiga bank syariah milik negara yang hingga kini masih berjalan. Jika tak ada aral kendala, Bank Syariah Indonesia akan efektif beroperasi per 1 Februari 2021.
"Saya kira bagus merger bank syariah BUMN ini. Bank syariah yang kuat sangat dibutuhkan di tengah makin bergairahnya pertumbuhan ekonomi syariah di berbagai negara, termasuk di Indonesia," ujarnya.
Bank syariah hasil merger ini digadang memiliki aset total Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil merger masuk daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
(Baca Juga: Terungkap! Ini Alasan Muhammadiyah Tarik Duit dari Bank Syariah Hasil Merger)
Berdasarkan susunan pengurus yang sudah ditetapkan, bank hasil merger akan dipimpin oleh Hery Gunardi selaku Direktur Utama. Hery didampingi dua Wakil Direktur Utama yakni Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo serta tujuh direktur lainnya.
Bank Syariah Indonesia akan melayani seluruh segmen masyarakat dan nasabah, mulai dari kelompok ritel, UMKM, wholesale, dan investor global. Untuk menjangkau pendanaan dan melayani investor global, Bank Syariah Indonesia berencana memiliki kantor representasi di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), setelah beroperasi nanti.
"Selama ini belum ada kami lihat market untuk sukuk global, terutama di middle east. Potensi market ini luar biasa besar," kata Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi.
tulis komentar anda