Hadapi Musim Tanam, Pupuk Indonesia Perkuat Stok dan Distribusi Pupuk Non-Subsidi
Senin, 01 Februari 2021 - 20:48 WIB
JAKARTA - Mengantisipasi tingginya permintaan pupuk dari petani menghadapi musim tanam awal tahun ini, PT Pupuk Indonesia (Persero) mendorong distributor untuk meningkatkan stok pupuk nonsubsidi di kios-kios. Tujuannya agar petani tak kesulitan mendapatkan pupuk yang dibutuhkan.
Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Gusrizal, dalam kunjungan kerjanya di wilayah Indramayu (1/2), mengungkapkan bahwa pihaknya telah memerintahkan untuk menambah stok pupuk non-subsidi di kios-kios, terutama di daerah yang serapan kebutuhan pupuknya sangat tinggi serta untuk mengakomodasi kebutuhan petani yang tidak terdaftar dalam e-RDKK. ( Baca juga:Nilai Tukar Petani Januari 2021 Nyaris Flat )
“Karena permintaan jauh lebih tinggi daripada alokasi, dan adanya mekanisme yang mungkin belum bisa diikuti sejumlah petani, tentunya ada keterbatasan dalam pemenuhan pupuk subsidi. Kami berharap, melalui pengenalan pupuk non-subsidi ini petani tetap bisa memenuhi kebutuhannya," kata Gusrizal.
Data Survei Pertanian Antar Sensus BPS mengungkapkan bahwa masih terdapat 5,6 juta petani yang belum tergabung dalam kelompok tani dan tidak terdaftar dalam e-RDKK. “Sesuai Permentan No. 49, kami hanya bisa melayani mereka yang terdaftar dan mengikuti mekanisme yang berlaku," jelas Gusrizal.
Saat ini, stok nasional untuk pupuk non-subsidi di lini III atau di gudang kabupaten mencapai 184.594 ton. “Kami upayakan agar sebaran ketersediaan pupuk non-subsidi ini bisa merata. Saat ini stok terbanyak berada di daerah yang memang kebutuhannya sangat tinggi, antara lain Jabar, Jateng, Jatim dan Sulsel," jelas Gusrizal.
Menurut Gusrizal, secara keseluruhan stok pupuk non-subsidi Pupuk Indonesia Grup di lini I, atau Gudang produsen, masih sangat memadai sehingga tinggal mendorong distribusi agar bisa segera sampai ke level kabupaten dan kios-kios. Gusrizal pun menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan pupuk ke sektor tanaman pangan menjadi prioritas perusahaan saat ini.
“Harus diakui bahwa pupuk non-subsidi harganya memang lebih tinggi, namun petani bisa mempunyai pilihan yang lebih beragam untuk jenis tanaman dan kondisi lahannya," jelas Gusrizal.
Hal ini tentunya berbeda dengan pupuk subsidi yang komposisinya seragam. “Secara kualitas sama, tapi komposisi dan formulanya, terutama untuk jenis NPK, terdiri dari banyak pilihan sehingga bisa lebih sesuai dengan kebutuhan tanaman dan produktivitas bisa lebih meningkat," kata Gusrizal.
Makanya Pupuk Indonesia Grup juga gencar memperkenalkan produk-produk non-subsidi kepada petani melalui berbagai program, mulai dari One Day Promo, program Agro Solution, dan juga program Customer Centric.
Sesuai dengan Permentan No. 49 Tahun 2020, pupuk bersubsidi hanya diperuntukkan bagi petani yang telah tergabung dalam kelompok tani, mendaftar dalam e-RDKK dan di daerah tertentu, memiliki Kartu Tani. Dosis yang bisa ditebus oleh petani pun telah ditentukan oleh alokasi dan rekomendasi dinas pertanian setempat. ( Baca juga:RTH Lubang Buaya Kerap Banjir, Warga Khawatir Makam Khusus Covid-19 pada Ngambang )
Sebagai salah satu upaya mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk bersubsidi, Pupuk Indonesia telah memperkenalkan program Agro Solution di sejumlah daerah, seperti Jember, Banyuwangi, Lombok, Gorontalo, Bangka Belitung dan lain sebagainya. Program pendampingan petani ini bertujuan meningkatkan daya beli dan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas pertanian dengan mengandalkan produk non-subsidi.
Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Gusrizal, dalam kunjungan kerjanya di wilayah Indramayu (1/2), mengungkapkan bahwa pihaknya telah memerintahkan untuk menambah stok pupuk non-subsidi di kios-kios, terutama di daerah yang serapan kebutuhan pupuknya sangat tinggi serta untuk mengakomodasi kebutuhan petani yang tidak terdaftar dalam e-RDKK. ( Baca juga:Nilai Tukar Petani Januari 2021 Nyaris Flat )
“Karena permintaan jauh lebih tinggi daripada alokasi, dan adanya mekanisme yang mungkin belum bisa diikuti sejumlah petani, tentunya ada keterbatasan dalam pemenuhan pupuk subsidi. Kami berharap, melalui pengenalan pupuk non-subsidi ini petani tetap bisa memenuhi kebutuhannya," kata Gusrizal.
Data Survei Pertanian Antar Sensus BPS mengungkapkan bahwa masih terdapat 5,6 juta petani yang belum tergabung dalam kelompok tani dan tidak terdaftar dalam e-RDKK. “Sesuai Permentan No. 49, kami hanya bisa melayani mereka yang terdaftar dan mengikuti mekanisme yang berlaku," jelas Gusrizal.
Saat ini, stok nasional untuk pupuk non-subsidi di lini III atau di gudang kabupaten mencapai 184.594 ton. “Kami upayakan agar sebaran ketersediaan pupuk non-subsidi ini bisa merata. Saat ini stok terbanyak berada di daerah yang memang kebutuhannya sangat tinggi, antara lain Jabar, Jateng, Jatim dan Sulsel," jelas Gusrizal.
Menurut Gusrizal, secara keseluruhan stok pupuk non-subsidi Pupuk Indonesia Grup di lini I, atau Gudang produsen, masih sangat memadai sehingga tinggal mendorong distribusi agar bisa segera sampai ke level kabupaten dan kios-kios. Gusrizal pun menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan pupuk ke sektor tanaman pangan menjadi prioritas perusahaan saat ini.
“Harus diakui bahwa pupuk non-subsidi harganya memang lebih tinggi, namun petani bisa mempunyai pilihan yang lebih beragam untuk jenis tanaman dan kondisi lahannya," jelas Gusrizal.
Hal ini tentunya berbeda dengan pupuk subsidi yang komposisinya seragam. “Secara kualitas sama, tapi komposisi dan formulanya, terutama untuk jenis NPK, terdiri dari banyak pilihan sehingga bisa lebih sesuai dengan kebutuhan tanaman dan produktivitas bisa lebih meningkat," kata Gusrizal.
Makanya Pupuk Indonesia Grup juga gencar memperkenalkan produk-produk non-subsidi kepada petani melalui berbagai program, mulai dari One Day Promo, program Agro Solution, dan juga program Customer Centric.
Sesuai dengan Permentan No. 49 Tahun 2020, pupuk bersubsidi hanya diperuntukkan bagi petani yang telah tergabung dalam kelompok tani, mendaftar dalam e-RDKK dan di daerah tertentu, memiliki Kartu Tani. Dosis yang bisa ditebus oleh petani pun telah ditentukan oleh alokasi dan rekomendasi dinas pertanian setempat. ( Baca juga:RTH Lubang Buaya Kerap Banjir, Warga Khawatir Makam Khusus Covid-19 pada Ngambang )
Sebagai salah satu upaya mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk bersubsidi, Pupuk Indonesia telah memperkenalkan program Agro Solution di sejumlah daerah, seperti Jember, Banyuwangi, Lombok, Gorontalo, Bangka Belitung dan lain sebagainya. Program pendampingan petani ini bertujuan meningkatkan daya beli dan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas pertanian dengan mengandalkan produk non-subsidi.
(uka)
tulis komentar anda