Digebuk Pandemi, Ekonomi Indonesia Minus 2,07% di 2020
Jum'at, 05 Februari 2021 - 10:05 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) resmi merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 yang mengalami minus 2,07%. Turun jauh dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 4,97%.
"Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi 2,07%. Tapi ini masih lebih baik," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/2/2021). ( Baca juga:Ekonomi Minus (Lagi) 2,19% di Kuartal IV-2020, Indonesia Masih Resesi )
Menurutnya perekonomian di berbagai negara pada triwulan IV mulai membaik dibanding triwulan sebelumnya. Namun perbaikan belum terlalu signifikan dan masih dibayangi oleh kekhawatiran virus Covid-19.
Pada triwulan IV berbagai negara kembali melakukan lockdown akibat peningkatan kasus virus Corona. Alhasil, ekonomi sejumlah negara masih kontraksi, yang positif hanya China dan Vietnam.
Inflasi di berbagai negara di 2020 juga mengalami perlambatan signifikan, bahkan mengarah ke deflasi. Kondisi ini disebabkan oleh pembatasan mobilisasi, juga pergerakan masyarakat di seluruh negara. ( Baca juga:Makin Gak Keruan, Harga Emas Terjerembab Rp13.000 Per Gram )
"Pandemi menghantam dua sisi, baik dari sisi demand maupun supply," tandasnya.
"Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi 2,07%. Tapi ini masih lebih baik," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/2/2021). ( Baca juga:Ekonomi Minus (Lagi) 2,19% di Kuartal IV-2020, Indonesia Masih Resesi )
Menurutnya perekonomian di berbagai negara pada triwulan IV mulai membaik dibanding triwulan sebelumnya. Namun perbaikan belum terlalu signifikan dan masih dibayangi oleh kekhawatiran virus Covid-19.
Pada triwulan IV berbagai negara kembali melakukan lockdown akibat peningkatan kasus virus Corona. Alhasil, ekonomi sejumlah negara masih kontraksi, yang positif hanya China dan Vietnam.
Inflasi di berbagai negara di 2020 juga mengalami perlambatan signifikan, bahkan mengarah ke deflasi. Kondisi ini disebabkan oleh pembatasan mobilisasi, juga pergerakan masyarakat di seluruh negara. ( Baca juga:Makin Gak Keruan, Harga Emas Terjerembab Rp13.000 Per Gram )
"Pandemi menghantam dua sisi, baik dari sisi demand maupun supply," tandasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda