Daya Beli Pengaruhi Permintaan Kredit
Selasa, 09 Februari 2021 - 07:17 WIB
Dia membeberkan, berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2020 turun 2,4% year on year yang mencerminkan turunnya permintaan baik dari sisi konsumen maupun bisnis sebagai dampak pandemi Covid-19.
CIMB Niaga, kata Lee Kai Kwong, memperkirakan pertumbuhan kredit akan positif pada 2021. Ada dua alasan yang disodorkan CIMB Niaga yakni dimulainya program vaksinasi Covid-19 dan perbaikan sejumlah indikator makro sejak kuartal III/2020 baik dari sisi konsumen (seperti Indeks Keyakinan Kosumen) maupun sisi bisnis (seperti Indeks PMI Manufakur).
"Kami perkirakan pertumbuhan kredit akan membaik (positif) pada tahun 2021 sejalan dengan ekspektasi perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional," bebernya.
Menurut Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan, BI memiliki ruang untuk menekan suku bunga acuan hingga batas terendah atau 0%. Hal tersebut bisa saja dilakukan karena sejatinya bank sentral mempunyai independensi kelembagaan.
“Saat ini dalam kondisi krisis ekonomi, BI seharusnya menurunkan suku bunga. Bisa turun hingga paling rendah yakni 0 persen,” ujar Anthony.
Dia menambahkan, batasan suku bunga minimum tersebut disebutnya dapat memancing dana yang mengendap di sejumlah lembaga keuangan untuk bisa tersalurkan ke sektor yang lebih produktif. "Untuk dunia usaha ini bisa jadi kabar positif juga," katanya.
Sementara Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin menilai suku bunga BI 0% tidak mungkin bisa dilakukan. Menurutnya untuk deposit rate atau suku bunga dana memungkinkan turun sampai ke 0%. "Tapi untuk lending rate (bunga kredit) tidak mungkin. Bank-bank setidaknya harus punya net interest margin atau NIM sebesar 5%. Ini untuk membiayai operasional," papar Ferry.Dia menjelaskan, lending rate di Indonesia masih tetap tinggi terus dan sulit turun justru disebabkan oleh lemahnya produktivitas. Ini tercermin pada statistik ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang berada di atas level 6.
"Jadi untuk menurunkan lending rate bank, produktivitas kita harus naik tajam. Tidak bisa secara artifisial diturunkan oleh pemerintah atau BI. Itulah pentingnya membangun infrastruktur. Sekarang Presiden Jokowi berani mengambil langkah itu dan sudah benar,” katanya. (sabir laluhu/hafid fuad)
CIMB Niaga, kata Lee Kai Kwong, memperkirakan pertumbuhan kredit akan positif pada 2021. Ada dua alasan yang disodorkan CIMB Niaga yakni dimulainya program vaksinasi Covid-19 dan perbaikan sejumlah indikator makro sejak kuartal III/2020 baik dari sisi konsumen (seperti Indeks Keyakinan Kosumen) maupun sisi bisnis (seperti Indeks PMI Manufakur).
"Kami perkirakan pertumbuhan kredit akan membaik (positif) pada tahun 2021 sejalan dengan ekspektasi perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional," bebernya.
Menurut Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan, BI memiliki ruang untuk menekan suku bunga acuan hingga batas terendah atau 0%. Hal tersebut bisa saja dilakukan karena sejatinya bank sentral mempunyai independensi kelembagaan.
“Saat ini dalam kondisi krisis ekonomi, BI seharusnya menurunkan suku bunga. Bisa turun hingga paling rendah yakni 0 persen,” ujar Anthony.
Dia menambahkan, batasan suku bunga minimum tersebut disebutnya dapat memancing dana yang mengendap di sejumlah lembaga keuangan untuk bisa tersalurkan ke sektor yang lebih produktif. "Untuk dunia usaha ini bisa jadi kabar positif juga," katanya.
Sementara Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin menilai suku bunga BI 0% tidak mungkin bisa dilakukan. Menurutnya untuk deposit rate atau suku bunga dana memungkinkan turun sampai ke 0%. "Tapi untuk lending rate (bunga kredit) tidak mungkin. Bank-bank setidaknya harus punya net interest margin atau NIM sebesar 5%. Ini untuk membiayai operasional," papar Ferry.Dia menjelaskan, lending rate di Indonesia masih tetap tinggi terus dan sulit turun justru disebabkan oleh lemahnya produktivitas. Ini tercermin pada statistik ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang berada di atas level 6.
"Jadi untuk menurunkan lending rate bank, produktivitas kita harus naik tajam. Tidak bisa secara artifisial diturunkan oleh pemerintah atau BI. Itulah pentingnya membangun infrastruktur. Sekarang Presiden Jokowi berani mengambil langkah itu dan sudah benar,” katanya. (sabir laluhu/hafid fuad)
(bai)
tulis komentar anda