Sawit Kaya Gizi dan Bebas Trans Fat, Dukungan Pemerintah Sangat Dibutuhkan

Rabu, 24 Februari 2021 - 13:47 WIB
“Potensi sawit sangat tinggi peluangnya untuk menyelesaikan masalah SDG’s Indonesia. Syaratnya menjamin keamanan pangan. Ada program nasional bahwa minyak sawit di Indonesia mempunyai 3-MCPD dan GE rendah. Lalu, perlu mendorong riset. Dengan dukungan konsensus pakar untuk menyusun status sawit sebagai kandungan makanan dan kesehatan. Tujuannya menjadi referensi baik di dalam dan luar negeri.

Tetapi, kata Purwiyatno, pemerintah Indonesia belum punya peta jalan (road map) untuk mengisi peluang tersebut. Padahal, ada peluang keunggulan fitonutrien dalam minyak sawit.”Belum ada rencana pengembangan ke arah tersebut. Lalu vitamin A di dalam sawit tidak dioptimalkan maksimal. Malahan, pemerintah membuat program fortifikasi lewat vitamin A sintetik. Padahal, minyak sawit secara natural sudah kaya vitamin A,” tuturnya.

(Baca juga:Bertemu Menlu Hungaria, Retno 'Curhat' Soal Perlakuan UE Terhadap Minyak Sawit RI)

Prof Posman Sibuea, Guru Besar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara menyatakan pemerintah Indonesia harus menjaga kelapa sawit dari kampanye hitam karena bisa menurunkan minat masyarakat untuk mengonsunsumsinya. Peredaran produk makanan berlabel No Palm Oil akan merugikan pelaku industri termasuk juga petani. Ancaman label palm oil free itu muncul sejak 2017 hingga kini terus terjadi. Sebagai contoh, Pod Chocolate yang mencantumkan label No Palm Oil di kemasan salah satu produk. Produk ini dimiliki oleh ekspatriat yang membuka bisnisnya di Bali.

“Pencantuman label No Palm Oil jelas melanggar regulasi pemerintah seperti UU Pangan dan peraturan BPOM. Seharusnya, pemerintah melalui BPOM dapat menindak tegas perusahaan yang mencantumkan label No palm Oil,” jelas Posman.

(Baca juga:Polisi Sudah Periksa Puluhan Saksi Soal Dugaan Korupsi Dana Bantuan Sawit)

Posman menuturkan bahwa sawit ini merupakan minyak masa depan sebagai golden crop. Produktivitasnya sangat tinggi dibandingkan minyak nabati lain. “Produktivitas minyak sawit tiga sampai empat kali lebih tinggi daripada minyak kedelai dan bunga matahari,” ujar dia.

Dia menambahkan bahwa kampanye negatif terhadap sawit kian gencar karena harganya murah dan tidak sebagus dengan minyak nabati lain. "Akhirnya muncul isu minyak sawit penyebab penyakit jantung dan kegemukan, sehingga minyak sawit dilabeli tidak menyehatkan,” ujar Posman.

(Baca juga:Dewan Atensi Keluhan Petani Sawit Tak Terima Bantuan Pemerintah)

Sementara itu, RR Dhian Dipo, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat stunting sebanyak 144 juta anak, 47 juta anak kurang gizi dan 38 juta anak kelebihan gizi. Indonesia saat ini mengalami masalah kekurangan zat gizi mikro pada anak, terutama kekurangan vitamin A.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More