Pecah Rekor! Harga Pangan Dunia Meroket hingga 50%
Jum'at, 19 Maret 2021 - 20:12 WIB
Rabobank memperkirakan, permintaan akan berlangsung sampai bertahun-tahun mendatang. Seiring dengan meningkatnya permintaan, eksportir utama juga berupaya untuk menahan stok. Misalnya, Rusia yang memberlakukan pajak ekspor gandum atau Argentina yang memberlakukan kuota ekspor jagung.
Perusahaan makanan besar yang terdaftar di bursa juga meningkatkan jumlah stok yang mereka miliki di gudang untuk menghindari gangguan yang disebabkan Covid-19. Kondisi ini merupakan cermin pergeseran manajemen inventaris, dari pendekatan just in time (pengadaan yang tepat waktu) ke just in case (pengadaan jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak terduga), menurut laporan tersebut.
Rabobank memperkirakan pergeseran pendekatan manajemen menyebabkan permintaan global naik 2%. Pada tahun 2007 dan awal 2008, kenaikan tajam harga pangan menyebabkan kerusuhan sipil di sekitar 37 negara di Eropa Timur, Amerika Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan serta Tenggara. Meskipun tren kenaikan harga pangan saat ini mengkhawatirkan banyak orang, skalanya belum mencapai skala krisis pangan 13 tahun yang lalu.
Menurut Charles Clack, dalam kedua contoh inflasi harga pangan, spekulan pasar memainkan peran. "Sementara hal-hal yang lebih fundamental, seperti cuaca dan jumlah permintaan merupakan pemicu kenaikan harga. Tak diragukan lagi, spekulasi oleh pemain non-komersial di pasarlah yang mendorong langkah tersebut," kata dia.
Saat ini, suku bunga yang rendah telah membawa uang dari obligasi pemerintah masuk ke pasar komoditas karena mereka mencari keuntungan yang lebih tinggi. "Kami mengamati para pedagang pasar saham yang cenderung lebih pasif dan memilih produk keuangan jangka panjang, seperti dana pensiun, menjadi sangat tertarik pada komoditas pertanian," kata Clack. "Mereka belum tentu akan keluar dari pasar ini secepat para spekulan tradisional," lanjutnya.
Perusahaan makanan besar yang terdaftar di bursa juga meningkatkan jumlah stok yang mereka miliki di gudang untuk menghindari gangguan yang disebabkan Covid-19. Kondisi ini merupakan cermin pergeseran manajemen inventaris, dari pendekatan just in time (pengadaan yang tepat waktu) ke just in case (pengadaan jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak terduga), menurut laporan tersebut.
Rabobank memperkirakan pergeseran pendekatan manajemen menyebabkan permintaan global naik 2%. Pada tahun 2007 dan awal 2008, kenaikan tajam harga pangan menyebabkan kerusuhan sipil di sekitar 37 negara di Eropa Timur, Amerika Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan serta Tenggara. Meskipun tren kenaikan harga pangan saat ini mengkhawatirkan banyak orang, skalanya belum mencapai skala krisis pangan 13 tahun yang lalu.
Menurut Charles Clack, dalam kedua contoh inflasi harga pangan, spekulan pasar memainkan peran. "Sementara hal-hal yang lebih fundamental, seperti cuaca dan jumlah permintaan merupakan pemicu kenaikan harga. Tak diragukan lagi, spekulasi oleh pemain non-komersial di pasarlah yang mendorong langkah tersebut," kata dia.
Saat ini, suku bunga yang rendah telah membawa uang dari obligasi pemerintah masuk ke pasar komoditas karena mereka mencari keuntungan yang lebih tinggi. "Kami mengamati para pedagang pasar saham yang cenderung lebih pasif dan memilih produk keuangan jangka panjang, seperti dana pensiun, menjadi sangat tertarik pada komoditas pertanian," kata Clack. "Mereka belum tentu akan keluar dari pasar ini secepat para spekulan tradisional," lanjutnya.
(nng)
tulis komentar anda