Kendalikan Harga Pangan Jelang Ramadhan
Selasa, 23 Maret 2021 - 06:06 WIB
“Saya panggil. Kita sudah bagi, yang produsen ini ke wilayah ini dan (produsen lain suplai) ke sini. Aceh itu butuh tambahan dan sudah kita kondisikan. Itu harus ada yang bertanggung jawab yang suplai ke sana. Dia butuh tambahan 8.000 ton. Aceh tinggi kalau bulan puasa, banyak bikin kolak,” tuturnya.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto mengatakan, pihaknya telah berupaya agar harga cabai bisa kembali normal, dengan melakukan berbagai program dan kegiatan stabilisasi pasokan dan harga.
Menurut dia, pada program bebasis Early Warning System (EWS) yang disusun hingga lima bulan ke depan, memang ada menunjukkan terjadinya penurunan surplus pada komoditi cabai pada bulan Februari.
“Namun, akan kembali meningkat surplusnya di akhir Maret, selanjutnya diprediksi terjadi panen raya di bulan April sampai Juli," ujarnya kepada KORAN SINDO kemarin.
Dia menambahkan, berdasarkan data yang diambil dari sistem informasi pemasaran hortikultura, harga beberapa komoditas strategis seperti cabai merah keriting relatif masih terkendali.
Harga ini memang sempat tinggi pada pertengahan Desember 2020 hingga pertengahan Januari 2021, tetapi kembali turun pada akhir Januari 2021. Kondisi ini, menurutnya, bersifat sementara dan masyarakat diharap dapat berlaku tenang.
"Angka kebutuhan cabai rawit pada Februari 70.005 ton sementara prognosa diperkirakan 89.717 ton. Ini artinya terjadi surplus yang kemungkinan besar harga akan kembali normal," tutur Prihasto.
Dia juga mengakui, cuaca menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya harga cabai. Saat ini terjadi kondisi yang tidak mampu dikendalikan yaitu faktor alam dan tingginya curah hujan yang terjadi sejak Desember atau fenomena la Nina.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto mengatakan, pihaknya telah berupaya agar harga cabai bisa kembali normal, dengan melakukan berbagai program dan kegiatan stabilisasi pasokan dan harga.
Menurut dia, pada program bebasis Early Warning System (EWS) yang disusun hingga lima bulan ke depan, memang ada menunjukkan terjadinya penurunan surplus pada komoditi cabai pada bulan Februari.
“Namun, akan kembali meningkat surplusnya di akhir Maret, selanjutnya diprediksi terjadi panen raya di bulan April sampai Juli," ujarnya kepada KORAN SINDO kemarin.
Dia menambahkan, berdasarkan data yang diambil dari sistem informasi pemasaran hortikultura, harga beberapa komoditas strategis seperti cabai merah keriting relatif masih terkendali.
Harga ini memang sempat tinggi pada pertengahan Desember 2020 hingga pertengahan Januari 2021, tetapi kembali turun pada akhir Januari 2021. Kondisi ini, menurutnya, bersifat sementara dan masyarakat diharap dapat berlaku tenang.
"Angka kebutuhan cabai rawit pada Februari 70.005 ton sementara prognosa diperkirakan 89.717 ton. Ini artinya terjadi surplus yang kemungkinan besar harga akan kembali normal," tutur Prihasto.
Dia juga mengakui, cuaca menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya harga cabai. Saat ini terjadi kondisi yang tidak mampu dikendalikan yaitu faktor alam dan tingginya curah hujan yang terjadi sejak Desember atau fenomena la Nina.
tulis komentar anda