Waskita Karya Optimistis Kinerja Membaik Setelah Pandemi
Rabu, 14 April 2021 - 06:57 WIB
Waskita juga mencatatkan beban operasi sebesar Rp19,87 triliun atau 123% dari capaian pendapatan usaha pada periode 2020. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan beban bahan baku dan beban overhead akibat pandemi, serta adanya beberapa klasifikasi ulang dalam pos laba rugi.
Seberapa besar pandemi memengaruhi kinerja Waskita?
Selama pandemi Covid-19, Waskita pun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk implementasi protokol kesehatan di lingkungan kerja perusahaan.
Sepanjang tahun 2020 Waskita tercatat menanggung beban pinjaman mencapai Rp4,74 triliun atau meningkat 31% dibandingkan tahun 2019. Kenaikan tersebut disebabkan oleh bertambahnya jumlah ruas tol milik Waskita yang telah beroperasi.
Selain itu, proses divestasi yang telah direncanakan oleh Waskita pun tertunda pelaksanaannya akibat pandemi Covid-19. Dari 5 ruas yang ditargetkan untuk dapat dilepas, hanya divestasi 1 ruas yang dapat terealisasi.
Apa yang menjadi penghambat dari rencana divestasi ruas jalan tol perseroan?
Karena dampak Covid-19 ini membuat Waskita tidak bisa bekerja normal. Tidak bisa berproduksi normal. Kedua, circle bisnis Waskita selain dapat kontrak dari owner atau proyek pemerintah juga pengembangan bisnis. Pengembangan bisnis yang besar saat ini membangun jalan tol. Jalan tol ini setelah selesai harusnya didivestasi. Karena Covid-19, proses divestasi ini menjadi stuck.
Pada 2019, Waskita divestasi dua ruas tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono. Terlaksana dengan baik. Rencananya 2020 itu ada lima ruas yang kami divestasi, tapi karena Covid-19, proses tender tidak berjalan. Investor hanya dari jauh. Mereka sebenarnya ingin melihat kondisi riilnya, tren traffic-nya. Kan kuncinya di situ.
Mereka menunda. Inilah yang kalau boleh dibilang malapetaka bagi Waskita karena harusnya kami mendapatkan uang dari divestasi. Kami bisa mengembalikan pinjaman. Otomatis kalau pinjaman berkurang, bunga pun akan berkurang.
Seberapa besar pandemi memengaruhi kinerja Waskita?
Selama pandemi Covid-19, Waskita pun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk implementasi protokol kesehatan di lingkungan kerja perusahaan.
Sepanjang tahun 2020 Waskita tercatat menanggung beban pinjaman mencapai Rp4,74 triliun atau meningkat 31% dibandingkan tahun 2019. Kenaikan tersebut disebabkan oleh bertambahnya jumlah ruas tol milik Waskita yang telah beroperasi.
Selain itu, proses divestasi yang telah direncanakan oleh Waskita pun tertunda pelaksanaannya akibat pandemi Covid-19. Dari 5 ruas yang ditargetkan untuk dapat dilepas, hanya divestasi 1 ruas yang dapat terealisasi.
Apa yang menjadi penghambat dari rencana divestasi ruas jalan tol perseroan?
Karena dampak Covid-19 ini membuat Waskita tidak bisa bekerja normal. Tidak bisa berproduksi normal. Kedua, circle bisnis Waskita selain dapat kontrak dari owner atau proyek pemerintah juga pengembangan bisnis. Pengembangan bisnis yang besar saat ini membangun jalan tol. Jalan tol ini setelah selesai harusnya didivestasi. Karena Covid-19, proses divestasi ini menjadi stuck.
Pada 2019, Waskita divestasi dua ruas tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono. Terlaksana dengan baik. Rencananya 2020 itu ada lima ruas yang kami divestasi, tapi karena Covid-19, proses tender tidak berjalan. Investor hanya dari jauh. Mereka sebenarnya ingin melihat kondisi riilnya, tren traffic-nya. Kan kuncinya di situ.
Mereka menunda. Inilah yang kalau boleh dibilang malapetaka bagi Waskita karena harusnya kami mendapatkan uang dari divestasi. Kami bisa mengembalikan pinjaman. Otomatis kalau pinjaman berkurang, bunga pun akan berkurang.
tulis komentar anda