Perum Bulog Andil Topang Sulsel Jadi Penyangga Pangan Nasional
Senin, 19 April 2021 - 12:26 WIB
Eko memaparkan, di Sulsel daerah dengan penyerapan beras petani untuk Bulog berada di Kota Parepare, meski tak banyak memiliki sawah, daerah ini memiliki gudang besar kapasitas hampir 30.000 ton.
“Sehingga, jika di dua tempat itu mengalami keterlambatan penyerapan seperti Makassar dan Pinrang, maka bergeser serapannya ke Parepare dan Wajo. Itu sudah termasuk 96 unit Bulog di Sulselbar dengan kapasitas daya serap 396.000 ton,” paparnya.
Dengan serapan dan dukungan stakeholder terkait, Eko menuturkan, jika memang tak dipungkiri Sulsel menjadi daerah dengan penyerapan beras tertinggi.
“Kemarin kami juga berada di rangking pertama untuk penyerapan beras tahun lalu di 2020. Artinya kami mencapai hampir 120% dan kami bisa membantu 13 daerah di tahun kemarin untuk kebutuhan berasnya, seperti mengirimkan beras ke NTT, DKI Jakarta, Sultra, Kalteng, Kaltim, Sulut, Maluku, Sulteng, Sumut, Riau, Jabar dan Papua. Tujuannya untuk membantu Bulog -bulog yang stoknya defisit,” tuturnya.
Buruh angkut mengatur tumpukan stok beras di gudang Bulog Sulsel Jalan Panaikang, Makassar, beberapa waktu yang lalu. Foto: SINDOnews/Muchtamir Zaide
Dia mengungkapkan, jika untuk tahun lalu beras yang didistribusikan ke sejumlah Bulog mencapai 52.000 ton dan untuk tahun ini masih di kisaran 8.000 ton, dengan daerah distribusi ke Sulut, Papua, NTT, Sultra, Maluku dan Gorontalo yang sedang kekurangan stok.
“Posisi Sulsel sebagai penyangga nasional memberi dampak terhadap program penyerapan Bulog Sulsel , karena kita bisa membantu buruh-buruh mereka. Artinya perekonomian hidup berputar terus. Mereka bisa membayar para buruh itu terkait dengan kegiatan pengadaan itu. Artinya berputar perekonomian disatu tempat di daerah-daerah pengadaan,” ungkapnya.
Eko Pranoto mengaku optimistis dapat menyerap seluruh beras petani.
“Sehingga, jika di dua tempat itu mengalami keterlambatan penyerapan seperti Makassar dan Pinrang, maka bergeser serapannya ke Parepare dan Wajo. Itu sudah termasuk 96 unit Bulog di Sulselbar dengan kapasitas daya serap 396.000 ton,” paparnya.
Dengan serapan dan dukungan stakeholder terkait, Eko menuturkan, jika memang tak dipungkiri Sulsel menjadi daerah dengan penyerapan beras tertinggi.
“Kemarin kami juga berada di rangking pertama untuk penyerapan beras tahun lalu di 2020. Artinya kami mencapai hampir 120% dan kami bisa membantu 13 daerah di tahun kemarin untuk kebutuhan berasnya, seperti mengirimkan beras ke NTT, DKI Jakarta, Sultra, Kalteng, Kaltim, Sulut, Maluku, Sulteng, Sumut, Riau, Jabar dan Papua. Tujuannya untuk membantu Bulog -bulog yang stoknya defisit,” tuturnya.
Buruh angkut mengatur tumpukan stok beras di gudang Bulog Sulsel Jalan Panaikang, Makassar, beberapa waktu yang lalu. Foto: SINDOnews/Muchtamir Zaide
Dia mengungkapkan, jika untuk tahun lalu beras yang didistribusikan ke sejumlah Bulog mencapai 52.000 ton dan untuk tahun ini masih di kisaran 8.000 ton, dengan daerah distribusi ke Sulut, Papua, NTT, Sultra, Maluku dan Gorontalo yang sedang kekurangan stok.
“Posisi Sulsel sebagai penyangga nasional memberi dampak terhadap program penyerapan Bulog Sulsel , karena kita bisa membantu buruh-buruh mereka. Artinya perekonomian hidup berputar terus. Mereka bisa membayar para buruh itu terkait dengan kegiatan pengadaan itu. Artinya berputar perekonomian disatu tempat di daerah-daerah pengadaan,” ungkapnya.
Eko Pranoto mengaku optimistis dapat menyerap seluruh beras petani.
tulis komentar anda