Erick Thohir Singgung Pemimpin Zalim dan Korupsi Saat Bicarakan Garuda Indonesia
Rabu, 02 Juni 2021 - 13:49 WIB
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyinggung soal pemimpin zalim saat membicarakan soal kondisi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Seperti diketahui maskapai penerbangan pelat merah itu dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan terkait kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.
Erick sempat mengutarakan, pemimpin yang berdiam diri saat ada masalah. Karena itu, pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang tidak melakukan apa-apa dan berdiam diri sementara ada masalah yang harus diselesaikan.
"Pemimpin Yang buruk adalah pemimpin yang tidak melakukan apa-apa, berdiam diri," kata Erick Thohir di kawasan di Kementerian BUMN, Rabu (2/6/2021).
Lebih lanjut Ia menegaskan, dalam kondisi pandemi saat ini, Garuda Indonesia harus melakukan terobosan dan perbaikan di segala aspek. "Tentu kita nggak boleh menutup diri atau berdiam diri, makanya kita harus melakukan terobosan dan perbaikan, tidak mungkin didiamkan," ujarnya.
Mantan Bos Inter Milan itu menilai seorang pemimpin yang baik adalah mereka mau melakukan keputusan atau melakukan koreksi apabila ada kesalahan.
Karena itu, perkara yang di hadapi Garuda Indonesia saat ini, pihaknya mengarahkan ada langkah starategis yang diambil untuk menyelamatkan maskapai dari tekanan keuangan. Mislanya, menawarkan empat opsi tahapan yang sudah diterbitkan sebelumnya.
"Tidak hanya ke pihak lessor sebagai salah satu pihak yang utama, dan ada dua kategori lessor, yakni lessor yang sudah terbukti bekerja sama dengan pihak direksi Garuda melakukan tindak pidana korupsi, sudah ada catatan hukumnya semua," ungkap Erick.
Meski demikian, Erick juga mengatakan bahwa ada juga lessor yang baik. "Tapi itupun, dengan kondisi seperti hari ini, kemahalan. Nah kita harus negosiasi ulang. Ini yang sedang kita jajaki, opsi 1, 2, 3, 4," ujarnya.
Pemegang saham juga menekankan industri penerbangan di seluruh dunia terdampak pandemi Covid-19. Dimana, adanya penurunan jumlah travel di seluruh dunia. Bahkan, kapasitas penerbangan di Indonesia hanya menyentuh 15% saja.
Meskipun kemarin sempat naik 32%, namun Erick menegaskan, bahwa kondisinya belum bisa mencapai 100 persen seperti sebelumnya. "Kereta api bahkan masih hanya 15-20 persen. Ya sama juga industri penerbangan, mau yang punya pemerintah atau punya swasta, sama-sama terdampak," tutur dia.
Erick sempat mengutarakan, pemimpin yang berdiam diri saat ada masalah. Karena itu, pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang tidak melakukan apa-apa dan berdiam diri sementara ada masalah yang harus diselesaikan.
"Pemimpin Yang buruk adalah pemimpin yang tidak melakukan apa-apa, berdiam diri," kata Erick Thohir di kawasan di Kementerian BUMN, Rabu (2/6/2021).
Lebih lanjut Ia menegaskan, dalam kondisi pandemi saat ini, Garuda Indonesia harus melakukan terobosan dan perbaikan di segala aspek. "Tentu kita nggak boleh menutup diri atau berdiam diri, makanya kita harus melakukan terobosan dan perbaikan, tidak mungkin didiamkan," ujarnya.
Mantan Bos Inter Milan itu menilai seorang pemimpin yang baik adalah mereka mau melakukan keputusan atau melakukan koreksi apabila ada kesalahan.
Karena itu, perkara yang di hadapi Garuda Indonesia saat ini, pihaknya mengarahkan ada langkah starategis yang diambil untuk menyelamatkan maskapai dari tekanan keuangan. Mislanya, menawarkan empat opsi tahapan yang sudah diterbitkan sebelumnya.
"Tidak hanya ke pihak lessor sebagai salah satu pihak yang utama, dan ada dua kategori lessor, yakni lessor yang sudah terbukti bekerja sama dengan pihak direksi Garuda melakukan tindak pidana korupsi, sudah ada catatan hukumnya semua," ungkap Erick.
Meski demikian, Erick juga mengatakan bahwa ada juga lessor yang baik. "Tapi itupun, dengan kondisi seperti hari ini, kemahalan. Nah kita harus negosiasi ulang. Ini yang sedang kita jajaki, opsi 1, 2, 3, 4," ujarnya.
Baca Juga
Pemegang saham juga menekankan industri penerbangan di seluruh dunia terdampak pandemi Covid-19. Dimana, adanya penurunan jumlah travel di seluruh dunia. Bahkan, kapasitas penerbangan di Indonesia hanya menyentuh 15% saja.
Meskipun kemarin sempat naik 32%, namun Erick menegaskan, bahwa kondisinya belum bisa mencapai 100 persen seperti sebelumnya. "Kereta api bahkan masih hanya 15-20 persen. Ya sama juga industri penerbangan, mau yang punya pemerintah atau punya swasta, sama-sama terdampak," tutur dia.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda