Industri Halal Bisa Jadi Pemicu Pemulihan Ekonomi Nasional

Kamis, 24 Juni 2021 - 22:28 WIB
Modest Fashion Indonesia masih bertengger di nomor 3 setelah UEA dan Turki, namun sektor ini diyakini dapat mendongkrak industri halal Tanah Air. Desainer, Founder Fashion Brands & Pembina Industri Kreatif, Amy Atmanto mengatakan, tren global dalam pengeluaran untuk modest fashion dunia tertinggi adalah di Turki dengan total belanja USD29 miliar, disusul UAE dengan spending USD23 miliar dan Indonesia dengan total spending USD21 miliar.

Sementara total world spending untuk pakaian muslim di tahun 2018 bertumbuh 4,8% dari USD270 miliar menjadi USD283 miliar. Di tahun 2024 diperkirakan spending untuk muslim dan clothing apparel akan tumbuh sebesar 6% mencapai USD402 miliar.

“Saya menggunakan istilah modest fashion untuk mendorong mindset kita untuk dapat mengexplore wilayah-wilayah kreatif beyond traditional moslem outfit. Dengan istilah ini kita tidak dibatasi oleh konsepsi umum tentang busana muslim (gamis, abaya, kaftan),” ungkapnya.

Mengutip State of the Global Islamic Economic Report – Driving the Islamic economy revolution 4.0, Amy menuturkan, Indonesia merupakan pasar domestik no 3 terbesar dengan USD21 triliun, selain itu, gaya desain Indonesia diterima di dunia. Karena itu dia yakin Industri halal termasuk di dalamnya modish fashion, bisa menjadi pemantik ekonomi nasional.

“Kita mendominasi pencarian googling dengan keyword “moslem fashion”, hasilnya Indonesia 77%, 15% Malaysia, dan sisanya Inggris, India dan negara lain. Ini membuktikan Indonesia mendominasi fashion muslim,” jelasnya.

Meski demikian, Amy tidak memungkiri tantangan yang dihadapi industri modest fashion Indonesia antara lain masih terperangkap pada desain tradisional, kurangnya inovasi, keterbatasan skill pemasaran dan persaingan usaha, bahan baku yang masih harus impor, dan kebanyakan usaha fashion masih mengandalkan dari hobi serta kurangnya modal usaha.

Amy mendesak agar pengusaha & Desainer pelaku industry modest fashion harus berinovasi beyond traditional line seperti hijab, abaya, gamis. Selain itu, pemerintah agar lebih berperan untuk membuat kebijakan iklim kompetisi yang sehat.

“Kita masih ingat pernyataan Menteri Perdagangan “Bagaimana mau bersaing kalau harga hijab impor Rp1.900 ?? Dalam hal ini pemerintah menyatakan berupaya menertibkan predatory pricing agar produk-produk dalam negeri tidak tergerus oleh produk asing,” ungkapnya.

Baca juga:Covid-19 Melonjak, RSUD Cibinong Bogor Dirikan Tenda Darurat

Dia juga berharap outlet brand International di Indonesia bisa mengalokasikan space outletnya untuk produk modest fashion Indonesia.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More