PPKM Darurat Bikin Pengusaha 4 Ah: Gelisah-Resah, Pasrah dan Tabah
Selasa, 06 Juli 2021 - 18:37 WIB
JAKARTA - Penerapan PPKM Darurat di pulau Jawa dan Bali telah membuat psikologis pengusaha terganggu. Pasalnya PPKM Darurat pada 3 Juli sampai 20 Juli diprediksi bakal disertai berbagai kebijakan yang lebih mempersempit ruang gerak dunia usaha .
“Ketika peningkatan kasus Covid-19 ini sangat-sangat tinggi sekali dan bahkan melampaui daripada jumlah tahun yang lalu, tentu bagi kami pengusaha psikologisnya pasti akan sangat terganggu,” ujar Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang dalam acara Market Review IDX Channel, Selasa (6/7/2021).
Lebih lanjut Ia meramalkan, bahwa pemerintah akan melakukan kebijakan-kebijakan yang lebih mempersempit ruang gerak masyarakat dan juga dunia usaha. Sarman menjelaskan, dengan diberlakukannya PPKM Darurat oleh pemerintah, hal itu membuat pengusaha Indonesia berada di posisi ‘4 ah’.
“Memang dalam kenyataannya bahwa kasus ini semakin naik, pemerintah menaikkan status daripada PPKM Mikro menjadi PPKM Darurat. Dan itu membuat pengusaha kita pada posisi ‘4 ah’ yang saya katakan, yaitu gelisah, resah, pasrah, dan tabah,” jelas dia.
Namun, dia mengatakan, pihaknya tetap mendukung kebijakan yang diambil pemerintah. Sebab, saat ini pemerintah memang berada di situasi yang cukup sulit.
“Kami coba untuk tidak marah, walau kebijakan pemerintah saat ini yang memberlakukan PPKM Darurat sangat-sangat akan memengaruhi daripada kelangsungan dunia usaha kita. Namun, kami juga menyadari bahwa ini pilihan sulit bagi pemerintah. Di satu sisi ingin juga menyelamatkan ekonomi kita, tapi di satu sisi bagaimana supaya keselamatan warga juga harus dijamin,” kata Sarman.
Sementara itu, Sarman menegaskan, walau para pengusaha sangat menderita akibat terdampak Covid-19 yang sudah ada selama kurang lebih satu tahun, pihaknya akan tetap berusaha menerima kebijakan pemerintah.
“Kami dari pengusaha tidak ada istilah tidak mendukung, walaupun hati kecil kami sangat-sangat menangis. Karena kita bisa menyadari bahwasanya hampir satu tahun merasakan dampak Covid-19 ini. Misalnya, cashflow yang sudah sangat terjepit, yang namanya profit, yang namanya omzet itu sudah semakin tertekan sekali. Dan di satu sisi biaya operasional kita juga sangat-sangat menantang,” tegasnya.
“Ketika peningkatan kasus Covid-19 ini sangat-sangat tinggi sekali dan bahkan melampaui daripada jumlah tahun yang lalu, tentu bagi kami pengusaha psikologisnya pasti akan sangat terganggu,” ujar Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang dalam acara Market Review IDX Channel, Selasa (6/7/2021).
Lebih lanjut Ia meramalkan, bahwa pemerintah akan melakukan kebijakan-kebijakan yang lebih mempersempit ruang gerak masyarakat dan juga dunia usaha. Sarman menjelaskan, dengan diberlakukannya PPKM Darurat oleh pemerintah, hal itu membuat pengusaha Indonesia berada di posisi ‘4 ah’.
“Memang dalam kenyataannya bahwa kasus ini semakin naik, pemerintah menaikkan status daripada PPKM Mikro menjadi PPKM Darurat. Dan itu membuat pengusaha kita pada posisi ‘4 ah’ yang saya katakan, yaitu gelisah, resah, pasrah, dan tabah,” jelas dia.
Namun, dia mengatakan, pihaknya tetap mendukung kebijakan yang diambil pemerintah. Sebab, saat ini pemerintah memang berada di situasi yang cukup sulit.
“Kami coba untuk tidak marah, walau kebijakan pemerintah saat ini yang memberlakukan PPKM Darurat sangat-sangat akan memengaruhi daripada kelangsungan dunia usaha kita. Namun, kami juga menyadari bahwa ini pilihan sulit bagi pemerintah. Di satu sisi ingin juga menyelamatkan ekonomi kita, tapi di satu sisi bagaimana supaya keselamatan warga juga harus dijamin,” kata Sarman.
Sementara itu, Sarman menegaskan, walau para pengusaha sangat menderita akibat terdampak Covid-19 yang sudah ada selama kurang lebih satu tahun, pihaknya akan tetap berusaha menerima kebijakan pemerintah.
“Kami dari pengusaha tidak ada istilah tidak mendukung, walaupun hati kecil kami sangat-sangat menangis. Karena kita bisa menyadari bahwasanya hampir satu tahun merasakan dampak Covid-19 ini. Misalnya, cashflow yang sudah sangat terjepit, yang namanya profit, yang namanya omzet itu sudah semakin tertekan sekali. Dan di satu sisi biaya operasional kita juga sangat-sangat menantang,” tegasnya.
(akr)
tulis komentar anda