Ribuan Anak Jadi Yatim Piatu, Amalia Ulfa: Hidup Saya Hancur
Minggu, 22 Agustus 2021 - 20:00 WIB
"Waktu di rumah saya kadang sedih melihat dia sebagai adik saya, walau saya juga memiliki anak-anak yang tidak beda jauh usianya dengan Erinda," kata Ari, kakak Erinda kepada ABC Indonesia. "Pengetahuan agama kami tidak cukup. Kami juga khawatir Erinda karena tidak memiliki orang tua lagi. Sejauh ini dia kerasan di pondok pesantren," kata Ari mengenai alasan mengirimkan adiknya ke pondok pesantren.
Menurut Camat Banguntapan, Drs Fauzan Mu'arifin, di mana Erinda tinggal, sejauh ini ada 146 anak di Kecamatannya yang kehilangan orang tua mereka karena COVID.
Fauzan mengatakan mereka sedang berusaha melakukan pendataan untuk mencarikan bantuan, karena khawatir dengan masa depan anak-anak yang kehilangan orangtuanya.
"Anak-anak ini berpotensi putus sekolah, terlantar dan juga memicu pelaku kriminal," katanya kepada ABC.
Dengan jumlah kematian sudah melebihi 120 ribu orang sejauh ini di Indonesia, para pekerja sosial mengkhawatirkan jumlah anak-anak yatim piatu yang perlu mendapat bantuan pengasuhan maupun yang lain akan terus meningkat.
Dalam dua pekan terakhir, lembaga Save the Children Indonesia sudah membantu setidaknya 30 anak yatim piatu. Mereka juga memberikan bantuan keuangan kepada keluarga yang mengasuh anak-anak tersebut.
“[Penting] bagi anak-anak ini tinggal dengan keluarga yang mereka kenal, bukan di panti asuhan, karena sebenarnya panti asuhan itu adalah pilihan terakhir,” kata Dino Satria, kepala program bidang kemanusiaan di organisasi tersebut.
“Anak-anak ini perlu tetap merasa aman, nyaman, dekat, dan percaya diri dengan keluarga yang mereka kenal.”
Dino mengatakan anak-anak yang kehilangan kedua orang tuanya, khususnya selama pandemi menghadapi sejumlah risiko sosial dan psikologis. "Anak-anak yang kehilangan kedua orangtuanya ini rentan mengalami kesedihan mendalam, bahkan bisa menjadi depresi dan stress, tidak mendapat perlakuan yang baik,” katanya.
“Dan [ada] risiko tinggi untuk dinikahkan sejak dini dan juga dieksploitasi … apalagi kalau anak-anak ini jatuh ke tangan yang orang yang tidak bertanggung jawab.”
Menurut Camat Banguntapan, Drs Fauzan Mu'arifin, di mana Erinda tinggal, sejauh ini ada 146 anak di Kecamatannya yang kehilangan orang tua mereka karena COVID.
Fauzan mengatakan mereka sedang berusaha melakukan pendataan untuk mencarikan bantuan, karena khawatir dengan masa depan anak-anak yang kehilangan orangtuanya.
"Anak-anak ini berpotensi putus sekolah, terlantar dan juga memicu pelaku kriminal," katanya kepada ABC.
Dengan jumlah kematian sudah melebihi 120 ribu orang sejauh ini di Indonesia, para pekerja sosial mengkhawatirkan jumlah anak-anak yatim piatu yang perlu mendapat bantuan pengasuhan maupun yang lain akan terus meningkat.
Dalam dua pekan terakhir, lembaga Save the Children Indonesia sudah membantu setidaknya 30 anak yatim piatu. Mereka juga memberikan bantuan keuangan kepada keluarga yang mengasuh anak-anak tersebut.
“[Penting] bagi anak-anak ini tinggal dengan keluarga yang mereka kenal, bukan di panti asuhan, karena sebenarnya panti asuhan itu adalah pilihan terakhir,” kata Dino Satria, kepala program bidang kemanusiaan di organisasi tersebut.
“Anak-anak ini perlu tetap merasa aman, nyaman, dekat, dan percaya diri dengan keluarga yang mereka kenal.”
Dino mengatakan anak-anak yang kehilangan kedua orang tuanya, khususnya selama pandemi menghadapi sejumlah risiko sosial dan psikologis. "Anak-anak yang kehilangan kedua orangtuanya ini rentan mengalami kesedihan mendalam, bahkan bisa menjadi depresi dan stress, tidak mendapat perlakuan yang baik,” katanya.
“Dan [ada] risiko tinggi untuk dinikahkan sejak dini dan juga dieksploitasi … apalagi kalau anak-anak ini jatuh ke tangan yang orang yang tidak bertanggung jawab.”
tulis komentar anda