SYL: Tranformasi Teknologi ke Petani Sudah Keharusan
Minggu, 31 Mei 2020 - 16:32 WIB
JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta kepada jajarannya melakukan pendampingan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan keunggulan setiap komoditas pertanian termasuk komoditas perkebunan berupa rempah, yaitu pala.
SYL mengatakan peran dan penguasaan teknologi sangat penting dalam mengkaselerasi kemajuan pembangunan perkebunan. Karena teknologi menurutnya sejajar kedudukannya dengan faktor produksi lainnya.
"Oleh karena itu, kemajuan riset dan teknologi bukan saja dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi tapi juga menjamin adanya nilai tambah bagi petani," kata SYL di Jakarta, Minggu (31/5/2020).
Salah satu teknologi perkebunan yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri) adalah pala varietas Tidore 1. Varietas ini diklaim memiliki keunggulan yang sama dengan varietas pala Ternate 1. Tapi, Tidore 1 lebih tahan terhadap hama penggerek dan penyakit busuk buah. Produktivitas varietas ini rata-rata mencapai 7.500 butir per pohon per tahun.
Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan, produktivitas pala pada tahun 2018 sebesar 543 kg per hektar dan 548 kg per hektar di tahun 2019. Rendahnya produktivitas pala nasional disebabkan karena sebagian besar perkebunan merupakan perkebunan rakyat. Di samping itu, petani masih menggunakan cara tradisional dan peralatan seadanya dalam pengolahan dan pasca panen.
"Transformasi teknologi kepada petani sudah keharusan. Sekarang era digital. Pendampingan-pendampingan, bimbingan teknis tentang bagaimana cara budidaya harus menyesuaikan zaman. Apalagi di situasi seperti ini, pembatasan tatap muka. Maka kita harus memperkuat sektor hulu dan mengembangkan sektor hilir sehingga ada nilai tambah," ujar SYL.
Ia menegaskan bahwa sektor pertanian menjadi tulang punggung di saat pandemi seperti ini.
"Saya mengajak kepada Gubernur, Bupati, Camat sampai Kepala Desa, petani dan pelaku usaha pertanian agar tetap beraktivitas, berproduksi dengan tetap menjalankan potokol kesehatan untuk menyediakan pangan dalam negeri," pungkasnya.
Sebagai informasi, kebutuhan pala di dunia hampir separuhnya dipenuhi dari Indonesia. Volume ekspor pala Indonesia dalam kurun 2018, masih menurut data Ditjen Perkebunan sebanyak 20.202 ton setara dengan USD111,69 juta.
Sementara itu, Badan Karantina Pertanian Ambon mencatat pengiriman komoditas pala yang berasal dari petani Ambon, Maluku Tengah dan Tual dengan tujuan Surabaya dan Jakarta sepanjang tahun 2020 sebanyak 106,1 ton dengan frekuensi 19 kali.
SYL mengatakan peran dan penguasaan teknologi sangat penting dalam mengkaselerasi kemajuan pembangunan perkebunan. Karena teknologi menurutnya sejajar kedudukannya dengan faktor produksi lainnya.
"Oleh karena itu, kemajuan riset dan teknologi bukan saja dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi tapi juga menjamin adanya nilai tambah bagi petani," kata SYL di Jakarta, Minggu (31/5/2020).
Salah satu teknologi perkebunan yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri) adalah pala varietas Tidore 1. Varietas ini diklaim memiliki keunggulan yang sama dengan varietas pala Ternate 1. Tapi, Tidore 1 lebih tahan terhadap hama penggerek dan penyakit busuk buah. Produktivitas varietas ini rata-rata mencapai 7.500 butir per pohon per tahun.
Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan, produktivitas pala pada tahun 2018 sebesar 543 kg per hektar dan 548 kg per hektar di tahun 2019. Rendahnya produktivitas pala nasional disebabkan karena sebagian besar perkebunan merupakan perkebunan rakyat. Di samping itu, petani masih menggunakan cara tradisional dan peralatan seadanya dalam pengolahan dan pasca panen.
"Transformasi teknologi kepada petani sudah keharusan. Sekarang era digital. Pendampingan-pendampingan, bimbingan teknis tentang bagaimana cara budidaya harus menyesuaikan zaman. Apalagi di situasi seperti ini, pembatasan tatap muka. Maka kita harus memperkuat sektor hulu dan mengembangkan sektor hilir sehingga ada nilai tambah," ujar SYL.
Ia menegaskan bahwa sektor pertanian menjadi tulang punggung di saat pandemi seperti ini.
"Saya mengajak kepada Gubernur, Bupati, Camat sampai Kepala Desa, petani dan pelaku usaha pertanian agar tetap beraktivitas, berproduksi dengan tetap menjalankan potokol kesehatan untuk menyediakan pangan dalam negeri," pungkasnya.
Sebagai informasi, kebutuhan pala di dunia hampir separuhnya dipenuhi dari Indonesia. Volume ekspor pala Indonesia dalam kurun 2018, masih menurut data Ditjen Perkebunan sebanyak 20.202 ton setara dengan USD111,69 juta.
Sementara itu, Badan Karantina Pertanian Ambon mencatat pengiriman komoditas pala yang berasal dari petani Ambon, Maluku Tengah dan Tual dengan tujuan Surabaya dan Jakarta sepanjang tahun 2020 sebanyak 106,1 ton dengan frekuensi 19 kali.
(bon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda