Taksi Terbang Listrik Hadir, Sandiaga Sebut Indonesia Pasar Potensial
Jum'at, 17 September 2021 - 07:55 WIB
“Jadi ini memang harapan kita semua ke depan, namun intinya persyaratan administratif dan standar keamanannya harus terlebih dahulu dipenuhi dan dikedepankan sebelum dapat benar-benar diterapkan di Indonesia,” katanya.
Pengamat pariwisata Sapta Nirwandar berpendapat, untuk mengoperasikan taksi terbang di kawasan pariwisata Tanah Air harus ada kajian terlebih dahulu. Moda transportasi baru seperti taksi udara ini memang menawarkan daya tarik di wilayah wisata.
Dia mencontohkan di Maladewa atau Maldives ada sarana transportasi sea plane yang cukup popular. Moda itu digunakan karena kondisi wilayah di sana terdiri atas pulau-pulau.
“Namun, untuk di Indonesia taksi terbang harus dikaji terlebih dulu seperti apa dan segmennya apa. Juga soal harga tentu menjadi pertimbangan tersendiri,” katanya.
Kendati demikian, dia mengakui keberadaan taksi terbang akan bisa memajukan pariwisata yang mempunyai nilai tinggi. Hal itu tidak mustahil dilakukan asalkan ditata dengan baik dan bisa diterima oleh pasar.
Pengamat transportasi Djoko Setidjowarno mengatakan, mobilitas di Pulau Bali sangat tinggi. Jika ke depan taksi terbang beroperasi, maka seharusnya jangan sampai bersinggungan dengan bandara yang ada di sana.
“Wisata kan banyaknya di Bali, tapi di sana juga ada KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan) yang ada di Bandara Ngurah Rai. Nah, itu tidak boleh bersinggungan. Jadi, harus lebih dipertimbangkan nantinya, peraturan menterinya harus jelas,” katanya.
Dia menyarankan, taksi terbang nanti harus mempunyai rute khusus seperti penerbangan udara lainnya. Djoko melihat segala hal mungkin terwujud jika melihat potensi yang ada saat ini. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah soal keselamatan.
Perlu Inovasi
Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih menilai, Indonesia memerlukan inovasi di sektor transportasi. Menurutnya, banyak permasalahan di sektor tersebut, mulai dari kemacetan serta minimnya moda transportasi massal yang aman dan nyaman, serta polusi menjadi ancaman.
Pengamat pariwisata Sapta Nirwandar berpendapat, untuk mengoperasikan taksi terbang di kawasan pariwisata Tanah Air harus ada kajian terlebih dahulu. Moda transportasi baru seperti taksi udara ini memang menawarkan daya tarik di wilayah wisata.
Dia mencontohkan di Maladewa atau Maldives ada sarana transportasi sea plane yang cukup popular. Moda itu digunakan karena kondisi wilayah di sana terdiri atas pulau-pulau.
“Namun, untuk di Indonesia taksi terbang harus dikaji terlebih dulu seperti apa dan segmennya apa. Juga soal harga tentu menjadi pertimbangan tersendiri,” katanya.
Kendati demikian, dia mengakui keberadaan taksi terbang akan bisa memajukan pariwisata yang mempunyai nilai tinggi. Hal itu tidak mustahil dilakukan asalkan ditata dengan baik dan bisa diterima oleh pasar.
Pengamat transportasi Djoko Setidjowarno mengatakan, mobilitas di Pulau Bali sangat tinggi. Jika ke depan taksi terbang beroperasi, maka seharusnya jangan sampai bersinggungan dengan bandara yang ada di sana.
“Wisata kan banyaknya di Bali, tapi di sana juga ada KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan) yang ada di Bandara Ngurah Rai. Nah, itu tidak boleh bersinggungan. Jadi, harus lebih dipertimbangkan nantinya, peraturan menterinya harus jelas,” katanya.
Dia menyarankan, taksi terbang nanti harus mempunyai rute khusus seperti penerbangan udara lainnya. Djoko melihat segala hal mungkin terwujud jika melihat potensi yang ada saat ini. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah soal keselamatan.
Perlu Inovasi
Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih menilai, Indonesia memerlukan inovasi di sektor transportasi. Menurutnya, banyak permasalahan di sektor tersebut, mulai dari kemacetan serta minimnya moda transportasi massal yang aman dan nyaman, serta polusi menjadi ancaman.
tulis komentar anda