Indonesia Perlu Belajar dari Krisis Listrik di China
Jum'at, 01 Oktober 2021 - 11:47 WIB
"Perlu dilihat juga risiko APBN. Kalau kita lihat beberapa tahun terakhir, subsidi energi tumbuh per tahun 8,6 persen subsidi energi. Tahun depan subsidi energi mencapai Rp134 triliun, belum lagi bicara kompensasi. Itu menjadi konsekuensi dari komitmen pemerintah untuk menyediakan energi murah, merata tetapi juga komitmen yang sifatnya hijau," ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa energi bersih memang perlu didukung karena ini sudah menjadi komitmen global. Tapi pelaksanaannya, pemerintah harus tetap mempertimbangkan kondisi pasokan listrik yang sedang berlebih.
"Kita semua pasti memiliki dukungan ke arah transisi energi, Tapi kita juga harus objektif melihat secara utuh, seperti apa kondisi faktual, dalam konteks dinamika energi di Indonesia," ujarnya.
Sebagai informasi, daya mampu listrik saat ini mencapai 57 gigawatt (GW) dengan beban puncak 39 GW. Sehingga ada cadangan berlebih 18 GW. Kapasitas listrik pun akan semakin bertambah seiring dengan beroperasinya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam proyek 35 GW.
Dia mengungkapkan bahwa energi bersih memang perlu didukung karena ini sudah menjadi komitmen global. Tapi pelaksanaannya, pemerintah harus tetap mempertimbangkan kondisi pasokan listrik yang sedang berlebih.
"Kita semua pasti memiliki dukungan ke arah transisi energi, Tapi kita juga harus objektif melihat secara utuh, seperti apa kondisi faktual, dalam konteks dinamika energi di Indonesia," ujarnya.
Sebagai informasi, daya mampu listrik saat ini mencapai 57 gigawatt (GW) dengan beban puncak 39 GW. Sehingga ada cadangan berlebih 18 GW. Kapasitas listrik pun akan semakin bertambah seiring dengan beroperasinya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam proyek 35 GW.
(nng)
tulis komentar anda