Bank Indonesia Diramal Tahan Bunga Acuan di Tingkat 3,5%
Kamis, 18 November 2021 - 09:17 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diramal bakal menahan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) di tingkat 3,5%. Proyeksi tersebut didasarkan pada pernyataan bahwa BI masih akan mempertahankan kebijakan akomodatif dalam jangka pendek dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG).
"Begitu juga dari sisi inflasi masih berada di bawah target Bank Indonesia 2% sampai 4%," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede, di Jakarta, Kamis (18/11/2021).
Sementara itu, dari sisi nilai tukar rupiah memang cenderung melemah dibandingkan saat RDG terakhir. Namun demikian tingkat depresiasi masih dalam batas moderat. Dengan kondisi demikian BI diperkirakan belum akan menaikan suku bunga dalam waktu dekat.
"Dari persepektif kebijakan tapering, BI paling cepat mulai melakukan tapering pada pertengahan tahun depan sebagai respon antisipasi penguatan Dollar AS serta tingkat inflasi," katanya.
Dari sisi The Fed, meskipun tapering sudah dimulai namun The Fed belum akan melakukan kenaikan suku bunga lebih cepat sejalan dengan kondisi pasar tenaga kerja AS yang belum membaik secara konsisten. The Fed berulang kali menyatakan bahwa inflasi yang terjadi saat ini cenderung bersifat temporer.
"Dari sinyal pernyataan The Fed tersebut, diperkirakan BI akan menunggu sinyal dari indikator perekonomian AS yang pulih untuk mengantisipasi pengetatan dari The Fed yang lebih cepat dari perkiraan," katanya.
Lebih lanjut, jika tekanan inflasi 2022 cenderung lebih tinggi dari perkiraan, di mana dipengaruhi oleh pemulihan konsumsi domestik, serta potensi kenaikan inflasi yang disebabkan oleh supply chain disruption maka BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunganya pada akhir tahun depan.
Namun demikian, apabila inflasi cenderung terkendali dan rupiah cenderung stabil di tengah Fed yang belum akan menaikkan suku bunga tahun depan, maka BI pun berpotensi untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada tahun depan.
"Begitu juga dari sisi inflasi masih berada di bawah target Bank Indonesia 2% sampai 4%," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede, di Jakarta, Kamis (18/11/2021).
Sementara itu, dari sisi nilai tukar rupiah memang cenderung melemah dibandingkan saat RDG terakhir. Namun demikian tingkat depresiasi masih dalam batas moderat. Dengan kondisi demikian BI diperkirakan belum akan menaikan suku bunga dalam waktu dekat.
"Dari persepektif kebijakan tapering, BI paling cepat mulai melakukan tapering pada pertengahan tahun depan sebagai respon antisipasi penguatan Dollar AS serta tingkat inflasi," katanya.
Dari sisi The Fed, meskipun tapering sudah dimulai namun The Fed belum akan melakukan kenaikan suku bunga lebih cepat sejalan dengan kondisi pasar tenaga kerja AS yang belum membaik secara konsisten. The Fed berulang kali menyatakan bahwa inflasi yang terjadi saat ini cenderung bersifat temporer.
"Dari sinyal pernyataan The Fed tersebut, diperkirakan BI akan menunggu sinyal dari indikator perekonomian AS yang pulih untuk mengantisipasi pengetatan dari The Fed yang lebih cepat dari perkiraan," katanya.
Lebih lanjut, jika tekanan inflasi 2022 cenderung lebih tinggi dari perkiraan, di mana dipengaruhi oleh pemulihan konsumsi domestik, serta potensi kenaikan inflasi yang disebabkan oleh supply chain disruption maka BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunganya pada akhir tahun depan.
Namun demikian, apabila inflasi cenderung terkendali dan rupiah cenderung stabil di tengah Fed yang belum akan menaikkan suku bunga tahun depan, maka BI pun berpotensi untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada tahun depan.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda