BI Catat Uang Beredar Tembus Rp7.490,7 Triliun pada Oktober 2021
Selasa, 23 November 2021 - 12:19 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) merilis likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2021 meningkat. Posisi M2 pada Oktober 2021 tercatat Rp7.490,7 triliun atau tumbuh 10,4 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,2 persen (yoy).
"Peningkatan tersebut didorong akselerasi pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 14,6 persen (yoy) dan uang kuasi yang tumbuh 6,0 persen (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, melalui keterangan resminya, Selasa (23/11/2021).
Pertumbuhan M2 pada Oktober 2021 dipengaruhi Aktiva Luar Negeri Bersih dan Aktiva Dalam Negeri Bersih. Aktiva Luar Negeri Bersih tumbuh 5,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada September 2021 sebesar 5,0 persen (yoy).
Aktiva Dalam Negeri Bersih tumbuh 12,1 persen (yoy), meningkat dari 9,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya, didorong oleh lebih tingginya pertumbuhan tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) dan penyaluran kredit. Tagihan Bersih kepada Pempus tumbuh 30,4 persen (yoy).
Nilai tersebut meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 16,1 persen (yoy). Sementara itu, tren peningkatan penyaluran kredit terus berlanjut, yakni tumbuh sebesar 3,0 persen (yoy) pada bulan laporan, meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,1 persen (yoy).
Berdasarkan laporan Oktober 2021, kebutuhan pembiayaan korporasi menunjukkan tren peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 16,7 persen lebih tinggi dari SBT September 2021 sebesar 11,1 persen.
Sejumlah sektor seperti konstruksi, perdagangan, reparasi mobil dan penyediaan makanan dan minuman terindikasi memiliki kebutuhan pembiayaan yang meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional, membayar kewajiban yang jatuh tempo serta mendukung pemulihan domestik.
"Responden menyatakan sebagian besar sumber pembiayaan masih didominasi dari dana sendiri dan pinjaman perbankan dalam negeri dengan pemanfaatan kelonggaran tarik yang meningkat," kata Erwin.
"Peningkatan tersebut didorong akselerasi pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 14,6 persen (yoy) dan uang kuasi yang tumbuh 6,0 persen (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, melalui keterangan resminya, Selasa (23/11/2021).
Pertumbuhan M2 pada Oktober 2021 dipengaruhi Aktiva Luar Negeri Bersih dan Aktiva Dalam Negeri Bersih. Aktiva Luar Negeri Bersih tumbuh 5,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada September 2021 sebesar 5,0 persen (yoy).
Aktiva Dalam Negeri Bersih tumbuh 12,1 persen (yoy), meningkat dari 9,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya, didorong oleh lebih tingginya pertumbuhan tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) dan penyaluran kredit. Tagihan Bersih kepada Pempus tumbuh 30,4 persen (yoy).
Nilai tersebut meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 16,1 persen (yoy). Sementara itu, tren peningkatan penyaluran kredit terus berlanjut, yakni tumbuh sebesar 3,0 persen (yoy) pada bulan laporan, meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,1 persen (yoy).
Berdasarkan laporan Oktober 2021, kebutuhan pembiayaan korporasi menunjukkan tren peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 16,7 persen lebih tinggi dari SBT September 2021 sebesar 11,1 persen.
Sejumlah sektor seperti konstruksi, perdagangan, reparasi mobil dan penyediaan makanan dan minuman terindikasi memiliki kebutuhan pembiayaan yang meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional, membayar kewajiban yang jatuh tempo serta mendukung pemulihan domestik.
"Responden menyatakan sebagian besar sumber pembiayaan masih didominasi dari dana sendiri dan pinjaman perbankan dalam negeri dengan pemanfaatan kelonggaran tarik yang meningkat," kata Erwin.
Lihat Juga :
tulis komentar anda