Selama Pandemi Permintaan terhadap Produk Jamu Naik Tajam
Sabtu, 27 November 2021 - 20:33 WIB
JAKARTA - Pandemi membuat permintaan terhadap produk jamu meningkat signifikan. Pendorongnya, jamu diyakini bisa menjaga daya tahan tubuh sehingga terhindar dari serangan virus Covid-19.
Edward Basillianus, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia, menyatakan permintaan produk jamu meningkat sangat tajam meskipun penyediaan bahan baku alam oleh industri mengalami fluktuasi.
"Pembelian bahan baku bergantung tren permintaan jamu, harga di pasaran, dan stok yang dimiliki," ujar Edward saat menyampaikan paparannya di acara Indobeauty Expo dan K-Beauty Indonesia Expo, Sabtu (27/11/2021).
Sementara itu, CEO PT Natura Nuswantara Nirmala mengatakan upaya untuk meningkatkan kualitas produk obat berbahan dasar dari alam menjadi produk yang unggul, aman, bermutu dan berkhasiat terus dilakukan.
Edward menambahkan, peran strategis obat tradisional terhadap perekomian terus membesar. Salah satunya meningkatnya UMKM sektor perjamuan.
Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia RI pada tahun 2020. Kondisi pandemi ini berpotensi membuka peluang bagi upaya pengembangan ekonomi masyarakat berbasis pengembangan komoditas obat tradisional. Di Jawa Tengah rata-rata penjualan UMKM jamu meningkat sebesar 300-400% per hari dengan variasi jenis jamu yang lebih banyak.
Obat tradisional merupakan kekayaan budaya dan alam Indonesia, serta memiliki nilai strategis dari sisi ekonomi. Industri obat tradisional di Indonesia bersifat padat karya dan didominasi oleh pelaku UMKM yaitu sebesar 87,2%.
Industri ini juga dianggap memiliki backward linkage (keterkaitan ke belakang) yang kuat dengan sektor pertanian. Dengan adanya pandemi, kebutuhan vitamin, suplemen, dan obat herbal untuk meningkatkan kekebalan tubuh secara umum meningkat sehingga industri farmasi yang berada di sektor tersebut memperoleh pertumbuhan yang cukup besar.
"GP Jamu Indonesia sangat mendukung peran pengusaha jamu dan obat tradisional di Indonesia serta sangat terbuka menjalin kerja sama dengan pihak terkait dalam mengembangkan produk jamu modern," tandas Edward.
Edward Basillianus, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia, menyatakan permintaan produk jamu meningkat sangat tajam meskipun penyediaan bahan baku alam oleh industri mengalami fluktuasi.
"Pembelian bahan baku bergantung tren permintaan jamu, harga di pasaran, dan stok yang dimiliki," ujar Edward saat menyampaikan paparannya di acara Indobeauty Expo dan K-Beauty Indonesia Expo, Sabtu (27/11/2021).
Sementara itu, CEO PT Natura Nuswantara Nirmala mengatakan upaya untuk meningkatkan kualitas produk obat berbahan dasar dari alam menjadi produk yang unggul, aman, bermutu dan berkhasiat terus dilakukan.
Edward menambahkan, peran strategis obat tradisional terhadap perekomian terus membesar. Salah satunya meningkatnya UMKM sektor perjamuan.
Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia RI pada tahun 2020. Kondisi pandemi ini berpotensi membuka peluang bagi upaya pengembangan ekonomi masyarakat berbasis pengembangan komoditas obat tradisional. Di Jawa Tengah rata-rata penjualan UMKM jamu meningkat sebesar 300-400% per hari dengan variasi jenis jamu yang lebih banyak.
Obat tradisional merupakan kekayaan budaya dan alam Indonesia, serta memiliki nilai strategis dari sisi ekonomi. Industri obat tradisional di Indonesia bersifat padat karya dan didominasi oleh pelaku UMKM yaitu sebesar 87,2%.
Industri ini juga dianggap memiliki backward linkage (keterkaitan ke belakang) yang kuat dengan sektor pertanian. Dengan adanya pandemi, kebutuhan vitamin, suplemen, dan obat herbal untuk meningkatkan kekebalan tubuh secara umum meningkat sehingga industri farmasi yang berada di sektor tersebut memperoleh pertumbuhan yang cukup besar.
"GP Jamu Indonesia sangat mendukung peran pengusaha jamu dan obat tradisional di Indonesia serta sangat terbuka menjalin kerja sama dengan pihak terkait dalam mengembangkan produk jamu modern," tandas Edward.
(uka)
tulis komentar anda