Seleksi Calon Petinggi OJK: Di Luar Kalangan BI, Jangan Terlalu Ngarep!
Selasa, 22 Februari 2022 - 16:39 WIB
JAKARTA - 33 calon sudah lolos seleksi tahap II pemilihan anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ). Cukup beragam latar belakang para calon itu, mulai dari dosen, profesional, pejabat kementerian/lembaga hingga petinggi Bank Indonesia (BI).
Yang menarik, dari 33 calon itu, mereka yang berasal dari Bank Indonesia terlihat mendominasi. Ada empat pejabat BI yang lolos seleksi tahap II, yaitu H. Hariyadi (Direktur Eksekutif Bank Indonesia), Peter Jacobs (Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Jasa Perbankan, Perizinan, dan Operasional Treasuri Bank Indonesia), Agusman (Direktur Eksekutif Kepala Departemen Audit Intern BI), dan Doddy Zulverdi (Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional BI).
Malahan, kalau diteliti lagi ada tujuh calon yang berasal dari BI atau pernah berkiprah di bank sentral. Mereka adalah Tirta Segara (angggota DK OJK saat ini) yang sebelumnya menjabat direktur eksekutif komunikasi BI. Lalu Difi Johansyah (komisaris PT Finnet Indonesia) yang sebelumnya juga di BI. Terakhir adalah Mirza Adityaswara mantan deputi gubernur BI.
Peluang orang-orang Kebon Sirih untuk duduk menjadi anggota DK OJK jelas lebih besar dibanding kandidat lainnya. Pertama, di panitia seleksi sendiri, berdasarkan Kepres No.145/P Tahun 2021, ada dua pejabat BI, yaitu Gubernur BI Perry Warjiyo dan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyu.
"Pasti lebih besar peluangnya dibandingkan dengan peserta dari instansi lain. Selain itu, dari instansi kementerian teknis juga besar, seperti Kementerian Keuangan ataupun Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian," kata Nailul Huda, ekonom Indef, kepada Sindonews Senin (21/2/2022).
Jika kita lihat formasi anggota petinggi OJK saat ini pun masih "didominasi" oleh para awak bank sentral atau pernah berkiprah di situ. Ada Wimboh Santoso, Heru Kristiyana, Ahmad Hidayat, Tirta Segara, dan Dodi Budi Waluyu (ex officio).
Tentu saja, formasi Lapangan Banteng rasa Kebon Sirih saat ini akan teracik kembali di periode 2022-2027. Selain karena persolan pemilihan teknis, juga sejumlah faktor lainnya, dan sangat menentukan.
Pertama, menurut Nailul, pengalaman pejabat BI yang memang sudah mafhum dengan tugas dan wewenang OJK. Kedua, relasi pegawai OJK dengan BI turut berpengaruh pada adaptasi sehingga bisa langsung tancap gas saat bekerja.
Yang menarik, dari 33 calon itu, mereka yang berasal dari Bank Indonesia terlihat mendominasi. Ada empat pejabat BI yang lolos seleksi tahap II, yaitu H. Hariyadi (Direktur Eksekutif Bank Indonesia), Peter Jacobs (Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Jasa Perbankan, Perizinan, dan Operasional Treasuri Bank Indonesia), Agusman (Direktur Eksekutif Kepala Departemen Audit Intern BI), dan Doddy Zulverdi (Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional BI).
Malahan, kalau diteliti lagi ada tujuh calon yang berasal dari BI atau pernah berkiprah di bank sentral. Mereka adalah Tirta Segara (angggota DK OJK saat ini) yang sebelumnya menjabat direktur eksekutif komunikasi BI. Lalu Difi Johansyah (komisaris PT Finnet Indonesia) yang sebelumnya juga di BI. Terakhir adalah Mirza Adityaswara mantan deputi gubernur BI.
Peluang orang-orang Kebon Sirih untuk duduk menjadi anggota DK OJK jelas lebih besar dibanding kandidat lainnya. Pertama, di panitia seleksi sendiri, berdasarkan Kepres No.145/P Tahun 2021, ada dua pejabat BI, yaitu Gubernur BI Perry Warjiyo dan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyu.
"Pasti lebih besar peluangnya dibandingkan dengan peserta dari instansi lain. Selain itu, dari instansi kementerian teknis juga besar, seperti Kementerian Keuangan ataupun Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian," kata Nailul Huda, ekonom Indef, kepada Sindonews Senin (21/2/2022).
Jika kita lihat formasi anggota petinggi OJK saat ini pun masih "didominasi" oleh para awak bank sentral atau pernah berkiprah di situ. Ada Wimboh Santoso, Heru Kristiyana, Ahmad Hidayat, Tirta Segara, dan Dodi Budi Waluyu (ex officio).
Tentu saja, formasi Lapangan Banteng rasa Kebon Sirih saat ini akan teracik kembali di periode 2022-2027. Selain karena persolan pemilihan teknis, juga sejumlah faktor lainnya, dan sangat menentukan.
Pertama, menurut Nailul, pengalaman pejabat BI yang memang sudah mafhum dengan tugas dan wewenang OJK. Kedua, relasi pegawai OJK dengan BI turut berpengaruh pada adaptasi sehingga bisa langsung tancap gas saat bekerja.
Lihat Juga :
tulis komentar anda