Minimalisasi Antrean BBM di SPBU, Ini Saran Menteri ESDM
Sabtu, 09 April 2022 - 22:42 WIB
JAKARTA - Menteri ESDM Arifin Tasrif memberikan masukan kepada petugas maupun pengelola SPBU agar tidak terjadi kelangkaan dan antrean panjang dalam pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) .
Sebelumnya dalam tinjauannya ke sejumlah SPBU di Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Selatan (Kalsel), Arifin mendapatkan informasi langsung dari sopir truk terkait antrian selama pembeliaan solar.
"Mereka rela beli solar eceran harga Rp10.000 per liter meski di SPBU lebih murah hanya sekitar Rp5.000. Yang penting tidak antri," ujarnya, dikutip dari laman resmi, Sabtu (9/4/2022).
Untuk mencegah hal tersebut terulang kembali, ada beberapa hal yang disampaikan Arifin ke para petugas SPBU. Pertama, selang nozle pada dispenser SPBU agar diganti yang lebih panjang supaya mempercepat proses pengisian BBM dari satu jalur menjadi dua jalur.
"Kedua, model dispenser SPBU agar dimodernisasi sehingga proses pengisian tidak memerlukan waktu yang lebih lama. Misal untuk pengisian 80 liter cukup dilakukan dalam waktu 3 menit," tuturnya.
Ketiga, layout dispenser disesuaikan dengan model tangki truk yang mayoritas di sebelah kanan. Selanjutnya, disegerakan pembelian solar menggunakan kartu kendali.
"Penindakan tegas harus dilakukan juga termasuk memberikan larangan truk yang tidak berhak menggunakan BBM solar subsidi dengan menempel imbauan di SPBU sebagai bagian dari sosialisasi kepada masyarakat," paparnya.
Terakhir, Arifin menyarankan pencantuman harga subsidi dari pemerintah di setiap bukti pembelian BBM bersubsidi per liter.
Arifin kembali menekankan bahwa BBM Bersubsidi harus terus diawasi sehingga peruntukkannya sesuai dengan yang sudah diamanatkan. Tujuannya agar subsidinya dapat dipergunakan untuk membangun ekonomi.
"Kalau (penyaluran BBM bersubsidi) itu bisa dikontrol maka dana subsidi bisa dipergunakan untuk pembangunan ekonomi negara kita, jadi karena itu kita meminta kesadaran semua pihak untuk menggunakan BBM yang memang sesuai dengan peruntukannya," tutup Arifin.
Sebelumnya dalam tinjauannya ke sejumlah SPBU di Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Selatan (Kalsel), Arifin mendapatkan informasi langsung dari sopir truk terkait antrian selama pembeliaan solar.
"Mereka rela beli solar eceran harga Rp10.000 per liter meski di SPBU lebih murah hanya sekitar Rp5.000. Yang penting tidak antri," ujarnya, dikutip dari laman resmi, Sabtu (9/4/2022).
Untuk mencegah hal tersebut terulang kembali, ada beberapa hal yang disampaikan Arifin ke para petugas SPBU. Pertama, selang nozle pada dispenser SPBU agar diganti yang lebih panjang supaya mempercepat proses pengisian BBM dari satu jalur menjadi dua jalur.
"Kedua, model dispenser SPBU agar dimodernisasi sehingga proses pengisian tidak memerlukan waktu yang lebih lama. Misal untuk pengisian 80 liter cukup dilakukan dalam waktu 3 menit," tuturnya.
Baca Juga
Ketiga, layout dispenser disesuaikan dengan model tangki truk yang mayoritas di sebelah kanan. Selanjutnya, disegerakan pembelian solar menggunakan kartu kendali.
"Penindakan tegas harus dilakukan juga termasuk memberikan larangan truk yang tidak berhak menggunakan BBM solar subsidi dengan menempel imbauan di SPBU sebagai bagian dari sosialisasi kepada masyarakat," paparnya.
Terakhir, Arifin menyarankan pencantuman harga subsidi dari pemerintah di setiap bukti pembelian BBM bersubsidi per liter.
Arifin kembali menekankan bahwa BBM Bersubsidi harus terus diawasi sehingga peruntukkannya sesuai dengan yang sudah diamanatkan. Tujuannya agar subsidinya dapat dipergunakan untuk membangun ekonomi.
"Kalau (penyaluran BBM bersubsidi) itu bisa dikontrol maka dana subsidi bisa dipergunakan untuk pembangunan ekonomi negara kita, jadi karena itu kita meminta kesadaran semua pihak untuk menggunakan BBM yang memang sesuai dengan peruntukannya," tutup Arifin.
(ind)
tulis komentar anda