Indonesia Ajak ASEAN Kelola Gambut Berkelanjutan
Rabu, 04 Mei 2022 - 06:21 WIB
Salah satu inisiatif yang dilakukan pelaku usaha dalam pengelolaan gambut berkelanjutan di Indonesia adalah Restorasi Ekosistem Riau (RER). Head of Operations RER Brad Sanders mengungkapkan RER yang didanai oleh April Group berkomitmen untuk merestorasi gambut seluas 150.693 ha di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau.
(Baca juga:BRG Minta Kades Jaga Infrastruktur Pembasahan Gambut)
“Pada bentang alam di mana RER berlokasi, areal hutan tanaman dikelola secara berkelanjutan untuk melindungi gambut yang direstorasi. Produksi hutan tanaman berkelanjutan juga akan menyediakan pendanaan untuk kegiatan restorasi dalam jangka panjang,” kata Sanders.
Aksi restorasi yang sudah dilakukan di antaranya dengan menutup kanal lama sepanjang 146 kilometer. Selain itu juga dilakukan patroli perlindungan yang melibatkan masyarakat setempat. Sanders menekankan pentingnya aksi perlindungan agar gambut tidak terganggu, sehingga cepat menuju pemulihan.
Komitmen Indonesia untuk melakukan pengelolaan gambut berkelanjutan juga mendapat dukungan dari dunia internasional. Misalnya, Republik Korea melalui Korea Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC) mendukung pemulihan Hutan Lindung Londerang di Jambi.
Project Managers KIFC Kim Hyoung Gyun mengungkapkan, pemulihan dilakukan dengan re-wetting, replanating, dan revitalisasi gambut dengan melibatkan masyarakat setempat.
Chief Technical Adviser FAO mengatakan pihaknya juga memberikan dukungan perangkat pemantauan dan peningkatan kapasitas dalam pemantauan gambut di Indonesia.
Kepala Divisi Lingkungan Sekretariat ASEAN Vong Sok mengatakan kerja sama pengelolaan gambut oleh negara-negara ASEAN terus menguat. Dia menuturkan, di bidang pencegahan kebakaran hutan dan lahan telah ada kesepakatan untuk pencegahan asap lintas batas (AATHP). Selain itu juga telah ada dokumen strategi pengelolaan gambut berkelanjutan yang bisa menjadi panduan bagi negara-negara ASEAN.
Vong Sok menuturkan proyek implementasi pengelolaan gambut berkelanjutan kini sedang diujicobakan di negara-negara di Delta Mekong yaitu Kamboja, Laos, dan Myanmar.
Pada kesempatan diskusi tersebut, Director General CIFOR (Center for International Forestry Research) Robert Nasi juga mengungkapkan kunci keberhasilan restorasi gambut. Menurut dia, meski teknologi, dukungan politik, dan pembiayaan berperan namun yang terpenting dalam restorasi gambut adalah kesadaran pentingnya gambut dan pelibatan masyarakat.
(Baca juga:BRG Minta Kades Jaga Infrastruktur Pembasahan Gambut)
“Pada bentang alam di mana RER berlokasi, areal hutan tanaman dikelola secara berkelanjutan untuk melindungi gambut yang direstorasi. Produksi hutan tanaman berkelanjutan juga akan menyediakan pendanaan untuk kegiatan restorasi dalam jangka panjang,” kata Sanders.
Aksi restorasi yang sudah dilakukan di antaranya dengan menutup kanal lama sepanjang 146 kilometer. Selain itu juga dilakukan patroli perlindungan yang melibatkan masyarakat setempat. Sanders menekankan pentingnya aksi perlindungan agar gambut tidak terganggu, sehingga cepat menuju pemulihan.
Komitmen Indonesia untuk melakukan pengelolaan gambut berkelanjutan juga mendapat dukungan dari dunia internasional. Misalnya, Republik Korea melalui Korea Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC) mendukung pemulihan Hutan Lindung Londerang di Jambi.
Project Managers KIFC Kim Hyoung Gyun mengungkapkan, pemulihan dilakukan dengan re-wetting, replanating, dan revitalisasi gambut dengan melibatkan masyarakat setempat.
Chief Technical Adviser FAO mengatakan pihaknya juga memberikan dukungan perangkat pemantauan dan peningkatan kapasitas dalam pemantauan gambut di Indonesia.
Kepala Divisi Lingkungan Sekretariat ASEAN Vong Sok mengatakan kerja sama pengelolaan gambut oleh negara-negara ASEAN terus menguat. Dia menuturkan, di bidang pencegahan kebakaran hutan dan lahan telah ada kesepakatan untuk pencegahan asap lintas batas (AATHP). Selain itu juga telah ada dokumen strategi pengelolaan gambut berkelanjutan yang bisa menjadi panduan bagi negara-negara ASEAN.
Vong Sok menuturkan proyek implementasi pengelolaan gambut berkelanjutan kini sedang diujicobakan di negara-negara di Delta Mekong yaitu Kamboja, Laos, dan Myanmar.
Pada kesempatan diskusi tersebut, Director General CIFOR (Center for International Forestry Research) Robert Nasi juga mengungkapkan kunci keberhasilan restorasi gambut. Menurut dia, meski teknologi, dukungan politik, dan pembiayaan berperan namun yang terpenting dalam restorasi gambut adalah kesadaran pentingnya gambut dan pelibatan masyarakat.
tulis komentar anda