Urgensi Bisnis Berkelanjutan Jadi Kebutuhan Perusahaan di Masa Depan

Minggu, 29 Mei 2022 - 22:34 WIB
diinternalisasi ke dalam akuntansi keuangan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi limbah dan harus lebih efisien dan bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya alam.

Salah satu contoh di ekonomi sirkular yang berkembang, lanjut Sonny, adalah penerapan extended producer responsibility, atau tanggung jawab produsen yang lebih luas, khususnya menyangkut sampah atau limbah. Selama ini telah terjadi salah kaprah karena menganggap sampah merupakan tanggung jawab konsumen. Sehingga masyarakat konsumen lah yang didesak untuk memilah,

mengumpulkan, dan membuang sampah di tempatnya.

"Kita lupa bahwa sampah itu sumbernya dari produsen juga, khususnya sampah industri atau sampah kebutuhan konsumsi, seperti botol dan kotak minuman kemasan. Maka dalam ekonomi sirkular, ada kewajiban produsen untuk mengelola sampahnya sejak awal, yaitu saat mendesain atau merancang barang yang akan diproduksi," jelasnya.

"Kalau dia sudah merancangnya sejak awal, maka ia akan memilih bahan baku kemasan yang tidak akan menimbulkan sampah. Atau mereka akan bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali sampah plastik atau kardus yang menjadi sisa-sisa dari produksinya," terang Sonny.

Langkah tersebut menurutnya juga membutuhkan kolaborasi berbagai pihak termasuk stakeholder dan masyarakat khususnya konsumen, agar memiliki kesadaran untuk ikut berpartisipasi dengan cara memilah sampah sesuai dengan pengelompokannya, sehingga membantu memudahkan proses daur ulang.

Saat ini, ia menilai telah tumbuh kesadaran pada pelaku industri di Tanah Air untuk tidak semata memikirkan profit, tapi juga planet dan people meskipun semua aspek bisnis berkelanjutan dan ekonomi sirkular dilakukan secara sempurna oleh produsen lokal. "Tapi, memang ada komitmen dan upaya untuk melakukan proses-proses yang lebih hijau sifatnya," kata dia.

Salah satunya ia menyebut, inisiatif yang dilakukan oleh Danone Indonesia. Perusahaan ini menurut Sonny memiliki nilai kepedulian mengumpulkan kemasan plastik paska konsumsi untuk kemudian diolah kembali dijadikan bahan baku kemasan mereka, atau untuk produk berbeda yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Kemasan produk berbahan plastik itu bisa diproduksi ulang untuk kebutuhan yang lain, atau dikirim ke produsen pemilik merek untuk dipakai kembali sebagai bahan baku sehingga mengurangi pengerukan sumber daya alam," urainya.



Sekedar informasi, dalam IGSCA 2022, Danone Indonesia berhasil masuk ke dalam 10 besar perusahaan yang mengusung konsep green company dan diumumkan sebagai pemenang pada tanggal 12 Mei 2022. Terpisah, VP General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto mengatakan Danone memiliki kepedulian serta komitmen dalam melaksanakan bisnis berkelanjutan yang bertanggung jawab.

"Tidak hanya sekedar melaksanakan tanggung jawab sosial, namun lebih dari itu. Strategi bisnis perusahaan berlandaskan keberlanjutan dan selalu mengacu pada SDGs, sehingga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan pemerintah," kata dia.

Berdasarkan laporan, Danone meluncurkan inisiatif Bijak Berplastik tahun 2018 demi mengumpulkan lebih banyak sampah kemasan plastik daripada yang digunakan pada 2025, mengedukasi 100 juta konsumen dan 5 juta anak sekolah, serta mengembangkan kemasan yang 100% dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang atau dapat dijadikan kompos dan memiliki kandungan daur ulang hingga 50% pada kemasannya di 2025.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More