Waspada, Inflasi Tinggi di AS Bisa Menular ke Indonesia Lewat 2 Jalur Ini
Kamis, 14 Juli 2022 - 15:47 WIB
Selain neraca dagang yang menurun, sambung dia, efek lainnya adalah ongkos pengiriman bahan baku yang diimpor Indonesia dari AS akan mengalami kenaikan.
Kenaikan ini nantinya akan diteruskan kepada konsumen sehingga ada transmisi inflasi yang tinggi di AS terhadap harga-harga kebutuhan pokok yang ada di Indonesia.
"Ini yang mesti diwaspadai. Kalau inflasi terlalu tinggi tentu efeknya nanti kepada pemulihan ekonomi Indonesia jadi terhambat," tandasnya.
Bhima pun membeberkan sejumlah hal yang perlu dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia, di antaranya menaikan suku bunga. "Sarannya sih naik sampai 50 basis poin, untuk RDG (Rapat Dewan Gubernur) BI bulan Juli ini," tuturnya.
Dia menambahkan, pemerintah juga harus menjaga inflasi energi. Sebab, kontributor terbesar inflasi di AS masih berasal dari harga Bahan Bakar Minyak (BBM). "Jadi, kita harus bisa menjaga dengan menambah alokasi subsidi dana kompensasi BBM," ujarnya.
Lebih lanjut, Bhima juga menyarankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor dengan mencari pasar-pasar alternatif selain AS yang masih prospektif.
Kemudian, substitusi impor bahan baku, misalnya bahan baku obat yang 90%-nya masih diimpor terutama dari negara-negara maju.
"Nah ini perlu dicari alternatif bahan baku di dalam negeri untuk obat-obatan. Itu bisa mengurangi dampak dari selisih kurs," imbuhnya.
Terakhir, beban utang pemerintah dan utang luar negeri swasta perlu dikendalikan karena efek dari pelemahan nilai tukar terjadi selisih kurs yang bisa membahayakan ekonomi.
Kenaikan ini nantinya akan diteruskan kepada konsumen sehingga ada transmisi inflasi yang tinggi di AS terhadap harga-harga kebutuhan pokok yang ada di Indonesia.
"Ini yang mesti diwaspadai. Kalau inflasi terlalu tinggi tentu efeknya nanti kepada pemulihan ekonomi Indonesia jadi terhambat," tandasnya.
Bhima pun membeberkan sejumlah hal yang perlu dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia, di antaranya menaikan suku bunga. "Sarannya sih naik sampai 50 basis poin, untuk RDG (Rapat Dewan Gubernur) BI bulan Juli ini," tuturnya.
Dia menambahkan, pemerintah juga harus menjaga inflasi energi. Sebab, kontributor terbesar inflasi di AS masih berasal dari harga Bahan Bakar Minyak (BBM). "Jadi, kita harus bisa menjaga dengan menambah alokasi subsidi dana kompensasi BBM," ujarnya.
Lebih lanjut, Bhima juga menyarankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor dengan mencari pasar-pasar alternatif selain AS yang masih prospektif.
Kemudian, substitusi impor bahan baku, misalnya bahan baku obat yang 90%-nya masih diimpor terutama dari negara-negara maju.
"Nah ini perlu dicari alternatif bahan baku di dalam negeri untuk obat-obatan. Itu bisa mengurangi dampak dari selisih kurs," imbuhnya.
Terakhir, beban utang pemerintah dan utang luar negeri swasta perlu dikendalikan karena efek dari pelemahan nilai tukar terjadi selisih kurs yang bisa membahayakan ekonomi.
tulis komentar anda