Volume Dagang RI-AS Ditargetkan USD60 Miliar, Pakar: Lewat IPEF, Airlangga Pimpin Diplomasi Politik & Ekonomi

Senin, 12 September 2022 - 14:18 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Indo-Pasific Economic Framework (IPEF) patut diapresiasi. FOTO/MNC Media
JAKARTA - Pakar perdagangan ekonomi dunia dan politik internasional UGM Dr Riza Noer Arfani menilai langkah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Indo-Pasific Economic Framework (IPEF) patut diapresiasi.

Riza menuturkan, apa yang dilakukan Airlangga dapat menjadi jalan diplomasi politik dan ekonomi bagi Indonesia. Menurut Riza, bergabungnya Indonesia dalam IPEF akan memberi dampak secara politik dan ekonomi bagi RI. Dalam jangka pendek, bergabungnya Indonesia bisa memperkuat posisi secara politik Presidensi G20 dan kekuatan ASEAN.

“Bagaimanapun Amerika masih memegang kendali dalam bidang ekonomi tertentu, maka dalam jangka pendek diplomasi bisa terbentuk dengan bergabung dengan IPEF sebagai pelengkap dari diplomasi ekonomi yang kita bangun pada kawasan yang lain atau skema yang lain seperti RCEP,” tutur Riza dalam keterangan, Minggu (11/9/2022).





Ia menambahkan, untuk jangka panjang, akan banyak dampak pada keseimbangan kekuatan secara politik maupun ekonomi di kawasan. "Kita masih agak meragukan apa yang diinginkan China dalam keterlibatan mereka di kawasan, terutama isu-isu profile macam laut China Selatan, sehingga dari sisi itu kita masih butuh pertimbangan dari kelompok yang lain seperti Amerika, Indo Pasifik,“ tegas Riza.

Riza mengatakan, Amerika Serikat berpotensi menjadi kekuatan ekonomi besar dunia meskipun saat ini mereka masih menghadapi ancaman resesi. "Saya kira kalau dikaitkan dengan kerangka kerja IPEF, sebetulnya yang disasar Amerika utamanya mengalihkan sumber-sumber, atau akses ekonomi mereka dari China," ujar Riza.

Ia berharap misi Airlangga ke IPEF sukses membawa peningkatan investasi dari AS ke Indonesia. "Impact-nya perlu kita lihat apakah ada hal-hal konkret, misal dalam hal peningkatan investasi Amerika di negara ASEAN, terkhusus Indonesia, itu perlu dilihat dulu, seberapa peluang bisnis industri mereka bisa mendorong untuk melakukan ekspansi bisnis sesuai dengan kerangka kerja yang dirancang," tegasnya.

Dalam kunjungannnya ke AS, Airlangga memang sempat mengajak investor AS untuk masuk ke Indonesia. Ketua Umum Partai Golkar ini mempromosikan peluang besar bagi AS dan RI untuk meningkatkan kerja sama. Volume perdagangan bilateral RI-AS ditargetkan mencapai USD60 miliar, sedangkan saat ini baru mencapai sekitar USD37 miliar. "Investasi AS ke Indonesia masih sangat kecil, sehingga perlu didorong lebih banyak investasi AS ke Indonesia," kata Airlangga.



Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai Indonesia membutuhkan modal asing untuk memajukan perekonomian di dalam negeri. Menurutnya, upaya Menko Perekonomian mengajak investor AS relevan dengan kondisi Indonesia yang tengah berupaya memulihkan diri pasca pandemi Covid-19.

"Ajakan ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang membutuhkan modal asing untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan lapangan kerja, sehingga bisa menurunkan angka kemiskinan," ujarnya.
(nng)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More