Harga Minyak Naik Tipis, Prospek Suku Bunga dan Inflasi Jadi Katalis
Jum'at, 16 September 2022 - 10:42 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah menguat pagi ini Jumat (16/9), setelah sempat koreksi saat pembukaan menyusul sentimen kekhawatiran pasar atas kenaikan suku bunga yang dapat mengancam pertumbuhan global sekaligus memukuk permintaan bahan bakar.
Data perdagangan hingga pukul 09:49 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November tumbuh 0,30 menjadi USD91,11 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman November naik 0,27% sebesar USD85,32 per barel.
"Volatilitas harga minyak terjadi karena pasar fokus ke latar belakang ekonomi yang memburuk," kata analis komoditas ANZ dalam catatan klien, dilansir Reuters, Jumat (16/9/2022).
Kendati naik, harga kedua benchmark minyak saat ini sedang menuju penurunan mingguan ketiga berturut-turut, yang sebagian didorong oleh permintaan dolar AS yang kuat, yang membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Pasar juga terguncang berkat prospek Badan Energi Internasional (IEA) yang pesimis atas permintaan minyak pada kuartal keempat karena menurunnya permintaan dari China. "Fundamental minyak sebagian besar masih bearish karena prospek permintaan China tetap menjadi tanda tanya besar," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.
Data perdagangan hingga pukul 09:49 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November tumbuh 0,30 menjadi USD91,11 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman November naik 0,27% sebesar USD85,32 per barel.
"Volatilitas harga minyak terjadi karena pasar fokus ke latar belakang ekonomi yang memburuk," kata analis komoditas ANZ dalam catatan klien, dilansir Reuters, Jumat (16/9/2022).
Kendati naik, harga kedua benchmark minyak saat ini sedang menuju penurunan mingguan ketiga berturut-turut, yang sebagian didorong oleh permintaan dolar AS yang kuat, yang membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Pasar juga terguncang berkat prospek Badan Energi Internasional (IEA) yang pesimis atas permintaan minyak pada kuartal keempat karena menurunnya permintaan dari China. "Fundamental minyak sebagian besar masih bearish karena prospek permintaan China tetap menjadi tanda tanya besar," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda