Melawan Krisis Energi, Jerman Rogoh Kocek Rp2.943 Triliun

Jum'at, 30 September 2022 - 13:52 WIB
Jerman meluncurkan paket bantuan senilai USD194 miliar atau setara Rp2.943 triliun bertujuan untuk melindungi perusahaan dan konsumen dari dampak melonjaknya harga energi. Foto/Dok
BERLIN - Pemerintah Jerman membatalkan rencana sebelumnya untuk mengambil pungutan gas pada konsumen dan sebagai gantinya akan memperkenalkan batas harga gas untuk mengekang tagihan energi yang melonjak. Kanselir Jerman, Olaf Scholz juga meluncurkan paket bantuan senilai USD194 miliar atau setara Rp2.943 triliun (Kurs Rp15.170 per USD).



Paket bantuan yang disebut sebagai 'perisai pertahanan' bertujuan untuk melindungi perusahaan dan konsumen dari dampak melonjaknya harga energi.



"Pemerintah Jerman akan melakukan segala daya untuk menurunkan harga (energi). Kami sekarang memasang payung pertahanan besar ... yang akan kami berikan senilai 200 miliar euro (USD194 miliar)," kata Scholz pada konferensi pers di Berlin, yang dihadirinya secara virtual.



Pengumuman itu menjadi puncak usai negosiasi panjang antara Menteri Ekonomi Robert Habeck dan Menteri Keuangan Christian Lindner.

"Keputusan ini adalah jawaban yang sangat jelas bagi (Presiden Rusia Vladimir Putin). Kami kuat secara ekonomi, dan kami memobilisasi kekuatan ekonomi ini bila perlu," kata Lindner dalam konferensi pers tersebut.

Ekonomi terbesar Eropa saat ini diketahui sedang bergulat dengan lonjakan harga gas dan listrik yang disebabkan oleh seretnya pasokan gas Rusia ke Eropa. Sementara itu Moskow menyalahkan krisis gas yang melanda Eropa disebabkan karena sanksi Barat setelah invasinya ke Ukraina pada bulan Februari.

Termasuk dalam rencana kebijakan baru, Berlin akan memperkenalkan cara menekan harga gas dan listrik dan juga menghapus pungutan gas yang direncanakan sebelumnya pada konsumen untuk menghindari kenaikan harga lebih lanjut.

Pungutan gas, yang dijadwalkan mulai berlaku hari Sabtu hingga April 2024, dimaksudkan untuk membantu utilitas menutupi biaya penggantian pasokan Rusia. Pemerintah juga telah menangguhkan batas utang baru sebesar 0,35% dari produk domestik bruto tahun ini.

Importir gas Jerman Uniper mengatakan, bahwa mereka tidak mengesampingkan upaya penjatahan gas di beberapa titik menyusul keputusan Rusia untuk menghentikan aliran gas tanpa batas waktu yang melewati pipa Nord Stream 1.

Uniper selaku importir terbesar gas Rusia mengutarakan, pihaknya juga sedang mempertimbangkan langkah hukum terhadap Gazprom untuk mengkompensasi pemegang sahamnya atas penurunan nilai perusahaan mencapai 90% menyusul penurunan tajam pasokan gas Rusia sejak Juni.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More