Kejatuhan Rubel Terhadap USD Memicu Munculnya Pasar Gelap Mata Uang
Sabtu, 08 Oktober 2022 - 20:24 WIB
Data terbaru pada perdagangan, Jumat 7 Oktober 2022, kemarin tercatat bahwa rubel jatuh ke level terendah lebih dari dua minggu terakhir ke level 61 terhadap dolar. Hal ini memperpanjang kerugian mingguan karena kekhawatiran bahwa sanksi baru terhadap Rusia dapat menghentikan perdagangan valuta asing di Moskow.
Risiko geopolitik dan sanksi telah melanda pasar Rusia dalam beberapa pekan terakhir sejak Presiden Vladimir Putin bergerak untuk mencaplok empat wilayah Ukraina setelah Moskow mengadakan referendum -yang dikecam oleh Kyiv dan pemerintah Barat sebagai ilegal dan memaksa.
Pada pukul 07.34 GMT, rubel lebih lemah 0,8% terhadap dolar di posisi 61,39, meluncur ke titik terlemah sejak 21 September. Sedangkan Rubel kehilangan 0,2% untuk diperdagangkan pada 59,24 versus euro dan turun 0,8% terhadap yuan menjadi 8,62 .
"Yuan lebih menarik daripada dolar untuk hari keempat berturut-turut," kata analis Promsvyazbank.
"Dengan demikian, likuiditas mata uang China tetap lebih tinggi daripada likuiditas dolar dan euro, yang kami kaitkan dengan toksisitas mata uang Barat," bebernya.
Risiko geopolitik dan sanksi telah melanda pasar Rusia dalam beberapa pekan terakhir sejak Presiden Vladimir Putin bergerak untuk mencaplok empat wilayah Ukraina setelah Moskow mengadakan referendum -yang dikecam oleh Kyiv dan pemerintah Barat sebagai ilegal dan memaksa.
Pada pukul 07.34 GMT, rubel lebih lemah 0,8% terhadap dolar di posisi 61,39, meluncur ke titik terlemah sejak 21 September. Sedangkan Rubel kehilangan 0,2% untuk diperdagangkan pada 59,24 versus euro dan turun 0,8% terhadap yuan menjadi 8,62 .
"Yuan lebih menarik daripada dolar untuk hari keempat berturut-turut," kata analis Promsvyazbank.
"Dengan demikian, likuiditas mata uang China tetap lebih tinggi daripada likuiditas dolar dan euro, yang kami kaitkan dengan toksisitas mata uang Barat," bebernya.
(akr)
tulis komentar anda