Pemerintah Tetap Genjot Pariwisata di New Normal, Ini Sebabnya

Minggu, 12 Juli 2020 - 09:20 WIB
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Langkah pemerintah yang tetap menggenjot industri pariwisata di masa New Normal ini tampaknya bisa dipahami. Memang, kebijakan itu dinilai oleh banyak kalangan justru akan berpotensi memperparah penyerbaran virus Covid-19. Tapi di lain sisi, pariwisata merupakan salah satu kontributor penting buat perekonomian nasional.

Salah satu indikatornya adalah jumlah devisa yang disumbang sektor pariwisata sejak tahun 2015. Di tahun itu, devisa yang disumbangkan sektor pariwisata mencapai USD12,2 miliar. Jumlah itu terus naik di tahun-tahun berikutnya, dan puncaknya pada tahun 2018. Saat itu sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar USD19,2 miliar.

Torehan sumbangan devisa sektor pariwisata di tahun 2018 itu, sempat menyalip kontribusi nilai ekspor produk andalan nasional, yaitu minyak sawit (CPO). Di tahun 2018, nilai ekspor sawit "hanya" sebesar USD18,2 miliar, atau anjlok sekitar 12% dibanding tahun 2017 yang mencapai USD20,7 miliar.



Pencapaian sektor pariwisata juga terlihat dari posisinya di kancah pariwisata global. Pada tahun 2019, industri pariwisata Indonesia berada di peringkat ke-40 dari 140 negara di dunia yang disurvei. (B aca juga:Dorong Potensi Pariwisata, Bakti Kominfo Bangun Fasilitas Internet di Daerah )

Selain itu, sektor pariwisata Indonesia menduduki peringkat kesembilan dalam hal pesatnya pertumbuhan wisatawan di dunia atau ketiga di Asia dan pertama di Asia Tenggara. Sektor pariwisata menyumbang produk domestik bruto (PDB) sebesar 8% pada tahun 2018.

Di sisi lain, daya saing ketersediaan infrastruktur penunjang sektor pariwisata di Indonesia berada di peringkat 75 dunia pada tahun 2019.

"Dukungan aspek infrastruktur tersebut dinilai rendah, jika dibandingkan dengan potensi sumber daya alam dan budaya yang dimiliki Indonesia untuk pariwisata yang berada di peringkat 17," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/7/2020).

Makanya, pemerintah kemudian mengusung program 10 kawasan pariwisata baru yang dikenal "Bali Baru" untuk mendorong pariwisata Indonesia pada level internasional. Langkah itu, ditujukan agar pariwisata tak hanya menjadi sektor andalan untuk mendatangkan devisa, tapi juga membuka lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
(uka)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More