Profil dan Kekayaan Hui Ka Yan, Pengusaha Terkaya di Asia yang Hartanya Menipis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hui Ka Yan merupakan pemilik perusahaan properti asal negara China Evergrande Group. Tak heran bila dia telah berhasil menyandang gelar orang terkaya se-Asia sejak September tahun 2017 lalu.
Hui Ka Yan berhasil mengalahkan Bos Tencent Holding, Ma Huateng dengan total kekayaan mencapai USD 42,4 miliar.
Tak sampai disitu, pada tahun 2018 ia juga berhasil membangun 15 taman hiburan terbesar di seluruh dataran China dengan total anggaran mencapai USD 7 miliar. Bangunan tersebut ditargetkan rampung antara tahun 2019-2022.
Baca juga : 5 Pengusaha China Terkaya Versi Forbes, Hartanya Capai Ratusan Triliun Rupiah
Namun pada awal tahun 2023 ini upaya Evergrande Group untuk menjadi perusahaan properti terbesar kini mulai pupus harapan. Perusahaan properti asal China tersebut terancam akan mengalami kebangkrutan.
Dikutip dari situs web fool com, penjualan saham pengembang properti China, China Evergrande Group telah meroket sekitar 61% lebih tinggi. Jumlah tersebut tentu mengakibatkan perusahaan ini berada di ambang kebangkrutan. Apalagi adanya kegagalan Evergrande dalam melakukan pembayaran utang yang mencapai Rp4.000 triliun.
Dari beberapa kejadian tersebut profil Hui Ka Yan sebagai pemilik perusahaan tentu menjadi sorotan publik.
Hui Ka Yan atau yang biasa dikenal dengan Xu Jiayin adalah pria yang lahir pada tanggal 9 Oktober 1958 di Taikang, Zhoukou, Henan, Tiongkok. Saat ini ia menjabat sebagai ketua dewan di perusahaan miliknya yakni Evergrande Group.
Baca juga : Hadapi Pengusaha China, Boy Thohir Mengaku Berguru kepada Luhut
Sebelum menjadi pemilik perusahaan properti, Hui berangkat dari keluarga pedesaan di Taikang Henan, Tiongkok. Ayahnya merupakan seorang pensiunan tentara yang memilih menjadi penjaga gudang di kampungnya.
Saat masa remaja Hui berhasil menuntaskan pendidikan di Perguruan Tinggi, ia melamar menjadi direktur di perusahaan Besi dan Baja Wuyang pada tahun 1983. Tiga tahun setelahnya, ia menjadi presiden dari kantor cabangnya yang bernama Quanda dan ia bernegosiasi masalah gajinya namun ditolak oleh atasannya.
Pada tahun 1997, ia mendirikan Grup Evergrande dan berhasil membawa perusahaan tersebut mencapai puncak kejayaan pada tahun 2017 lalu.
Hui merupakan pemegang saham terbesar di Evergrande Group, ia memegang hampir dari 60 persen saham terhitung sejak bulan Desember tahun 2021 lalu. Dengan jumlah saham yang dimilikinya, tentu menjadi salah satu sumber kekayaan terbesar buat Hui.
Pada akhir tahun 2021, Hui memiliki kekayaan bersih sebesar USD6,2 miliar, sehingga menjadikannya orang terkaya ke-462 di dunia. Jumlah tersebut tentu berbanding jauh dengan kekayaannya pada tahun 2017 lalu yang mencapai USD45,3 miliar.
Jumlah kekayaan dari Hui telah menurun sejak awal tahun 2018 hingga 2020. Jumlah penurunan kekayaan tersebut diperkirakan mencapai lebih dari USD20 miliar karena utang perusahaan yang menumpuk.
Dikutip dari situs web scmp, Penurunan kekayaan tersebut membuat harta kekayaan Hui Ka Yan mulai menipis. Sehingga ia harus menjual properti pribadinya untuk menutup sebagian hutangnya, termasuk rumah mewah di London yang dijual dengan harga USD227 juta.
Hui Ka Yan berhasil mengalahkan Bos Tencent Holding, Ma Huateng dengan total kekayaan mencapai USD 42,4 miliar.
Tak sampai disitu, pada tahun 2018 ia juga berhasil membangun 15 taman hiburan terbesar di seluruh dataran China dengan total anggaran mencapai USD 7 miliar. Bangunan tersebut ditargetkan rampung antara tahun 2019-2022.
Baca juga : 5 Pengusaha China Terkaya Versi Forbes, Hartanya Capai Ratusan Triliun Rupiah
Namun pada awal tahun 2023 ini upaya Evergrande Group untuk menjadi perusahaan properti terbesar kini mulai pupus harapan. Perusahaan properti asal China tersebut terancam akan mengalami kebangkrutan.
Dikutip dari situs web fool com, penjualan saham pengembang properti China, China Evergrande Group telah meroket sekitar 61% lebih tinggi. Jumlah tersebut tentu mengakibatkan perusahaan ini berada di ambang kebangkrutan. Apalagi adanya kegagalan Evergrande dalam melakukan pembayaran utang yang mencapai Rp4.000 triliun.
Dari beberapa kejadian tersebut profil Hui Ka Yan sebagai pemilik perusahaan tentu menjadi sorotan publik.
Hui Ka Yan atau yang biasa dikenal dengan Xu Jiayin adalah pria yang lahir pada tanggal 9 Oktober 1958 di Taikang, Zhoukou, Henan, Tiongkok. Saat ini ia menjabat sebagai ketua dewan di perusahaan miliknya yakni Evergrande Group.
Baca juga : Hadapi Pengusaha China, Boy Thohir Mengaku Berguru kepada Luhut
Sebelum menjadi pemilik perusahaan properti, Hui berangkat dari keluarga pedesaan di Taikang Henan, Tiongkok. Ayahnya merupakan seorang pensiunan tentara yang memilih menjadi penjaga gudang di kampungnya.
Saat masa remaja Hui berhasil menuntaskan pendidikan di Perguruan Tinggi, ia melamar menjadi direktur di perusahaan Besi dan Baja Wuyang pada tahun 1983. Tiga tahun setelahnya, ia menjadi presiden dari kantor cabangnya yang bernama Quanda dan ia bernegosiasi masalah gajinya namun ditolak oleh atasannya.
Pada tahun 1997, ia mendirikan Grup Evergrande dan berhasil membawa perusahaan tersebut mencapai puncak kejayaan pada tahun 2017 lalu.
Hui merupakan pemegang saham terbesar di Evergrande Group, ia memegang hampir dari 60 persen saham terhitung sejak bulan Desember tahun 2021 lalu. Dengan jumlah saham yang dimilikinya, tentu menjadi salah satu sumber kekayaan terbesar buat Hui.
Pada akhir tahun 2021, Hui memiliki kekayaan bersih sebesar USD6,2 miliar, sehingga menjadikannya orang terkaya ke-462 di dunia. Jumlah tersebut tentu berbanding jauh dengan kekayaannya pada tahun 2017 lalu yang mencapai USD45,3 miliar.
Jumlah kekayaan dari Hui telah menurun sejak awal tahun 2018 hingga 2020. Jumlah penurunan kekayaan tersebut diperkirakan mencapai lebih dari USD20 miliar karena utang perusahaan yang menumpuk.
Dikutip dari situs web scmp, Penurunan kekayaan tersebut membuat harta kekayaan Hui Ka Yan mulai menipis. Sehingga ia harus menjual properti pribadinya untuk menutup sebagian hutangnya, termasuk rumah mewah di London yang dijual dengan harga USD227 juta.
(bim)