Selain Singapura, Ini Negara-Negara yang Lebih Dulu Mengalami Resesi Akibat Pandemi
loading...
A
A
A
Bank of France (BoF) memperkirakan ekonomi Prancis tahun ini berada pada resesi terburuk sejak Perang Dunia II. BoF memperkirakan pada kuartal II ini ekonomi Prancis akan mencapai minus 15%. Hingga akhir tahun Lembaga ini memperkirakan ekonomi Prancis bakal merosot antara minus 10,3% hingga minus 16%. BoF mengatakan, perlu waktu minimal dua tahun untuk memulihkan ekonomi negara ini.
Italia dan Inggris
Negara Eropa lainnya yang juga masuk dalam fase resesi adalah Italia. Negeri Pizza ini mencatat pertumbuhan ekonomi minus 0,3% di kuatal IV-2019. Lalu tren pertumbuhan yang negatif ini berlanjut di kuartal I-2020, menjadi minus 4,7.
Sementara Inggris dikabarkan tengah memamasuki kondisi ekonomi yang amat suram dalam 300 tahun terakhir ini. Selain harus menghadapi dampak akibat virus Corona, negeri Ratu Elizabeth ini juga menghadapi kebijakan Brexit, keluar dari keanggotaan UniEropa, yang mulai berlaku 31 Januari 2020.
Di Kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Inggris tercatat minus 2,2%. Sebelumnya pada kuartal IV-2019, ekonomi negara monarki ini tidak bergerak alias tumbuh 0%. Memasuki kuartal II tahun ini kondisi ekonomi Inggris diprediksi akan makin parah.
Bank of England mencatat hingga bulan Mei lalu saja ekonomi Inggris sudah menyusut 14% dibandingkan pertumbuhan tahun lalu. Ini merupakan penyusutan tahunan terbesar sejak tahun 1706. Yang lebih mengerikan lagi, pertumbuhan PDB Inggris pun diramal anjlok hingga 25% hingga akhir Juni 2020.
Negara Asia
Lalu bagaimana dengan negara-negara di Asia? Jika berpatokan pada ekonomi China, maka negeri ini tengah dalam kondisi yang fluktuatif. Di kuartal IV-2019, China masih bisa tumbuh 6%. Meski demikian, pertumbuhan ini tergolong rendah karena biasanya pertumbuhan ekonomi China ada dikisaran 8%. Di kuartal I-2020, ekonomi China mengalami kontraksi yang cukup dalam minus 6,8%.
Inilah kali pertama pertumbuhan ekonomi China negatif sejak tahun 1990. Di kuartal II ini diprediksi ekonomi China mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi Negara Panda itu diperkirakan akan mencapai 1,5% hingga 2%.
Kekuatan ekonomi Asinya lainnya, Jepang, juga sudah masuk jurang resesi. Dalam dua kuartal berturut-turut Negeri Sakura ini mengalami pertumbuhan yang negatif. Di kuartal IV-2019 pertumbuhan ekonomi Jepang minus 1,9%. Lalu dilanjutkan di kuartal I-2020, minus 0,6%.
Kontraksi terjadi akibat kenaikan pajak dan topan yang menghantam Jepang pada akhir 2019 lalu. Tekanan semakin menjadi setelah penyebaran virus corona. Virus telah menginfeksi lebih dari 17 ribu orang di Jepang. Sekitar 900 orang di antaranya meninggal.
Sebagian besar analis percaya ekonomi Jepang akan semakin tertekan dalam beberapa bulan mendatang karena dampak dari pembatasan kegiatan masyarakat tersebut. Selama periode April-Juni 2020 diperkirakan ekonomi Jepang akan mengalami minus 21,7% yoy.
Sementara itu, akibat kondisi politik dalam negeri ditambah dengan kehadiran virus Corona, Hong Kong mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif di tiga kuartal berturut-turut. Dimulai pada kuartal III-2019 pertumbuhan ekonomi Hong Kong minus 2,8%. Pada kuartal IV-2019 tercatat tumbuh minus 2,9%. Sedangkan pada kuartal I-2020 ini, ekonomi Hong Kong tambah parah, tumbuh negatif 8,9% (yoy).
Italia dan Inggris
Negara Eropa lainnya yang juga masuk dalam fase resesi adalah Italia. Negeri Pizza ini mencatat pertumbuhan ekonomi minus 0,3% di kuatal IV-2019. Lalu tren pertumbuhan yang negatif ini berlanjut di kuartal I-2020, menjadi minus 4,7.
Sementara Inggris dikabarkan tengah memamasuki kondisi ekonomi yang amat suram dalam 300 tahun terakhir ini. Selain harus menghadapi dampak akibat virus Corona, negeri Ratu Elizabeth ini juga menghadapi kebijakan Brexit, keluar dari keanggotaan UniEropa, yang mulai berlaku 31 Januari 2020.
Di Kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Inggris tercatat minus 2,2%. Sebelumnya pada kuartal IV-2019, ekonomi negara monarki ini tidak bergerak alias tumbuh 0%. Memasuki kuartal II tahun ini kondisi ekonomi Inggris diprediksi akan makin parah.
Bank of England mencatat hingga bulan Mei lalu saja ekonomi Inggris sudah menyusut 14% dibandingkan pertumbuhan tahun lalu. Ini merupakan penyusutan tahunan terbesar sejak tahun 1706. Yang lebih mengerikan lagi, pertumbuhan PDB Inggris pun diramal anjlok hingga 25% hingga akhir Juni 2020.
Negara Asia
Lalu bagaimana dengan negara-negara di Asia? Jika berpatokan pada ekonomi China, maka negeri ini tengah dalam kondisi yang fluktuatif. Di kuartal IV-2019, China masih bisa tumbuh 6%. Meski demikian, pertumbuhan ini tergolong rendah karena biasanya pertumbuhan ekonomi China ada dikisaran 8%. Di kuartal I-2020, ekonomi China mengalami kontraksi yang cukup dalam minus 6,8%.
Inilah kali pertama pertumbuhan ekonomi China negatif sejak tahun 1990. Di kuartal II ini diprediksi ekonomi China mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi Negara Panda itu diperkirakan akan mencapai 1,5% hingga 2%.
Kekuatan ekonomi Asinya lainnya, Jepang, juga sudah masuk jurang resesi. Dalam dua kuartal berturut-turut Negeri Sakura ini mengalami pertumbuhan yang negatif. Di kuartal IV-2019 pertumbuhan ekonomi Jepang minus 1,9%. Lalu dilanjutkan di kuartal I-2020, minus 0,6%.
Kontraksi terjadi akibat kenaikan pajak dan topan yang menghantam Jepang pada akhir 2019 lalu. Tekanan semakin menjadi setelah penyebaran virus corona. Virus telah menginfeksi lebih dari 17 ribu orang di Jepang. Sekitar 900 orang di antaranya meninggal.
Sebagian besar analis percaya ekonomi Jepang akan semakin tertekan dalam beberapa bulan mendatang karena dampak dari pembatasan kegiatan masyarakat tersebut. Selama periode April-Juni 2020 diperkirakan ekonomi Jepang akan mengalami minus 21,7% yoy.
Sementara itu, akibat kondisi politik dalam negeri ditambah dengan kehadiran virus Corona, Hong Kong mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif di tiga kuartal berturut-turut. Dimulai pada kuartal III-2019 pertumbuhan ekonomi Hong Kong minus 2,8%. Pada kuartal IV-2019 tercatat tumbuh minus 2,9%. Sedangkan pada kuartal I-2020 ini, ekonomi Hong Kong tambah parah, tumbuh negatif 8,9% (yoy).