Industri Startup Diyakini tetap Tumbuh di Indonesia
loading...
A
A
A
“Melalui Investment Matching Fair kami berharap dapat bertemu dengan perusahaan-perusahaan menjanjikan yang dapat bekerja sama dengan Danamon di masa mendatang. Kami bertekad mewujudkan komitmen ini,” ujar Honggo Widjojo Kangmasto, Wakil Direktur Utama Bank Danamon Indonesia.
Menurut Heru, usai kebijakan suku bunga tinggi, investasi di startup memang mengalami penurunan yang sangat dalam. Tekanan yang berat berada pada startup di sektor transportasi, belanja, hingga pengantaran makanan. Sementara startup di sektor metaverse hingga artificial intelegen dinilai masih kompetitif.
“Jadi kalau kita lihat secara umum dari beberapa persoalan yang ada tersebut, tantangan-tantangan yang ada, kita bisa melihat bahwa startup ini memang diharapkan tumbuh tapi tantangannnya memang tidak mudah,” katanya.
Menurut Rama Arcintaka Mamuaya, Founder & Chief Executive Officer Dailysocial.id, perusahaan startup yang ingin mendapatkan pendanaan dari investor, harus menunjukkan diri sebagai startup yang berpotensi growth dan profitability, fokus ke delivering value ke customer, dan memiliki model bisnis yang sehat.
“Startup yang memiliki financial foundation yang kuat dan growth yang mumpuni menjadi primadona untuk para investor,” ujar Rama yang juga dikenal sebagai pengamat startup ini.
(Baca juga:BEI Dorong Perusahaan Rintisan Cemplung ke Pasar Modal Indonesia)
Menurut Rama, startup yang sulit mendapatkan pendanaan saat ini bisa melakukan self-financing. Yakni, dengan mendapatkan modal kerja dari keuntungan (profit) yang diperoleh dari konsumen. Sehingga, efisiensi bukan lagi menjadi prioritas bagi startup dalam menyelesaikan persoalan pendanaan.
Berdasarkan data dari startup funding activity global, penurunan pendanaan mulai terjadi sejak Maret 2022 dan dampaknya terasa di Juni 2022. Pendanaan di kuartal III hanya sekitar USD55,4 juta, sementara di kuartal I/2022 masih sebesar USD172,75 juta.
“Jadi di kuartal III terasa dan kita yakini kuartal IV agak makin menurun. Sehingga memang salah satu strateginya adalah bagaimana startup mampu atau mencoba cari strategi lain antara lain menjadi perusahaan terbuka melalui proses Initial Public Offering (IPO),” katanya.
Strategi IPO, menurut Heru, menarik dicermati tetapi dengan sejumlah catatan. Antara lain terkait valuasi dan bisnis model. Investor saat ini lebih kritis dan lebih cermat dalam menghitung valuasi yang wajar dari sebuah startup.
Menurut Heru, usai kebijakan suku bunga tinggi, investasi di startup memang mengalami penurunan yang sangat dalam. Tekanan yang berat berada pada startup di sektor transportasi, belanja, hingga pengantaran makanan. Sementara startup di sektor metaverse hingga artificial intelegen dinilai masih kompetitif.
“Jadi kalau kita lihat secara umum dari beberapa persoalan yang ada tersebut, tantangan-tantangan yang ada, kita bisa melihat bahwa startup ini memang diharapkan tumbuh tapi tantangannnya memang tidak mudah,” katanya.
Menurut Rama Arcintaka Mamuaya, Founder & Chief Executive Officer Dailysocial.id, perusahaan startup yang ingin mendapatkan pendanaan dari investor, harus menunjukkan diri sebagai startup yang berpotensi growth dan profitability, fokus ke delivering value ke customer, dan memiliki model bisnis yang sehat.
“Startup yang memiliki financial foundation yang kuat dan growth yang mumpuni menjadi primadona untuk para investor,” ujar Rama yang juga dikenal sebagai pengamat startup ini.
(Baca juga:BEI Dorong Perusahaan Rintisan Cemplung ke Pasar Modal Indonesia)
Menurut Rama, startup yang sulit mendapatkan pendanaan saat ini bisa melakukan self-financing. Yakni, dengan mendapatkan modal kerja dari keuntungan (profit) yang diperoleh dari konsumen. Sehingga, efisiensi bukan lagi menjadi prioritas bagi startup dalam menyelesaikan persoalan pendanaan.
Berdasarkan data dari startup funding activity global, penurunan pendanaan mulai terjadi sejak Maret 2022 dan dampaknya terasa di Juni 2022. Pendanaan di kuartal III hanya sekitar USD55,4 juta, sementara di kuartal I/2022 masih sebesar USD172,75 juta.
“Jadi di kuartal III terasa dan kita yakini kuartal IV agak makin menurun. Sehingga memang salah satu strateginya adalah bagaimana startup mampu atau mencoba cari strategi lain antara lain menjadi perusahaan terbuka melalui proses Initial Public Offering (IPO),” katanya.
Strategi IPO, menurut Heru, menarik dicermati tetapi dengan sejumlah catatan. Antara lain terkait valuasi dan bisnis model. Investor saat ini lebih kritis dan lebih cermat dalam menghitung valuasi yang wajar dari sebuah startup.