BEI Dorong Perusahaan Rintisan Cemplung ke Pasar Modal Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia memiliki banyak perusahaan rintisan atau startup yang nilai valuasinya berhasil menyentuh angka lebih dari USD1 miliar, beberapa startup di antaranya yaitu Gojek, Tokopedia, OVO hingga JD.id. Namun dari banyaknya startup yang ada di Tanah Air, belum ada satu pun yang masuk ke pasar modal Indonesia .
(Baca Juga: PSBB Direspons Positif, Airlangga: Pasar Saham Balik ke Zona Hijau )
Melihat hal ini, Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir menyebut bahwa pihaknya sedang melakukan penjajakan dengan beberapa startup untuk masuk ke pasar modal. Namun dalam penjajakan ini akan ada beberapa persoalan yang sedang dibahas bersama startup tersebut.
"Ada beberapa dan ini sedang kita address. Satu, soal founder shares, karena ada beberapa class of shares yang memang harus kita harus kita coba address agar bisa dimuat di capital market," ujar Pandu dalam acara webinar Inspiration Talk MNC Sekuritas, Kamis (17/9/2020).
Kedua, mengenai provitabilitas. Sebab, dari beberapa startup saat ini banyak yang masih mengalami kerugian dalam menjalankan bisnisnya. Padahal, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam empat tahun ke depan perusahaan rintisan tersebut akan mendapatkan keuntungan yang besar.
(Baca Juga: Bursa dengan IPO Terbanyak di ASEAN, Investor Pasar Modal Indonesia Naik 26% )
"Ini yang harus kita address. Argumen saya kalau misalnya menggunakan peraturan itu Amazon sampai lima tahun lalu ga bisa IPO, padahal Amazon market capnya 2,1 triliun dolar AS, lebih besar daripada kita punya PDB. Nanti bakal juga ada peraturan yang akan keluar yang akan mengaddress particular issue, itu isu yang sangat penting," kata dia.
Poin ketiga, Pandu menyebut bagaimana membuat perusahaan rintisan ini masuk ke Indeks LQ45, karena hal ini merupakan suatu kepentingan bagi mereka untuk masuk ke emiten yang memiliki likuiditas tinggi dan kriteria tersebut diantaranya dapat meliputi pertimbangan kapitalisasi pasar.
"Kita akan address all this point, kita akan coba address sampai bisa dan yang fair, dan itu adalah challenge kita, kenapa? karena kita translated in industry yang masih tujuh tahun baru di Indonesia, dimana orang bisa mengerti dan mengetahui bisnis ini," ucapnya.
Lihat Juga: Curi Perhatian Ratusan Investor, 4 Startup Finalis Grab Ventures Velocity Ikuti Coaching Intensif
(Baca Juga: PSBB Direspons Positif, Airlangga: Pasar Saham Balik ke Zona Hijau )
Melihat hal ini, Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir menyebut bahwa pihaknya sedang melakukan penjajakan dengan beberapa startup untuk masuk ke pasar modal. Namun dalam penjajakan ini akan ada beberapa persoalan yang sedang dibahas bersama startup tersebut.
"Ada beberapa dan ini sedang kita address. Satu, soal founder shares, karena ada beberapa class of shares yang memang harus kita harus kita coba address agar bisa dimuat di capital market," ujar Pandu dalam acara webinar Inspiration Talk MNC Sekuritas, Kamis (17/9/2020).
Kedua, mengenai provitabilitas. Sebab, dari beberapa startup saat ini banyak yang masih mengalami kerugian dalam menjalankan bisnisnya. Padahal, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam empat tahun ke depan perusahaan rintisan tersebut akan mendapatkan keuntungan yang besar.
(Baca Juga: Bursa dengan IPO Terbanyak di ASEAN, Investor Pasar Modal Indonesia Naik 26% )
"Ini yang harus kita address. Argumen saya kalau misalnya menggunakan peraturan itu Amazon sampai lima tahun lalu ga bisa IPO, padahal Amazon market capnya 2,1 triliun dolar AS, lebih besar daripada kita punya PDB. Nanti bakal juga ada peraturan yang akan keluar yang akan mengaddress particular issue, itu isu yang sangat penting," kata dia.
Poin ketiga, Pandu menyebut bagaimana membuat perusahaan rintisan ini masuk ke Indeks LQ45, karena hal ini merupakan suatu kepentingan bagi mereka untuk masuk ke emiten yang memiliki likuiditas tinggi dan kriteria tersebut diantaranya dapat meliputi pertimbangan kapitalisasi pasar.
"Kita akan address all this point, kita akan coba address sampai bisa dan yang fair, dan itu adalah challenge kita, kenapa? karena kita translated in industry yang masih tujuh tahun baru di Indonesia, dimana orang bisa mengerti dan mengetahui bisnis ini," ucapnya.
Lihat Juga: Curi Perhatian Ratusan Investor, 4 Startup Finalis Grab Ventures Velocity Ikuti Coaching Intensif
(akr)