Profesional Perlu Miliki Kepekaan terhadap Krisis Ekonomi Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perang Ukraina-Rusia serta kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang terus menurun, secara tidak langsung membawa dampak pada berbagai jenis usaha di dunia, termasuk di Indonesia. Perang Ukraina-Rusia mengakibatkan naiknya harga minyak dan gas dunia, mengingat Rusia merupakan negara pemasok gas terbesar di kawasan Eropa. Sedangkan, bergolaknya perekonomian di AS dapat membawa implikasi yang besar terhadap keberadaan dunia usaha di Indonesia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Chairwoman The 13th Indonesia HR Summit, Mira Tripuspita mengungkapkan setiap profesional perlu memiliki kepekaan rasa terhadap krisis (sense of crisis) sehingga mampu bertindak dan mengambil keputusan yang benar baik pada lingkungan perusahaan maupun sebagai warga negara.
(Baca juga:Insentif Bikin Dunia Usaha Bangkit)
“Kepekaan terhadap krisis ini yang banyak dinilai masih kurang dimiliki oleh para profesional atau sumber daya manusia dalam berbagai institusi, baik pemerintahan maupun sektor swasta. Pekerja hanya bekerja berdasarkan apa yang harus dilakukan tanpa memberikan nilai tambah bagi institusi tempatnya bekerja,” kata Mira dalam penjelasan tertulisnya di Jakarta, Minggu (16/4/2023).
Pada saat badai Covid-19 melanda Indonesia, Presiden Joko Widodo kerap mengungkapkan bahwa para pejabat dan pimpinan di Indonesia kurang memiliki sense of crisis. Sebab jika sense of crisis-nya tinggi maka Covid-19 bisa ditangkal dan ditangani dengan lebih baik. Imbauan tersebut menjadi contoh bahwa setiap individu wajib memiliki intuisi dan kepekaan yang tajam untuk menyiasati berbagai persoalan yang terjadi, baik secara internal maupun eksternal terkait dengan institusi tempat bekerja dan berkarya.
(Baca juga:Rekognisi Jadikan Dunia Usaha Lebih Bermanfaat)
Dengan tajamnya kepekaan rasa terhadap krisis (sense of crisis), lanjut Mira, ada dua hal yang dapat dilakukan oleh seseorang yaitu. Pertama, melakukan antisipasi terhadap faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi perusahaan. Hal ini penting mengingat pengenalan terhadap faktor yang menjadi ancaman akan mempermudah sumber daya manusia untuk mengambil sikap dan keputusan terbaik bagi perusahaan.
Kedua, setelah mengenali faktor-faktor ancaman, maka seorang profesional dapat melakukan analisa terbaik dan memberikan saran bagi perusahaan untuk mengambil dan menentukan sikap terbaik.
Sehubungan dengan hal ini, beberapa cara mempertajam intuisi sumber daya manusia agar memiliki sense of crisis yang berujung pada sikap positif dan berdampak pada kemajuan perusahaan, bangsa serta negara akan disampaikan secara langsung dalam kegiatan Indonesia Human Resource Summit (IHRS) 2023. Acara ini akan digelar pada tanggal 19-20 Juni 2023 di Bali Nusa Dua Convention Center dengan mengusung tema ‘Redefining Human Capital: Inspiring People to Take Action’ (Mendefinisikan Kembali Sumber Daya Manusia: Menginspirasi Untuk Mengambil Tindakan).
Pembahasan mendalam akan disampaikan secara lugas dan gamblang dalam IHRS 2023 yang dapat diikuti oleh peserta dari berbagai bidang usaha seperti minyak dan gas, perbankan, leasing, asuransi, manufaktur, automotif, jasa, keuangan dan beragam sektor lainnya. “Hasil dari pertemuan ini akan dijadikan sebagai acuan dan patokan untuk menghadapi berbagai persoalan di masa datang yang semakin kompleks,” kata Mira.
IHRS 2023 akan dibagi dalam beberapa sesi pertemuan yang memudahkan peserta untuk saling berinteraksi, menuangkan ide, gagasan, memaparkannya di hadapan peserta lainnya. Perhelatan ini akan diikuti tidak kurang dari 1.000 peserta yang berasal dari berbagai sektor dan bidang industri, baik dari dalam maupun luar negeri.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Chairwoman The 13th Indonesia HR Summit, Mira Tripuspita mengungkapkan setiap profesional perlu memiliki kepekaan rasa terhadap krisis (sense of crisis) sehingga mampu bertindak dan mengambil keputusan yang benar baik pada lingkungan perusahaan maupun sebagai warga negara.
(Baca juga:Insentif Bikin Dunia Usaha Bangkit)
“Kepekaan terhadap krisis ini yang banyak dinilai masih kurang dimiliki oleh para profesional atau sumber daya manusia dalam berbagai institusi, baik pemerintahan maupun sektor swasta. Pekerja hanya bekerja berdasarkan apa yang harus dilakukan tanpa memberikan nilai tambah bagi institusi tempatnya bekerja,” kata Mira dalam penjelasan tertulisnya di Jakarta, Minggu (16/4/2023).
Pada saat badai Covid-19 melanda Indonesia, Presiden Joko Widodo kerap mengungkapkan bahwa para pejabat dan pimpinan di Indonesia kurang memiliki sense of crisis. Sebab jika sense of crisis-nya tinggi maka Covid-19 bisa ditangkal dan ditangani dengan lebih baik. Imbauan tersebut menjadi contoh bahwa setiap individu wajib memiliki intuisi dan kepekaan yang tajam untuk menyiasati berbagai persoalan yang terjadi, baik secara internal maupun eksternal terkait dengan institusi tempat bekerja dan berkarya.
(Baca juga:Rekognisi Jadikan Dunia Usaha Lebih Bermanfaat)
Dengan tajamnya kepekaan rasa terhadap krisis (sense of crisis), lanjut Mira, ada dua hal yang dapat dilakukan oleh seseorang yaitu. Pertama, melakukan antisipasi terhadap faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi perusahaan. Hal ini penting mengingat pengenalan terhadap faktor yang menjadi ancaman akan mempermudah sumber daya manusia untuk mengambil sikap dan keputusan terbaik bagi perusahaan.
Kedua, setelah mengenali faktor-faktor ancaman, maka seorang profesional dapat melakukan analisa terbaik dan memberikan saran bagi perusahaan untuk mengambil dan menentukan sikap terbaik.
Sehubungan dengan hal ini, beberapa cara mempertajam intuisi sumber daya manusia agar memiliki sense of crisis yang berujung pada sikap positif dan berdampak pada kemajuan perusahaan, bangsa serta negara akan disampaikan secara langsung dalam kegiatan Indonesia Human Resource Summit (IHRS) 2023. Acara ini akan digelar pada tanggal 19-20 Juni 2023 di Bali Nusa Dua Convention Center dengan mengusung tema ‘Redefining Human Capital: Inspiring People to Take Action’ (Mendefinisikan Kembali Sumber Daya Manusia: Menginspirasi Untuk Mengambil Tindakan).
Pembahasan mendalam akan disampaikan secara lugas dan gamblang dalam IHRS 2023 yang dapat diikuti oleh peserta dari berbagai bidang usaha seperti minyak dan gas, perbankan, leasing, asuransi, manufaktur, automotif, jasa, keuangan dan beragam sektor lainnya. “Hasil dari pertemuan ini akan dijadikan sebagai acuan dan patokan untuk menghadapi berbagai persoalan di masa datang yang semakin kompleks,” kata Mira.
IHRS 2023 akan dibagi dalam beberapa sesi pertemuan yang memudahkan peserta untuk saling berinteraksi, menuangkan ide, gagasan, memaparkannya di hadapan peserta lainnya. Perhelatan ini akan diikuti tidak kurang dari 1.000 peserta yang berasal dari berbagai sektor dan bidang industri, baik dari dalam maupun luar negeri.
(dar)