8 BUMN yang Punya Utang Jumbo, Terbesar Capai Ratusan Triliun

Selasa, 16 Mei 2023 - 15:50 WIB
loading...
8 BUMN yang Punya Utang Jumbo, Terbesar Capai Ratusan Triliun
Beberapa BUMN diketahui memiliki utang yang besarnya mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diketahui memiliki utang yang besarnya mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Kewajiban tersebut dibukukan beberapa tahun lalu hingga kuartal I/2023.

Perusahaan pelat merah dengan utang bernilai fantastis tersebut bergerak di berbagai sektor bisnis. Mulai dari sektor infrastruktur, kelistrikan, penerbangan, perkebunan, hingga transportasi.

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut total utang perseroan negara hingga tahun 2022 saja sudah menyentuh Rp1.640 triliun. Jumlah tersebut naik signifikan dari tahun sebelumnya senilai Rp1.580 triliun.

Meskipun utang BUMN menggunung, Erick memastikan equity perseroan juga naik. Berikut ini daftar BUMN yang mengantongi utang puluhan hingga ratusan triliun rupiah:

1. PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
BUMN bersaham WSKT tersebut membukukan liabilitas, termasuk utang, senilai Rp84,37 triliun per 31 Maret 2023. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari posisi 31 Desember 2022 di angka Rp83,98 triliun.

Dari laporan keuangan pada kuartal I/2023, WSKT mencatatkan utang jangka pendek sebesar Rp21,23 triliun. Sedangkan utang jangka panjang sejumlah Rp63,13 triliun.



2. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Jumlah liabilitas, termasuk utang, Wijaya Karya mencapai Rp55,76 triliun. Angka tersebut membuat emiten berkode saham WIKA itu menduduki posisi kedua setelah WSKT, sebagai BUMN konstruksi dengan status terbuka (Tbk) yang membukukan utang bernilai fantastis.

Dari laporan keuangan per 31 Maret 2023, WIKA mencatatkan utang jangka pendek sebesar Rp34,07 triliun. Sedangkan liabilitas jangka panjang senilai Rp21,69 triliun.

3. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP)
PTPP membukukan liabilitas, termasuk utang hingga 31 Maret tahun ini senilai Rp43,81 triliun. Angka ini meningkat dari posisi 31 Desember 2022 di Rp42,79 triliun. Utang tersebut merupakan akumulasi dari utang jangka pendek sebesar Rp26,61 triliun dan utang jangka panjang yang mencapai Rp17,19 triliun.

4. PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
ADHI menduduki posisi keempat sebagai emiten konstruksi pelat merah yang mencatat utang jumbo. Dari laporan keuangan per 31 Maret 2023, utang perusahaan, termasuk liabilitas, sebesar Rp30,29 triliun. Adapun utang jangka pendek perusahaan senilai Rp23,37 triliun dan utang jangka panjang mencapai Rp6,91 triliun.

5. PT PLN (Persero)
Hingga akhir 2022 utang BUMN kelistrikan ini mencapai Rp409 triliun. Jumlah tersebut turun 9,1% dari posisi 2020 di angka Rp450 triliun. Perusahaan sukses menurunkan saldo utang sebesar Rp41 triliun setelah sebelumnya membayar utang periode 2020-2022 senilai Rp62,5 triliun.

6. PT Garuda Indonesia Tbk
Sebelum Garuda Indonesia mendapatkan kesepakatan damai atau homologasi dengan kreditur pada Juni 2022 lalu, Tim Pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mencatat utang emiten transportasi tersebut sebesar Rp142 triliun. Jumlah tersebut terdiri atas Daftar Piutang Tetap (DPT) lessor, DPT preferen, dan DPT non lessor.

Dilansir dari laman PKPU Garuda, Kamis (16/6/2022), jumlah utang lessor atau perusahaan penyewa pesawat mencapai Rp104,37 triliun, DPT non lessor Rp34,09 triliun, dan DPT preferen senilai Rp3,95 triliun.



7. PTPN III
Utang Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III sekitar Rp41 triliun berdasarkan data hingga Februari 2023. Pada 2021 lalu, utang yang dibukukan PTPN III sebesar Rp45,3 triliun. Sumber utang berasal dari 23 bank dengan nilai Rp41,2 triliun dan sisanya dalam bentuk surat utang.

Sejak dua tahun lalu, utang perseroan tengah direstrukturisasi melalui kerja sama penandatanganan Master Amendment Agreement Transformasi Keuangan dengan sejumlah lembaga keuangan nasional.

8. PT KAI (Persero)
Sejak tahun 2020, KAI memiliki utang mencapai Rp15,5 triliun. Utang ini beragam, dari utang Rp1,5 triliun untuk modal kerja, obligasi senilai Rp4 triliun, utang jangka panjang Rp10 triliun.

Perseroan tercatat mengajukan pinjaman kepada perbankan untuk biaya operasional. Di mana, manajemen mengajukan pinjaman modal kerja senilai Rp8 triliun. Meski begitu, sejak Mei 2020 nilai kredit baru digunakan perseroan sebesar Rp1,5 triliun.

(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1190 seconds (0.1#10.140)